34- Tiba Waktunya

462 105 27
                                    

Sepertinya waktu kita telah tiba***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sepertinya waktu kita telah tiba
***

"Pagi Jev!"

Jevan yang baru memasuki ruang makan sontak menghentikan langkah mendapati sosok Jikara yang sudah duduk manis bersama mama dan papanya.

Gadis itu tersenyum lebar sembari memegangi sendok berisi nasi goreng. Jevan mengerjap bingung, tidak biasanya Jikara sepagi ini sudah bertandang ke rumahnya, bahkan ikut sarapan bersama.

"Jev, sini makan!" Suara Marisa berhasil menyadarkan Jevan dari keterpakuan.

"Jevan mau sarapan di kampus aja, Ma. Udah kesiangan," alasan lelaki itu tentu tak diterima begitu saja. Jikara yang segera menekan nasi gorengnya bersuara, "Ini masih jam setengah tujuh dan waktu ke kampus gak ngabisin sampe setengah jam."

Ucapan Jikara membuatnya hampir mendengkus. Jevan memutar otaknya untuk mencari alasan, tapi sang mama sudah terlebih dahulu menyela. "Sarapan dulu. Abis itu baru kalian berangkat, kebetulan Jikara sengaja datang buat ikut bareng ke kampus."

Jevan mengarahkan tatapan pada gadis itu dengan alis menukik. Bukannya ia tidak sadar kalau beberapa hari terakhir, Jikara terus memintanya berangkat dan pulang bersama.

Apa gunanya Langit sebagai kekasih Jikara kalau tidak bisa dimintai antar jemput?
Terlalu sering menempel padanya kerap membuat Jevan merasa kurang nyaman. Ia takut benar-benar tak sanggup berperan sebagai teman dan tetangga depan rumah untuk gadis itu.

"Jev!" Marisa kembali menegurnya karena malah melamun. Ia sempat melirik ke arah papanya yang kebetulan tengah menatapnya. Jevan segera membuang muka lalu berjalan ke arah kuris di sebelah pujaan hatinya.

"Nasi gorengnya enak, masa mau dilewatin sih?" Jikara berbicara dengan nasi yang masih penuh di mulutnya.

Jevan berdecak, menyentuh wajah gadis itu untuk mengambil nasi yang menempel di dagu. Jikara sempat terkejut dengan apa yang dilakukan sosok di sebelahnya. Ia segera menunduk, berpura-pura sibuk mengaduk nasi, padahal pipinya sudah berwarna merah padam.

"Kayak anak kecil belepotan." Jevan berbicara sembari mengambil piring dan nasi goreng yang masih mengepul. Jikara sendiri malah cemberut. Ia tidak suka disebut seperti itu.

Interaksi keduanya tak luput dari perhatian sepasang suami istri tersebut. Marisa tampak menahan senyum, merasa bahagia melihat putranya yang mau ikut sarapan, padahal biasanya Jevan selalu memberikan banyak alasan untuk menghindari sang papa.

"Cowok lo gak jemput emang?" tanya Jevan tanpa melihatnya. Sibuk menatap nasi di piringnya.

Pergerakan Jikara yang hendak menyuapkan nasi ke mulutnya terhenti. Ghadis itu sempat terdiam sebelum kemudian menggeleng. Sampai saat ini, dirinya belum juga jujur. Jikara bingung bagaimana mengatakannya. Tidak mungkin dirinya tiba-tiba bilang 'Jev gue udah putus sama Langit' tanpa ditanya.

JIWA JIKARA✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang