"Gebetan elo ... gak bakal marah ya kita pergi bareng?"
Lelaki yang tadinya sedang fokus melihat layar lebar di depannya menoleh. Meskipun keadaan bioskop cukup gelap, masih dapat ia lihat raut muka gadis di sebelahnya.
Jevan sempat bingung karena Jikara tiba-tiba menanyakan hal yang tak seharusnya menjadi perhatian gadis itu. Pada akhirnya ia malah melemparkan pertanyaan balik, "Kenapa emang?"
Jikara diam beberapa saat sebelum menggeleng. "Gak papa cuma nanya aja."
"Oh." Jevan hanya merespon singkat sebelum mengikuti Jikara yang kembali menatap ke arah layar. Namun, hal tersebut tak bertahan lama karena Jevan malah kepikiran dengan pertanyaan gadis itu. Ia menjadi tidak fokus sampai kemudian membuka suara, "Namanya Agnia."
Mendengar gumaman sosok di sebelahnya, giliran Jikara yang menoleh hingga bertatapan langsung dengan mata Jevan.
"Iya, namanya Agnia anak desain fashion. Dia beberapa kali bilang suka sama gue," ucap Jevan jujur. Ia tidak mengerti kenapa bisa menceritakan hubungannya dengan Agnia dengan lancar. Sebagian dalam dirinya yang lain seolah takut Jikara akan salah paham.
"Terus ... elonya gimana? Suka juga sama dia?" Jikara bertanya dengan tenggorokan yang terasa tercekat.
Terdiam sejenak, Jevan kemudian mengedikkan bahu. Pergerakan tersebut cukup menciptakan tanya dalam benaknya. Mungkinkah lelaki itu mulai memiliki perasaan pada Agnia?
Jikara mengarahkan pandangan ke depan, tapi pikirannya sudah tidak sejernih sebelumnya. Tawa sekitar yang merasa lucu dengan adegan dalam film bahkan tak berpengaruh. Jikara sibuk dengan perdebatan dalam hatinya.
Tidak seharusnya ia berubah galau hanya karena respon Jevan yang seperti itu. Jikara harus tau diri. Ia masih kekasih Langit dan berharap pada Jevan adalah sesuatu yang salah.
Selesain urusan lo dulu, Ji. Ia berucap dalam hati. Mengingat nama Agnia, entah kenapa membuatnya was-was. Jikara merasa takut Jevan akan benar-benar berpaling pada gadis itu. Hal tersebut membuatnya melamun hingga film selesai diputar.
Mereka berencana makan terlebih dahulu sebelum kemudian pulang. Namun, melihat sebuah toko aksesoris membuat atensi Jikara teralih sepenuhnya.
"Liat-liat bentar boleh gak?" tanya gadis itu ragu. Jevan sempat melihat ke arah yang ditunjuk gadis di sebelahnya lalu mengangguk.
Memasuki toko yang cukup besar tersebut, Jikara tampak gemas melihat beberapa boneka di dalam lemari kaca. Keresahannya tentang Agnia terlupakan sejenak. Gadis itu terus berjalan diikuti Jevan yang hanya diam dan memperhatikan pergerakan Jikara. Tak sedikitpun perhatiannya teralih. Berbagai ekspresi yang ditampakkan sang pujaan hati menciptakan kesenangan tersendiri untuknya.
Jikara berhenti di depan berbagai macam gantungan kunci. Sejak dulu ia memang maniak dengan barang tersebut. Matanya terkunci pada gantungan berbentuk astronot. Jikara mengambil warna hijau toska dan lekas berbalik.
KAMU SEDANG MEMBACA
JIWA JIKARA✔️
Fantasía"Lo nggak capek tidur terus, Ji?" Tak ada jawaban. Hanya bunyi monitor yang terdengar memenuhi ruangan. Lelaki itu menggenggam erat tangan gadis di hadapannya yang tak kunjung membuka mata setelah kecelakaan dua minggu lalu. Frustasi, ia bangkit da...