21- Berakhirnya Rasa

501 116 164
                                    

Mau berjanji satu hal?Tetap kuat sekalipun hal buruk terjadi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mau berjanji satu hal?
Tetap kuat sekalipun hal buruk terjadi.
***

Tiga hari lalu ketika Kanasya ingin menjenguk Jikara, ia mendengar kabar tak mengenakan. Firda bilang, Jikara sempat kritis malam itu dan kondisinya lebih parah dari yang sudah-sudah meski pada akhirnya kembali stabil.

Kanasya tak menyangka bahwa hari sebelumnya adalah terakhir kali mereka bertemu. Perasaan menyesal muncul karena dirinya tak pernah mendapati keberadaan Jikara lagi.

Setiap hari ia datang berkunjung. Bukan untuk melihat raga sahabatanya yang masih betah memejamkan mata, melainkan mencari jiwa gadis itu yang menghilang entah ke mana.

Kanasya sampai mengelilingi rumah sakit hanya untuk menemukan Jikara meski hasilnya nihil. Ia juga pergi ke rumah Jevan, berharap dapat mereka bisa bertemu, tapi Jikara tidak ada di sana.

Ia akan sangat bersyukur seandainya alasan dari hilangnya Jikara karena kembali ke tubuhnya. Namun, bagaimana jika gadis itu lenyap karena sudah waktunya untuk pergi dari dunia ini?

"Elo pergi ke mana, Jikara?" gumam Kanasya khawatir. Selain itu, ia merasa takut. Mereka baru berbaikan dan belum sempat pergi bersama layaknya sepasang sahabat. Kanasya juga memikirkan Jevan yang mungkin tidak akan pernah siap kehilangan pujaan hatinya.

Kalau Jikara pergi, maka ia tidak hanya ditinggalkan oleh satu orang karena sepupunya pasti akan kembali down. Beberapa minggu terakhir, keadaan lelaki itu sudah cukup membaik. Marisa meminta Jevan untuk datang ke psikolog kenalannya. Meski pernah bekerja sebagai psikiater, wanita itu merasa tidak sanggup menyembuhkan putranya seorang diri, apalagi setiap bulan Rendra selalu berbuat ulah sehingga ia harus berusaha keras melindungi Jevan.

"Kak? Lo di sini?"

Suara tersebut membuyarkan lamunannya. Kanasya yang sedang duduk di ruang tunggu menoleh mendapati Jevan berjalan ke arahnya dengan setelan kampus.

Hari ini adalah pertama ujian akhir semester yang otomatis ia akan menjadi mahasiswa tingkat empat atau biasa disebut juga dengan mahasiswa tingkat akhir. Kanasya tiba-tiba teringat dengan Jikara yang kemungkinan tidak akan bisa ikut KKN mengingat kondisinya saat ini.

"Kenapa?" Jevan yang melihat keterdiaman kakak sepupunya bertanya.

Gadis itu tampak sedih. "Dua bulan lagi KKN, Jikara mungkin gak bisa ikut."

Jevan dapat melihat mata Kanasya yang berkaca-kaca. Ia menepuk lengan sepupunya, memberikan senyum tipis. "Dia masih bisa ikut tahun depan sama gue. Siapa tau kita sekelompok nanti."

Kanasya terkekeh. "Itu sih maunya elo," ucapnya. Ia tahu Jevan hanya sedang berusaha mengesampingkan kekalutannya. "Tapi bagus juga sih, biar elo gak insecure kalau kalian jadi seangkatan."

"Ngomong apa sih?" Jevan berpura-pura tak paham. Lelaki itu menghela napas berat dan bergumam pelan, "Lagian juga tetep aja gak bisa digapai kalau seandainya dia ngulang semester."

JIWA JIKARA✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang