"Jadi, apa yang mau lo tanyain? Gue ada kelas satu jam lagi."
Jikara menatap gadis di sebelahnya yang kini membuka buku. Selain berpura-pura sedang menelepon, Kanasya bersikap seolah tengah sibuk dengan kegiatan lain. Terlihat takut sekali dianggap tidak waras.
"Jevan, kenapa hubungan dia sama papanya kayak gitu? Dan ... sejak kapan?" tanya Jikara merasa tak menyangka sama sekali. "Bukannya Jevan selalu antusias banget setiap om Rendra pulang?"
Kanasya sempat terdiam sebelum menarik napas dalam. Ia pernah berjanji pada sepupunya untuk menjaga rahasia, tapi setelah dipikir-pikir, bukankah ada baiknya Jikara tau?
"Gak pernah ada kata baik-baik aja diantara mereka, baik dulu maupun sekarang." Tatapan Kanasya berubah sendu, berbeda dengan Jikara yang membeliakan mata. Ia masih sangat ingat dengan perkataan Jevan dulu. Lelaki itu akan memperlihatkan raut senang setiap papanya datang.
"Jadi, Jevan ngebohongin gue selama ini?" Jikara tersenyum miris. Bertahun-tahun dirinya bersikap seperti orang bodoh di hadapan Jevan.
"Dia gak pernah bermaksud-"
"Lalu apa?" tanya Jikara cepat. Perasaan kecewa muncul dalam dadanya. Sejak kecil, lebih dari sepuluh tahun ia tertipu.
Kanasya bergumam pelan, "Gak seharusnya gue ceritain ini."
"Dan bikin gue bersikap bodoh selamanya?" sarkas Jikara.
Sebuah gelengan gadis itu berikan. "Kita gak pernah berniat bohongin siapapun, tapi memberitahu orang-orang cuma bakal bikin Jevan semakin terluka."
Kanasya menceritakan ini dengan harapan Jikara akan bersikap sedikit lunak pada sepupunya- seandainya ia bangun nanti. Setidaknya mereka bisa kembali akrab seperti dulu. Anggaplah sebagai obat untuk menyembuhkan luka Jevan.
"Kalau gitu, ceritain yang sebenernya biar gue paham." Jikara tak mau membuang waktu. Baginya, terlalu banyak rahasia yang disembunyikan Jevan sehingga ia merasa kewalahan untuk sekadar mengetahuinya.
Kanasya tampak berpikir dalam sebelum akhirnya membuka suara, "Lo pasti udah tau, kan, kalau Jevan bukan anak kandung tante Marisa?"
Ia mengangguk.
"Kalau mama kandung Jevan, lo udah tau ke mana?" tanya Kanasya yang kali ini mendapat gelengan. "Mama kandungnya udah meninggal, tapi ... dengan cara yang mengenaskan."
Seketika Jikara menegakkan badannya. Tatapan penasaran terlihat jelas di matanya.
Kanasya sempat menahan napasnya, dadanya terasa sesak setiap mengingat kejadian itu. "Tante Ambar meninggal karena bunuh diri, dari balkon rumahnya, tepat di depan mata Jevan."
Membeliak, Jikara menutup mulutnya tak percaya. Bagaimana bisa ia tak mengetahui hal sebesar ini?
"Kejadian itu, sebelum mereka pindah ke sini," jelas Kanasya dengan nada suara yang berubah getir. "Tante Ambar selingkuh dan Om Rendra yang tahu marah besar. Mereka bertengkar hebat di depan Jevan sampai beberapa barang di sekitarnya hancur. Elo tentu bisa ngebayangin gimana ketakutan dia."
KAMU SEDANG MEMBACA
JIWA JIKARA✔️
Fantasy"Lo nggak capek tidur terus, Ji?" Tak ada jawaban. Hanya bunyi monitor yang terdengar memenuhi ruangan. Lelaki itu menggenggam erat tangan gadis di hadapannya yang tak kunjung membuka mata setelah kecelakaan dua minggu lalu. Frustasi, ia bangkit da...