16- Rasa yang Sebenarnya

503 108 72
                                    

Jikara sudah seperti bayang-bayang Jevan sekarang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jikara sudah seperti bayang-bayang Jevan sekarang. Ke manapun lelaki itu melangkah, dirinya akan selalu mengikuti. Tujuan Jikara masih seperti sebelumnya, mencari Kanasya untuk menemukan banyak jawaban dari pertanyaannya.

Suara mahasiswa yang tengah menjelaskan materi membuat Jikara menguap. Ia menidurkan wajah menghadap Jevan. Kebetulan kursi di sebelah lelaki itu kosong.

Jevan tampak fokus mendengarkan penjelasan teman sekelasnya meski sesekali mengecek ponsel. Kerap menempeli lelaki itu, membuatnya lama-lama menjadi betah memandangi wajahnya.

Lesung pipi Jevan berhasil menarik perhatiannya. Tangan Jikara terangkat, ada dorongan untuk menyentuhnya. Namun, sedikit lagi berhasil, Jevan menoleh sehingga ia dibuat membatu. Jikara menahan napas, seolah Jevan benar-benar tengah memandanginya.

Dahi lelaki itu mengernyit dalam, tatapannya terarah ke sekitar lalu mengedikkan bahu. Untuk kali ke sekian, Jevan seolah merasakan keberadaannya.

Jikara menarik kembali tangannya lalu menegakkan badan. Ia melirik pada Jevan yang tampak membalas chat dari seseorang. Kepo, Jikara mendekatkan tubuhnya, membaca chat antara lelaki itu dengan gadis bernama Agnia sebelum kemudian berdecak.

Agnia: Band lo katanya diundang ke acara festival ya?

Jevan: Iya, tau dri mana?

Agnia: Apa sih yg gak gue tau? Hehe
Agnia: Brcanda. Elo suka gk sadar diri ya?

Jevan: Maksudnya?

Agnia: Elokn seterkenal itu Jevannn hehe

"Apaan sih?" ujar Jikara sinis. Dari pesan yang dikirimkan, ia tahu kalau gadis bernama Agnia itu sedang berusaha mendekati Jevan.

Ia hendak melihat balasan yang diberikan, tapi Jevan sudah menyimpan ponselnya dengan posisi terbalik. Berdecak, Jikara melihat jam dinding di depan ruangan, ia kemudian bangkit. Untuk apa lagi selain mencari Kanasya.

Departemen Gizi masyarakat cukup sepi karena rata-rata mata kuliah sedang berlangsung. Jikara mengintip ke setiap ruangan sampai akhirnya menemukan sosok Kanasya yang terlihat menonjol dari yang lain.

Kecantikan Kanasya memang tidak diragukan lagi. Hal yang menjadi poin plus lainnya adalah kecerdasan dan keaktifan gadis itu. Hawa runner up putri kampus memang benar-benar melekat padanya.

Melihat pintu ruangan sedikit terbuka, Jikara menyampingkan tubuh, berusaha masuk ruangan. Kanasya yang sedang meneguk bekal minumnya tersendak saat tak sengaja menatap ke arah pintu.

Gadis itu terbatuk hingga berhasil mengalihkan atensi teman-temannya dari kegiatan presentasi.

Jikara meringis mendapati pelototan Kanasya. Ia mengambil tempat duduk yang kosong di belakangnya. Perlu menunggu setengah jam hingga perkuliahan selesai.

JIWA JIKARA✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang