12- Tertutupinya Luka

501 122 101
                                    

Bagaimana bisa kamu menahan kesakitan itu seorang diri?***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bagaimana bisa kamu menahan kesakitan itu seorang diri?
***

Dua mahasiswa berjalan beriringan menuju sebuah avanza. Mereka hendak menuju Jakarta untuk mengikuti kegiatan studi banding. Lelaki itu melirik sekitar. Tiga orang yang ditunggunya belum terlihat, padahal sudah lewat dari waktu yang dijanjikan.

Beberapa menit kemudian, seorang gadis tampak berjalan tergesa-gesa. Satu tangannya memegangi sebuah paper bag berukuran sedang, tangan lainnya memegangi ponsel, tampak sedang menelepon. Ada jas almamater yang disampirkan di pundaknya.

"Iya, Kak. Aku udah di tempat, Kak Kia cepetan ke sini!" Kalimat terakhir yang diucapkan gadis itu sebelum menutup sambungan. Ia menatap kedua seniornya lalu meringis. "Maaf Kak, tadi ada yang ketinggalan jadi balik lagi ke kosan."

"Iya gak papa, Kim." Langit tersenyum tipis, berbeda dengan lelaki berambut ikal yang berdiri di sebelahnya. Raut mukanya tampak kesal.

"Kak Rendy, maaf ya?" Andrea Kimmy mendekat ke arah Rendy, menampilkan puppy eyes-nya. Tak biasanya memang gadis itu terlambat datang. Dalam setiap kegiatan, Kimmy merupakan salah satu anggota yang rajin dan disiplin.

"Iya iya. Udah ah masukin barang lo ke bagasi." Pada akhirnya Rendy luluh juga. Lelaki itu memasuki mobil terlebih dahulu, duduk di balik kemudi.

Kimmy mendesah pelan. Ia hendak memasukan barangnya, tapi Langit sudah terlebih dahulu mengambil paper bag Kimmy, membantunya menyimpan di bagasi.

"Makasih, Kak." Gadis itu menampakan raut tak enak. Langit hanya mengangguk.

"Mau nunggu di dalam aja?" tanya Langit mengarahkan pandangan ke sekitar. "Di luar panas."

Mengangguk, Kimmy hendak menarik handle pintu ketika tangan lain ikut melakukan hal sama. Gadis itu terkesiap, ia kemudian mendongak, mendapati raut Langit yang tak kalah terkejut.

Keduanya bergeming dengan tatapan yang tak saling terputus. Mereka seolah tak sadar dengan apa yang terjadi. Namun, tidak bisa dipungkiri ada detakan lain yang memenuhi dada.

"Cepet elah lelet amat!"

Sebuah teriakan bagai alarm pengingat. Mereka refleks saling menjauhkan tangan. Langit berdehem pelan, ia sungguh tak sengaja, pula tidak berniat berbuat macam-macam pada anggotanya. Begitupun Kimmy yang langsung menunduk, wajahnya tampak memerah.

"Lang, sorry telat. Ini nih anak satu lelet amat!" Brian segera meminta maaf sebelum mendapat semprotan, apalagi Randy sudah memelototi dari dalam mobil. Di sebelahnya, Kia meringis. Gadis bertubuh gempal itu mengatupkan kedua tangan. "Maaf ya guys, gue jamin gak bakal ke ulang lagi."

Langit tak bisa marah, tapi ia bisa bersikap tegas. "Gue pegang ucapan lo, Ki," ucapnya mendapat anggukan. "Ya udah masukin barang kalian ke bagasi!"

JIWA JIKARA✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang