3- Langit yang Cerah

671 143 58
                                    

Langit hari ini terlihat cerah, tapi kenapa rasanya begitu gelap?***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Langit hari ini terlihat cerah, tapi kenapa rasanya begitu gelap?
***

Jikara keluar dari gedung PKM setelah teman-teman seormawanya pulang terlebih dahulu. Dirinya selaku sekertaris dari UKM Aksara baru saja menyelesaikan proposal untuk kegiatan Dies Natalis satu bulan yang akan datang.

Gadis itu mendongak, menatap langit gelap karena hari sudah malam. Namun, banyak mahasiswa yang masih berkeliaran di area kampus, terlebih bagi mereka yang merupakan seorang aktivis, kerap mengadakan rapat hingga malam.

Jikara mengambil ponsel dari saku jaket. Ia hendak memesan gocar karena tidak ada yang menjemput. Razian seperti biasa, menolak permintaannya dengan alasan capek baru pulang bermain futsal melawan Jevan dan teman-temannya. Anak itu, masih bocah, tapi mainnya dengan para mahasiswa.

Terkadang, Jikara merasa sangat kesal pada adiknya, seperti sekarang. Zian sangat sulit dimintai pertolongan, padahal ia merasa begitu lelah dan ingin segera pulang, sedangkan Langit tengah berada di luar kota untuk melakukan gathering dengan mahasiswa dari universitas lain.

Menarik napas dalam, Jikara melanjutkan langkah menuju gerbang utama. Beruntungnya letak PKM tidak terlalu jauh dari jalan raya. Gadis itu membuka aplikasi, hendak memesan ketika sebuah motor berhenti di sampingnya.

Menoleh, Jikara mendapati raut tak asing tengah melemparkan senyum.

"Mau pulang?" tanya lelaki berdagu runcing. Jikara sempat bingung meski pada akhirnya mengangguk juga.

"Lo kok ada di sini?" Seharusnya Putra sedang bekerja saat ini dan melihat lelaki itu berada di area kampus malam-malam begini malah terlihat aneh.

Yang ditanyai hanya menggeleng lalu menepuk tempat kosong di belakangnya. "Naik, gue anterin."

Jikara sempat ragu. Ia juga belum mendapat jawaban mengenai keberadaan Putra. Takut lelaki itu hanya sedang pergi sebentar dan harus segera kembali ke tempat kerjanya.

Putra yang paham dengan kebingungan pujaan hatinya menurunkan tangan dari stank, memiringkan tubuh untuk menjelaskan. "Gue udah gak kerja di sana."

Mata Jikara membola. Mungkinkah teman sekelasnya dipecat?

Melihat reaksi menggemaskan Jikara, lelaki itu terkekeh. "Gue gak dipecat, Ra. Gue resign."

"Kenapa?" tanya Jikara cepat. Setahunya, Putra sangat membutuhkan pekerjaan tersebut.

"Gue ditawarin kerjaan sama Kak Dito." Seketika rasa lega menjalari dadanya. Ia tahu, Dito adalah kakak tingkat di jurusannya dan merupakan mantan ketua Kopma. Lelaki itu cukup ahli dalam berwirausaha, bahkan sudah cukup berhasil di usianya yang masih muda.

"Gabung sama timnya atau kerja di tempat fotokopian?" Setahunya, selain memiliki tempat fotokopi di seberang kampus, Dito juga memiliki usaha online yang berisi berbagai macam barang hasil kerjasama dengan teman-temannya.

JIWA JIKARA✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang