Kita membutuhkan jarak untuk mengetahui seberapa besar ukuran dalam mencintai.
***Waktu berlalu begitu cepat. Keadaan Jikara semakin membaik setiap harinya sehingga dokter sudah mengizinkan untuk pulang. Gadis itu memperhatikan bundanya yang sedang beres-beres karena Jikara akan keluar dari rumah sakit sore nanti.
Helaan napas keluar dari bibirnya. Setelah sadar dari koma, entah kenapa ia merasa setiap harinya terasa membosankan, padahal teman-teman dan kekasihnya kerap menjenguk.
Jikara menyandarkan tubuhnya, mengotak atik ponsel milik Zian yang dipinjamnya. Adik lelakinya itu berubah menjadi begitu baik, bahkan sampai rela berangkat ke sekolah tanpa membawa alat komunikasinya.
Gadis itu masuk ke akun sosial medianya, melihat beberapa unggahan teman kampusnya yang saat ini tengah menjalani kegiatan KKN di beberapa daerah di luar kota. Jikara juga ingin seperti mereka, tapi terpaksa dirinya harus mengambil cuti dan baru masuk lagi semester depan.
Kebetulan KKN dilaksanakan saat libur kenaikan semester. Jikara memanfaatkan waktu tersebut untuk memulihkan dirinya. Tiga bulan sepertinya cukup membuatnya pulih dan kembali ke kampus.
Gadis itu berencana mengambil kuliah semester pendek untuk mengejar ketertinggalan di semester kemarin. Setidaknya ia bisa wisuda bersama teman seangkatannya.
"Bunda cari makan dulu ya? Kamu gak papa sendirian?"
Suara dari wanita yang melahirkannya membuat Jikara mengalihkan pandangan.
"Iya gak papa, Bun. Aku, kan, udah baik-baik aja sekarang," jawab gadis itu. Senyum tipis sengaja ia sematkan untuk menghilangkan kekhawatiran bundanya. Firda pernah mengatakan selalu merasa khawatir jika harus meninggalkannya seorang diri. Ia takut saat kembali kondisi Jikara kembali memburuk.
"Kalau ada apa-apa telepon bunda." Firda memberikan pesan sebelum kemudian berlalu.
Jikara sendiri kembali fokus pada ponsel di genggamannya. Merasa bosan, ia iseng membuka aplikasi WhatsApp untuk melihat siapa saja yang sering adiknya chat. Mungkin dirinya bisa menemukan siapa pacar Zian atau perempuan yang tengah dekat dengannya.
Berulang kali Jikara berdecak membaca balasan yang Zian berikan untuk teman-teman perempuannya. Adiknya itu hanya membalas dengan sangat singkat, bahkan ada yang hanya dibaca saja.
Jikara hendak menyimpan benda pipih tersebut ketika sebuah pesan masuk. Tertegun, ia membaca nama dari sang pengirim pesan. Padahal, Jikara sudah berusaha melupakan sosok tersebut. Ia merasa kecewa mengetahui fakta bahwa lelaki itu tak sama sekali datang menjenguknya.
Kak Jev: Zi, Kkak kamu gimana kabarnya?
Meremas ponsel di tangannya, Jikara menarik napas dalam saat rasa kesal kembali menyerangnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
JIWA JIKARA✔️
Fantasy"Lo nggak capek tidur terus, Ji?" Tak ada jawaban. Hanya bunyi monitor yang terdengar memenuhi ruangan. Lelaki itu menggenggam erat tangan gadis di hadapannya yang tak kunjung membuka mata setelah kecelakaan dua minggu lalu. Frustasi, ia bangkit da...