Kita pernah begitu dekat, tapi kenapa kehidupan yang kamu jalani terasa begitu asing?
***Baru dua puluh menit mata kuliah berlangsung, Jikara sudah menguap. Gadis yang duduk di lantai sembari menyandarkan kepala ke badan kursi milik Jevan itu memutuskan untuk keluar ruangan. Ia sudah tidak tahan lagi mendengar materi yang sedang dijelaskan dosen di depan sana. Jikara benar-benar tidak mengerti.
Beruntung pintu ruang B-1 terbuka sehingga ia bisa keluar dengan mudah. Jikara memutuskan untuk pergi ke fakultas ekonomi, mencari sang kekasih yang seingatnya hari ini ada jadwal kuliah.
Area kampus yang luas membuatnya cukup merasa lelah. Aneh bukan? Tapi Jikara tak peduli. Terpenting saat ini dirinya bisa bertemu dengan Langit untuk menuntaskan rasa rindu.
Beberapa ruangan telah ia lewati, tapi baik Langit maupun teman-teman lelaki itu yang cukup ia kenali belum terlihat keberadaannya. Jikara memutuskan untuk mencari ke kantin fakultas. Benar saja, di sana Langit sedang bersama kedua temannya.
"Langit!" panggil Jikara tersenyum lebar. Hanya dengan melihat wajahnya saja, ia merasa begitu bahagia. Namun, berbeda dengan kekasihnya yang tampak begitu murung.
Jikara menghampiri, melihat sesuatu yang menjadi perhatian lelaki itu. Ternyata Langit sedang menatap foto mereka yang diambil satu bulan lalu, tepatnya hari anniversary keduanya.
Terenyuh, Jikara menatap sang kekasih. "Lang, aku pasti bangun. Kamu jangan sedih ya," ucapnya lirih, hampir menangis. Akhir-akhir ini ia begitu cengeng. "Aku pasti kembali, Lang."
"Lang, makan dulu!" tegur lelaki bertubuh gempal, kalau tidak salah namanya Dava.
Langit menyimpan ponselnya, lalu mengangguk dan mengambil sendok. Lelaki itu mengunyah nasinya dengan tak semangat.
Jikara merasa khawatir melihatnya. Meskipun begitu, ia tak bisa memaksa karena Langit tidak akan mendengar ocehannya.
"Gue tau, ucapan gue mungkin sama kayak yang lain." Lelaki di sebelah Dava ikut bersuara. "Tapi Lang, cewek lo bakal lebih sedih kalau tau, lo begini karena andilnya."
Benar. Jikara merasa terbebani dengan keadaan seperti ini. Ia telah membuat banyak hati bersedih. Suatu hal yang begitu tak ia inginkan dalam hidupnya.
***Setelah melihat Langit, Jikara memutuskan untuk kembali ke ruangan Jevan. Namun, di dekat aula, ia malah mendapati Putra sedang mengobrol dengan dua orang kakak tingkat, perempuan.
Jikara tersenyum melihat teman sekelasnya tengah memberikan sebuah benda berbentuk persegi. Ia bisa menebak apa isinya. Seperti yang Jikara duga, lelaki itu akan menjadi orang yang sukses melihat dari sifat pekerja kerasnya.
Ia jadi penasaran dengan apa yang pernah dikatakan Putra. Tentang lukisan yang dibuatnya. Mungkin lain kali ia akan ikut ke tempat kerja lelaki itu dan melihat lukisannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
JIWA JIKARA✔️
Fantasy"Lo nggak capek tidur terus, Ji?" Tak ada jawaban. Hanya bunyi monitor yang terdengar memenuhi ruangan. Lelaki itu menggenggam erat tangan gadis di hadapannya yang tak kunjung membuka mata setelah kecelakaan dua minggu lalu. Frustasi, ia bangkit da...