Jadi, berapa banyak lagi kejutan yang akan kau beri?
***Lelaki itu segera mengambil gelas ukur dan pipet seusai mendengar kalimat penutup dari dari dosen di depannya. Ia menyimpan peralatan laboratorium dengan hati-hati lalu membuka jas lab dan memasukannya ke lemari kaca.
Putra mengumpulkan buku tugas dari hasil percobaan mereka sebelum kemudian melangkah ke luar ruangan beriringan dengan teman sekelasnya yang lain.
"Duluan, Put!" Tiana menepuk bahu lelaki itu dan berjalan terburu-buru karena masih ada mata kuliah peminatan. Putra hanya mengangguk, membiarkan Tiana berlalu.
Ia kemudian pamit pada lelaki berambut gondrong di sebelahnya. Putra masih ada pekerjaan. Dua minggu terakhir, orang yang memesan lukisannya cukup banyak hingga hampir kewalahan. Ia bahkan mulai jarang mengunjungi Jikara karena tidak sempat.
Putra melepas tas dari bahunya, hendak mengambil ponsel yang tadi ia masukan sebelum memasuki laboratorium. Namun, seseorang menubruknya hingga ponsel yang ia pegang hampir terlepas.
Lelaki itu menoleh, didapatinya seorang perempuan tengah meringis, mengatupkan kedua tangannya. "Sorry."
"Hm ... iya gak papa," ucap Putra, padahal dadanya terasa sedikit sakit akibat benturan lengan gadis itu yang cukup keras.
"Cepetan elah, Fay!"
Putra menaikan sebelah alisnya melihat tingkah keduanya. Gadis yang dipanggil Fay menggerutu sebelum menatapnya dengan wajah memerah.
"Fay ih! Katanya berani!" Si gadis berambut pirang terlihat gemas, berbeda dengan sosok di depannya yang kini mengusap lengannya gusar.
"Iya iya bentar kenapa sih?" balas gadis itu meliriknya sekilas lalu merogoh kardigan. Putra hanya diam memperhatikan pergerakannya sebelum dibuat terpengkur. Dengan tangannya yang bergetar, gadis yang tampak tak asing tersebut mengangsurkan sebuah amplop.
Ia tampak menggigit bibirnya, wajahnya semakin merah. Terdengar ringisan kecil dari bibir pink-nya sebelum berujar, "Bu-buat lo."
Putra dengan ragu mengambilnya. Ia baru hendak bertanya, tapi gadis itu sudah menarik tangan temannya dan berlari hingga hampir terpeleset. Putra refleks hendak menghampiri kalau saja mereka tidak kembali berlari lebih cepat dari sebelumnya.
Lelaki itu menggeleng melihat tingkah keduanya kemudian beralih pada amplop di tangannya. Penasaran, ia membukanya dan mendapati sebuah kertas berukuran mini, membaca deretan kalimat yang tertulis dengan rapi di sana.
Hai, Putra! Gue Fay. Gue suka sama lo.
Mata Putra membola. Mustahil mahasiswa kupu-kupu sepertinya dapat menarik perhatian orang. Gadis itu ... ia bahkan tidak mengenalinya sama sekali.
***Satu minggu terakhir, Jikara hanya berkeliaran di rumah Jevan dan kampus. Lelaki itu bahkan tidak ada inisiatif untuk mengunjunginya lagi. Dirinya sempat mencari keberadaan Kanasya, tapi tak ia temukan di kampus. Jikara sempat mendengar kalau gadis itu sedang berada di Yogya, menemani mamanya hingga izin tidak masuk kuliah.
KAMU SEDANG MEMBACA
JIWA JIKARA✔️
Fantasy"Lo nggak capek tidur terus, Ji?" Tak ada jawaban. Hanya bunyi monitor yang terdengar memenuhi ruangan. Lelaki itu menggenggam erat tangan gadis di hadapannya yang tak kunjung membuka mata setelah kecelakaan dua minggu lalu. Frustasi, ia bangkit da...