Gadis itu menatap layar ponsel di tangannya dengan serius. Menggerakan badan, mengambil posisi yang nyaman. Kebetulan dirinya sedang tiduran di ruang keluarga, tepatnya di atas sopa.Sudah hampir satu bulan ia hanya berdiam diri di rumah. Jikara sebenarnya merasa bosan, tapi keluarganya tak mengizinkan pergi keluar karena masih khawatir. Baru memegang sapu saja, bundanya langsung memarahi dan memberikan alat kebersihan tersebut kepada adiknya. Beruntung Zian menjadi anak penurut meski masih sering menggerutu di belakang Firda.
Jikara juga kini menempati kamar tamu. Sepulang dari rumah sakit, hampir semua pakaiannya sudah berpindah tempat ke lantai satu, padahal ia sudah terlanjur nyaman di kamar yang dihuninya sejak kecil. Untuk sementara ia terpaksa mengikuti semua perintah kedua orang tuanya hingga Jikara dipercaya sudah sangat sehat.
Derap langkah membuatnya menoleh. Zian menuruni tangga dengan pakaian yang sudah rapi. Katanya hendak pergi ke rumah teman, tapi parfum adiknya tercium sampai penjuru ruangan.
"Ponsel gue, Kak!" ucapnya berjalan mendekat sembari menyodorkan tangan.
"Bentar." Jikara dengan cekatan membuka aplikasi WhatsApp dari ponsel adiknya lalu menghapus isi chat beberapa menit lalu dengan ... lelaki itu.
"Kak!" tegur Zian menggoyangkan tangannya tak sabar.
Jikara menghela napas kemudian memberikan benda pipih tersebut pada adiknya. "Nih, makasih!"
Zian menerimanya dan sempat mengotak atik ponselnya untuk melihat sesuatu. Ia lalu melirik ponsel kakaknya yang tergeletak di atas meja. Jikara sering sekali meminjam ponsel miliknya tanpa alasan, tapi ketika diperiksa, ia tak menemukan apa pun.
"Udah sana katanya mau pergi!" Jikara menepuk pelan lengan Zian, berusaha mengalihkan fokusnya. Gadis itu kemudian mengambil ponselnya yang bergetar.
"Aku pergi bentar, Kak. Kalau ada apa-apa panggil bunda atau ayah," ucapanya agak berat untuk pergi.
Jikara mengangguk. "Iya, hati-hati. Jangan ngebut! Jaga jarak aman sama kendaraan lain ya?"
"Iya, Kak." Zian meraih tangan kakaknya, menempelkan ke dahi sebelum kemudian berjalan keluar rumah. Kebetulan kalau hari Minggu, kedua orang tuanya selalu sibuk mengurusi bunga-bunga dan tumbuhan di halaman.
Setelah kepergian adiknya, Jikara menatap kembali ponselnya. Ternyata ada balasan dari sang kekasih setelah dirinya mengirimi pesan dari satu jam lalu.
Langitku: Iya, hati2
Langitku: Kasih tau kalau udh nyampeKernyitan di dahi Jikara muncul lalu membaca kembali chat yang dikirimnya. Ia tadi menanyakan kabar lelaki itu, tapi balasan yang diberikan kenapa tidak nyambung?
Jikara tidak berniat pergi ke mana-mana, bahkan berjalan ke halaman saja masih suka diomeli. Katanya takut di jatuh. Jikara terkadang berpikir kalau keluarganya terlalu berlebihan, padahal ia sudah sadar lebih dari satu bulan.
KAMU SEDANG MEMBACA
JIWA JIKARA✔️
Fantasy"Lo nggak capek tidur terus, Ji?" Tak ada jawaban. Hanya bunyi monitor yang terdengar memenuhi ruangan. Lelaki itu menggenggam erat tangan gadis di hadapannya yang tak kunjung membuka mata setelah kecelakaan dua minggu lalu. Frustasi, ia bangkit da...