Kalau aku bilang akan selalu ada buat kamu. Kamu percaya?
***"Kak Jika sama Kak Langit udah putus."
Lelaki itu mengerjap kemudian mengeluarkan ponsel dengan tergesa-gesa hingga hampir jatuh. Sempat meringis, ia mengusap benda pipih tersebut dengan penuh kelegaan.
Jevan mencari kontak sepupunya, bermaskud menanyakan kebenaran dari berita tersebut. Entah apa yang terjadi sebelumnya, Kanasya dan Jikara tiba-tiba saja kembali dekat. Melihat telepon yang langsung terhubung, ia mendekatkan ponsel ke telinga.
"Apaan? Gue lagi ada kelas," bisik seseorang dari seberang sana, tapi Jevan tidak peduli. "Lo udah tau Jikara putus?"
Terdengar geraman. "Elo nelepon gue cuma buat nanyain itu?"
"Sejak kapan lo tau?" tanya Jevan mengabaikan pertanyaan kakak sepupunya.
"Hh, udah lama. Udah ya Jev, gue takut ketauan sama Pak Seno, bye!"
Sambungan terputus begitu saja. Jevan menghela napas. Pantas saja setiap ditanya keberadaan Langit, gadis itu selalu tampak ragu menjawab pertanyaannya.
Jevan berjalan menuju motornya. Ia menyantolkan helm ke lengan, tak langsung memakai ke kepala karena hendak pergi ke gedung PKM yang jaraknya cukup dekat jika menggunakan kendaraan. Setelah sampai tempat tujuan, lelaki itu sempat menyapa beberapa rekan UKM-nya lalu pamit.
Mendudukan diri di atas motor sport miliknya, Jevan kembali membuka ponsel. Sempat berpikir beberapa saat sebelum memutuskan mengirim pesan pada seseorang. Kalau ditanya bagaimana perasaan lelaki itu saat itu, jelas ada rasa senang meski ia tahu, mungkin Jikara masih patah hati atas berakhirnya hubungan mereka.
Jevan: Plng jam berapa?
Hanya butuh satu menit menunggu gadis itu membalas pesannya.
Jikara: Jam 11.40
Jevan melirik jam di pergelangannya yang baru menunjukan pukul sepuluh. Kebetulan dirinya hanya ada satu mata kuliah yang terdiri dari tiga SKS.
Terdiam sejenak, Jevan memikirkan balasan untuk Jikara yang masih mengikuti kegiatan perkuliahan.
Jevan: Kasih tau kalau udh bubar
Jikara: Boleh nebeng lgi emang?
Jevan: Kalau cowok lo gak marah sih gpp
Lelaki itu sengaja menyinggung Langit untuk memancing Jikara agar berkata jujur meski hasilnya nihil
Jikara: Oke
Berhubung masih ada dua jam kurang sang pujaan hati selesai kelas, ia memutuskan untuk pergi ke kantin mengisi perutnya. Mau pulang terlebih dahulu rasanya cukup melelahkan. Jevan juga sedang menghindari rumah selama masih ada papanya.
Sebenarnya dua hari ini ia cukup merasa lega karena belum ada huru hara. Semua berkat keberadaan Jikara. Papanya mungkin segan memperlihatkan sikap kasarnya di depan gadis itu.
Setelah menunggu dengan sabar, akhirnya ia mendapat chat dari Jikara yang ternyata keluar lebih cepat. Jevan segera pamit pada teman-teman yang ditemuinya di kantin tadi.
Ketika sampai, Jevan sudah menemukan Jikara berdiri di depan gedung FKIP. Sesekali ia mengipasi wajahnya yang berkeringat karena hari sangat terik.
Menghentikan kendaraan, Jevan memberi isyarat untuk naik ke boncengan yang segera diikuti oleh Jikara. Tak ada percakapan, mereka melewati perjalanan dengan tenang. Tepatnya, hanya Jikara karena lelaki di depannya memikirkan banyak hal tentang berakhirnya hubungan gadis itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
JIWA JIKARA✔️
Fantasía"Lo nggak capek tidur terus, Ji?" Tak ada jawaban. Hanya bunyi monitor yang terdengar memenuhi ruangan. Lelaki itu menggenggam erat tangan gadis di hadapannya yang tak kunjung membuka mata setelah kecelakaan dua minggu lalu. Frustasi, ia bangkit da...