Hm..

108 21 11
                                    

Keesokan harinya....

"Selamat pagi!!! Ayo bangun!! Cepat bangun!! Kalau tidak kalian akan remuk!!!" Teriakan dan ancaman Sima yang cetar membahana bergema di seluruh hutan.

Seketika seluruh penghuni tenda otomatis Sima berhamburan keluar tenda dengan wajah pucat.

Sima berkacak pinggang sambil tersenyum puas.

"S-sialan kau... Kenapa harus sepagi ini, sih!" protes Hali dengan napas terengah-engah.

"T-Thorn setuju... Aduh... Punggung Thorn tiba-tiba sakit...," sahut Thorn sambil memegangi punggungnya.

Solar mengangguk. Dan sebagai adik yang baik, ia memijat punggung Thorn. Aduh, baiknya. Tumben, biasanya durhaka.

"Ah... Makasih, Solar... Kayaknya kemarin Thorn ketindihan, deh," ujar Thorn lega.

Mata Solar membelalak lalu mengerjap berkali-kali. Tangannya yang tadi memijat langsung terhenti.

"Hehehe..."

Thorn yang melihat itu terkekeh geli. Akhirnya setelah sekian lama, ia bisa melihat wajah polos adiknya itu.

"Bukan ketindihan hantu, kok~ Ini cuma Sleep Paralysis. Artinya, saat dimana Thorn dalam keadaan sadar tapi gak bisa gerakin tubuh. Thorn bangun, tapi Thorn gak bisa bicara, bergerak, ngerasa tekanan di dada, keringatan, nyeri kepala, nyeri otot, ngerasa paranoid, susah napas, sama berhalusinasi atau ngerasakan yang menyebabkan rasa sensasi takut," jelas Thorn.

Solar ber-oh. Rupanya biar bagaimanapun, Thorn adalah 'kakak'. Setidaknya pasti ada satu-dua hal yang tidak ia ketahui tapi diketahui oleh kakak-kakaknya.

"Aku tidak tahu kau sepintar itu, Thorn," celetuk Blaze sambil nyengir.

Thorn tersenyum. "Berapa kali Thorn harus bilang? Thorn itu tidak bodoh."

Blaze menelan ludah. Oke, hawa mengerikan adiknya tidak main-main. Ia harus hati-hati karena si polos itu membawa sepasang belati.

Ice Pov

"Hupp-! Huftt...!"

Aku meregangkan badanku. Uh, tubuh ini cepat Lelah ternyata. Blaze harus menasihati yang punya tubuh ini agar sering berolahraga.

Aku berjalan menuju sebuah pohon rindang dan duduk di bawahnya.

Dan... kurasa aku mengantuk.

Aku mencoba tetap bangun sambil memperhatikan kedekatan 'saudara sementara'-ku. Aku sangat-sangat iri dengan mereka.

Aku anak tunggal. Anak yang ditinggal mati oleh ibunya saat masih membutuhkan kasih sayang orang tua.

Jujur, walaupun mereka (Elemental) menyayangiku, aku bisa merasakan ada jarak di antara kami.

Aku tidak menyalahkan mereka. Toh, aku hanya pengganti saja, kan...?

Aku menatap Blaze. Dia asyik bersenda gurau dengan Thorn.

Aku sangat menyayangi Blaze. Dia orang pertama yang menyalahkanku atas semua ini, dan orang pertama yang menyayangiku karena masalah yang kami hadapi.

Aku sayang Gempa. Dia sangat ramah pada siapapun. Dia tak pernah memarahiku, dia selalu menemaniku bicara kalau Blaze sibuk sendiri. Tapi aku tahu, dia menjaga jarak.

Aku sayang Taufan. Senyumannya tak pernah lepas, walaupun sempat berakting menjadi Hali, ia tak tetap bisa melepaskan kebiasaannya. Dia orang kedua yang berani memarahiku walau tahu aku ini seorang raja. Dia juga orang kedua yang mampu membuatku luluh, setelah Blaze. Apalagi, kami sama-sama suka warna biru, rasanya asyik saat menemukan seseorang yang punya kesamaan.

CRYSTAL KINGDOM [Misi Penyelamatan Ice: End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang