Epilog

984 110 29
                                    

"Katanya mau beli banyak?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Katanya mau beli banyak?"

Gadis bersurai hitam itu menatap lelaki di sebelahnya yang memegang dua buah novel miliknya. Tadi, saat menawarkan diri untuk membelikan apa yang diinginkan, ia mengatakan hendak menguras isi dompet sang kekasih sampai habis dan ditanggapi dengan ucapan siapa takut?

Namun, sebenarnya Jikara hanya becanda karena tentu saja ia tak berniat untuk sekedar meminta dibelikan. Mereka memasang sepasang kekasih, tapi bukan berarti ia harus meminta dibayari segala hal.

"Gak ah, sayang uangnya," ucap Jikara hendak mengambil novel dari tangan Jevan yang langsung menjauhkan dari jangkauannya.

"Kan aku yang ba-"

"Gak usah, Jev! Aku tadi cuma bercanda kok," potong gadis itu memamerkan raut sungguh-sungguh.

"Dan aku serius." Jevan tak ingin dibantah. Terbukti dari nada suaranya yang terdengar tegas dan penuh intimidasi. Kalau sudah begini, Jikara tak berniat memperpanjang lagi karena mereka pasti akan berdebat.

Menghela napas, ia mengangguk. "Ya udah deh terserah."

Melihat Jikara yang cemberut membuatnya terkekeh. Jevan mengangkat tangannya yang bebas, mengacak rambut gadis itu dengan gemas. "Lucu banget sih pacarnya Jevan kalau marah."

Jikara berusaha menghindar. "Apaan sih? Aku gak mar-"

"Kalian ... pacaran?"

Suara tak asing itu membuat pergerakan keduanya terhenti. Sepasang kekasih tersebut menoleh bersamaan. Mata Jikara membulat mengetahui siapa yang ada di hadapannya, berbeda dengan Jevan yang langsung siaga. Ia menurunkan tangannya, beralih meraih tangan sang kekasih untuk memperlihatkan kepemilikannya.

"Jadi, cowok yang kamu maksud itu ... Jevan?" Langit menatap tak percaya. Masalahnya, dulu setiap ia menjemput Jikara, keduanya selalu ada mulut kalau bertemu. Makanya, ia cukup terkejut.

Jikara meringis lalu mengangguk. Tatapannya berlatih pada sosok yang berdiri di sebelah lelaki itu. Tampak menunduk, tidak berani menatapnya.

"Kamu juga udah tau mereka pacaran?" tanya Langit pada sosok yang sejak tadi tak ia lepas genggamannya.

"Hm, iya," cicitnya takut Langit marah.

Jikara melirik Jevan yang sejak tadi diam lalu kembali pada kedua sejoli yang tingkahnya terlihat aneh.

"Kalian ... kenapa bisa barengan?" tanya Jikara. Melihat tangan mereka yang saling bertautan jelas saja membuatnya merasa heran. "Na, apa yang gue pikirkan pasti salah."

Jikara masih ingat bagaimana dirinya dan Langit putus. Lalu pembicaraan dengan Tiana sekitar satu bulan lalu yang katanya akan menerima perjodohan yang direncanakan kedua orang tuanya.

"Kamu cemburu?" Bisikan dari sebelah kirinya membuat Jikara refleks memukul lengan Jevan. Gadis itu mendelik mendengar tuduhan kekasihnya.

"Gak salah, Ra. Gue sekarang emang sama Tiana." Langit dengan raut cerah menjelaskan, berbeda dengan sahabatnya yang malah tampak malu-malu.

Jikara membeliakan mata. Lalu Kimmy?
Bagaimana nasib gadis itu sekarang? Ia berusaha menahan diri untuk tak bertanya soal adik tingkatnya.

Langit kembali menambahkan. "Gue baru sadar, Tiana cewek yang tepat."

Melihat kekhawatiran di wajah kekasihnya, Jevan melepaskan genggaman, berlatih meyodorkan tangannya pada Langit. "Selamat ya, Kak! Kita ikut seneng."

Kekehan keluar dari bibir Langit. "Selamat buat kalian juga! Bagi gue ini bener-bener surprise."

Jevan merangkul bahu kekasihnya yang malah memikirkan Kimmy. Jikara masih begitu ingat, bagaimana gadis itu berusaha menahan perasaannya karena Langit sudah memiliki kekasih.

"Double date mau gak?" ajak Jevan yang langsung mendapat anggukan.

Mereka akhirnya melangkah keluar dari Gramedia setelah membayar buku yang dibeli. Langit dan Tiana berjalan di depan mereka.

Mengerti sifat sang kekasih yang begitu perasa, Jevan menepuk bahunya berulang.

"Kimmy pasti baik-baik aja. Seperti yang pernah kamu bilang, dia cantik, baik, pintar dan masih banyak pujian lainnya. Entah sekarang ataupun nanti, dia akan menemukan sosok yang bener-bener tulus menyayangi dia," ujar Jevan berusaha membuat Jikara tidak berpikir berlebihan. "Hari ini, kamu cuma perlu bahagia karena sahabat kamu akhirnya bisa mendapatkan lelaki yang dicintainya selama bertahun-tahun."

Jevan benar. Ia lebih dekat dengan Tiana, seharusnya Jikara memperlihatkan raut senang untuk kabar baik yang ia terima.

Jikara menarik napas dalam lalu membuangnya. Ia mengembangkan senyumnya lalu melepaskan rangkulan Jevan, beralih meraih jemari lelaki itu, membawanya mendekat ke arah Langit dan Tiana yang sudah memasuki kawanan food court.

"Kamu bener. Akhirnya penantian Tiana berakhir indah. Langit beruntung dicintai selama itu oleh Tiana dan aku ..." Jikara menghentikan langkah, menatap tepat ke bola mata Jevan dengan penuh cinta. "Aku lebih beruntung lagi dari dia."

"Karena?" tanya Jevan berpura-pura tak paham.

"Karena dicintai sebegitu besar oleh lelaki di depan aku."

Senyum Jevan semakin lebar. Saking bahagianya sampai tak mempedulikan tempat dan menarik Jikara ke dalam pelukan.

-Selesai-

Hai!
Sampai ketemu di ektrapart yaaa!
Terima kasih sudah meluangkan waktu membaca cerita ini. Jangan lupa tanggal 1 Juli aku bakal publish cerita baru tentang Putra.










JIWA JIKARA✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang