"Jadi menurutmu, seharusnya kita yang ada di dunia ini mau membantu kita?" tanya Sima pada Hali.
Hali mengangguk. "Kita ini anak baik-baik. Nah, mungkin saja kita yang di sini baik. Misalnya Ice. Dia baik, kan?" tanyanya diikuti anggukan yang lain.
Ice hanya diam mendengarkan. Mencoba mencerna setiap kata yang dilontarkan saudara 'sementara'nya.
"Hanya 'mungkin'. Kurasa lebih baik kita tak perlu mencari mereka, Kak," komentar Solar.
"Ya. Thorn takut kalau Thorn yang di sini ternyata lebih ganas dari Thorn sendiri," tambah Thorn.
Blaze nyengir. "Aku juga. Kalau ternyata di dunia ini aku penjahatnya gimana? Kan, gak asyik," celetuknya.
"Tapi jika kita berhasil bekerja sama dengan mereka, itu akan berguna untuk kedepannya! Mereka bisa membantu kalau kita terdesak!" tegas Hali.
"Aku setuju. Berjaga-jaga kalau nanti kita akan bertarung," ujar Gempa.
Sima memutar bola mata jenuh. "Lagi-lagi kau begitu, Hali... Sepertinya kau sangat stress dan frustasi sampai tidak bisa berpikir lagi. Bukan begitu?" ejeknya.
"Apa kau bilang?!" seru Hali marah.
"Akui saja! Kau sangat-sangat merasa kehilangan karena ketiadaan Taufan di sini! Iya, kan?!" balas Sima kesal. Oh, sepertinya menggabungkan dua orang pemarah di satu tempat itu ide yang buruk, ya...
Hali terdiam. Giginya bergemeletuk karena menahan amarah.
"Dengar, Hali. Kita tak bisa membuang waktu untuk hal yang tidak pasti-"
"Sima, perjalanan kita ini sudah penuh dengan ketidakpastian. Sekarang kau ingin apa? Ya, kau benar. Aku frustasi karena salah satu adikku menghilang, sedangkan yang satunya lagi terkurung dalam tubuh seorang raja." Hali memotong kalimat Sima. Dia menunduk, lelah...
Sima diam.
"Kak... Kami juga merasa frustasi, bukan hanya Kakak. Sekarang yang harus kita lakukan adalah melanjutkan perjalanan dengan strategi," ucap Gempa pelan.
Ice mengangguk. "Benar... Kita harus cepat! Ice takut, semakin lama kita berdiam diri, semakin pudar pula ingatan saudara kalian itu...," ujarnya pelan.
"Oke, kalau begitu, apa rencananya?" tanya Blaze yang agak panik setelah mendengar ucapan Ice.
Hening. Semuanya berpikir, kecuali Blaze dan Thorn. Otak mereka tidak bisa menampung pemikiran-pemikiran sulit.
"Ice, setelah ini, apa kita akan melewati sesuatu atau apapun itu?" tanya Gempa.
Ice bertopang dagu. "Rasanya iya. Ada sebuah gua yang tertutup dengan batu besar. Ice tidak tahu apa yang ada di dalamnya, tapi untuk pergi ke Kerajaan Kristal, kita harus lewat sana. Dari sana, kira-kira perlu sekitar 2 hari untuk sampai," jelasnya.
Gempa mengangguk-angguk. "Oke. Sampai saat itu, kita harus banyak berlatih! Aku tidak mau nanti kita malah kalah sebelum menyerang," katanya.
"Ngomong-ngomong, aku akan membatalkan Lomba Akting yang waktu itu kita sepakati," kata Sima santai.
"APA?!"
"Kenapa?" tanya Sima heran.
"Hei! Kami sudah susah payah berusaha berakting sebaik mungkin, tapi kau malah membatalkannya?!" seru Blaze.
"Kenapa dibatalkan?! Capek tahu! Thorn harus sok-sok cuek!" seru Thorn kesal.
"Sabar dulu. Akan kujelaskan," balas Sima.
"Jadi begini, kita saat ini tak berada di kerajaan manapun. Ini wilayah netral. Walau awalnya lomba itu hanya berlaku di kerajaan sebelumnya, tapi tetap saja tidak banyak yang kalian lakukan di sana. Ditambah, saat keluar dari sana bersama Frostfire dan Violet, kalian kembali ke sifat awal kalian. Mereka berdua sudah tahu sifat asli kalian, jadi tentu saja tak ada yang menang," jelasnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
CRYSTAL KINGDOM [Misi Penyelamatan Ice: End]
FantasyPertukaran Antar-Dimensi. Seorang Raja terhormat dengan seorang pemalas tingkat akut. Demi mencari tahu apa yang sedang terjadi, Para Elemental bersama Raja dan temannya, mengambil sebuah keputusan. "Baiklah. Mari kita lakukan!" Keputusan apakah i...