29- Akhir dari Keputusan

470 104 40
                                    

Cinta kita mungkin sudah lama berakhir***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Cinta kita mungkin sudah lama berakhir
***

Perkataan Kanasya dua hari lalu cukup mengganggunya. Namun, gadis berambut sepunggung itu masih berusaha untuk tetap pada pendiriannya. Rasanya ia belum memiliki alasan kuat untuk mengakhiri hubungan yang sudah lama terjalin.

Kanasya beberapa kali menanyakan keputusannya lalu sempat marah setelah mengetahui bahwa dirinya masih mempertahankan Langit. Wajar, gadis itu memikirkan perasaan adik sepupunya yang merasa dipermainkan oleh Jikara.

"Mau ketemu Langit lagi?"

Jikara yang sejak tadi melamun segera menoleh. Tiana sudah berdiri dengan tas yang bertengger di bahu. Kedua tangannya memeluk buku metode penelitian.

Memang benar, Jikara jadi rajin menemui kekasihnya hanya untuk meneguhkan hatinya untuk tetap bersama lelaki itu. Tiana pasti merasa aneh karena sebelumnya mereka hanya akan bertemu di waktu tertentu dan tidak setiap hari.

"Iya, Na." Jikara menyantolkan tas gendongnya melangkah beriringan dengan sahabatnya. Tiana hendak langsung pulang karena sedang merasa tidak enak badan.

Setelah berpisah di lobi, Jikara segera berjalan menuju PKM. Setahunya, Langit hanya ada satu mata kuliah yang sudah selesai dan tempat biasa yang lelaki itu kunjung hanyalah ruang HIMA. Ia sengaja tidak memberi tahu sang kekasih, toh Langit tak pernah melarangnya datang.

Menaiki tangga menuju lantai dua, Jikara melihat Kimmy keluar dari ruangan dengan tergesa-gesa disusul oleh Langit yang berkali-kali memanggil gadis itu. Kebetulan suasana gedung masih cukup sepi karena waktu seperti ini jamnya mata kuliah sedang berlangsung.

Penasaran, Jikara berjalan cepat mengejar keduanya. Ia berdecak karena kehilangan jejak. Mencoba mencari ke beberapa ruangan, Jikara hanya mendapati satu dua mahasiswa di ruangan UKM masing-masing.

Tatapannya kemudian tertuju ke arah tangga yang menghubungkannya ke lantai tiga. Tanpa berpikir panjang, ia menaiki undakan tangga tersebut hingga kemudian samar-samar ia mendengar suara orang bercakap-cakap.

Jikara mengintip dari balik tembok. Benar saja, di sana ada kekasihnya dan Kimmy yang berdiri saling berhadapan.

"Aku gak papa, Kak. Mending Kak Langit pergi! Gak enak kalau ada yang liat." Gadis itu berusaha mengusir Langit yang tampak kukuh tak mau pergi.

"Terus kenapa kamu menghindar, Kim?" tanya Langit sarkas. Kimmy menunduk, berusaha mengindari tatapan lelaki di depannya.

Jikara yang melihat hal tersebut terang saja merasakan ketidakwajaran, apalagi saat mendengar nada frustasi dari kekasihnya.  Ia ingat, Langit pernah bersikap seperti itu ketika Jikara mendiamkannya karena lelaki itu lupa anniversary mereka.

"Aku gak menghindar, aku emang lagi banyak tugas akhir-akhir ini," ucap Kimmy memasang senyum palsunya.

"Oh ya?" Langit menatap tak percaya. "Sampai abain chat dan-"

JIWA JIKARA✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang