BAB 23

13.3K 914 88
                                    

***

"Kau mau kemana malam – malam begini?"

Aku menghentikan gerakan tanganku yang hendak menekan handel pintu kemudian menolehkan kepalaku dan mendapati Jackob duduk tenang di sofa ruang tengah tanpa mengalihkan perhatiannya pada layar televisi yang menyala dengan volume terlalu kecil untuk di dengar. Di depannya terdapat botol Chateau Lafite Rothschild Vintage 1990 yang isinya tinggal setengah dan beberapa putung rokok yang berada di asbak, pertanda jika dia sudah cukup lama berada di situ. Mungkin lebih dari empat jam.

"Ku pikir kau sudah tidur." Kataku.

"Aku tanya kau mau kemana malam – malam begini. Ini jam dua dini hari Camelia." Sekali lagi dia mengulang pertanyaannya. Bahkan kali ini dia menolehkan kepalanya untuk menatapku.

Aku meringis kemudian menggarukkan kepala belakangku yang tidak gatal.

"Aku mau ke minimarket sebentar, beli pembalut."

Dia mengerutkan kening. "Memangnya kau tidak bawa persiapan?"

Aku menggeleng. Jadwal bulananku sedang kacau beberapa bulan terakhir. Terkadang dua bulan sekali atau bisa juga dua kali dalam sebulan. Tidak tentu, mungkin juga karena faktor psikologis atau juga karena perubahan hormonal. Jadi untuk berjaga – jaga aku biasa menaruh hanya beberapa pcs di dalam tasku. Tidak mungkin juga aku selalu membawa satu pack besar di dalam tasku, itu merepotkan.

"Yang kubawa tidak terlalu banyak dan sekarang sudah habis." Akuku jujur.

Dia beranjak bangun kemudian mengambil konci mobilnya yang tergeletak di atas meja. "Biar aku saja yang beli, kau disini saja."

Sekali lagi aku menggeleng, tidak setuju dengan idenya. "Jangan, biar aku saja Jack. Kau pria masa membeli barang seperti itu. Apa kata orang nanti."

Dia mendecakkan lidah. "Sudahlah, biar aku saja. Ini sudah terlalu malam untuk perempuan keluar rumah. Merk yang dulu kan?"

Aku mengangguk pasrah dengan keputusannya. "Hati – hati." Kataku sebelum dia menghilang di balik pintu.

Setelah memastikan pintu kembali terkunci, aku melangkahkan kakiku untuk kembali ke kamar. Berjalan ke arah ranjang dan mengambil Laptop Jackob yang tadi sempat ku pinjam kemudian mencium kening Rachael sebelum melangkahkan kaki ke sofa ujung kamar.

Begitu laptop kembali menyala aku segera membuka aplikasi chatting yang biasa ku gunakan dengan Bastian dan berharap jika pria itu sedang online.

Miss.Sanders: Hellooo

Setelah menuliskan sapaan yang cukup standar seperti kebanyakan orang pada umumnya. Aku menyandarkan punggungku dengan nyaman sembari menunggu balasan dari Bastian. Hari ini cukup melelahkan untukku, walaupun pada kenyataannya kami tidak melakukan banyak hal. Kami hanya menemani Rachael berkuda di Aravina Restaurant lalu di lanjutkan dengan berkulier menikmati makanan khas Bali yang belum pernah kami coba. Walaupun cukup melelahkan tapi rasa itu seolah tertutupi begitu melihat antusiasme yang terpancar di sorot mata Rachael. Dia begitu exited mencoba hal – hal baru yang belum pernah dia lakukan.

Sepuluh menit kemudian aplikasi chattingku berkedip dua kali. Pertanda ada chat masuk yang pastinya dari Bastian karena hanya ada nama dia di kontakku.

Mr.Opry: Hallo nyonya Kulkov.

Aku cemberut pada balasan yang di berikan Bastian. Dia tau betul bagaiamana caranya untuk membuat orang kesal.

Miss.Sanders : Sialan... I haven't officially become Mrs. Kulkov

Mr.Opry: Poor you...

FORBIDDEN SCANDALTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang