Pasar

154 30 32
                                    

Demi kesejahteraan bersama, bola-bola cahaya pun dipasang di sekitar tenda. Agar tak ada yang 'iseng' pada mereka.

Anak-anak itu tambah khawatir apabila Jack mengatakan sosok yang dilihatnya itu bukan manusia. Apalagi Sima, sekali tahu 'makhluk' itu membawa pasukan hewan yang menggeliat, dia langsung menutup telinga.

"Kenapa kau?" tanya Blaze yang melihat Sima menutup telinganya.

Sima melirik Blaze. "Aku tidak suka binatang melata."

"Hm~ Kalau serangga?" tanya Blaze lagi.

"Tidak semua," jawab Sima.

"Khekhekhe~ Oke~"

Sima menatap Blaze tajam. "Cari gara-gara, namamu bakal kutulis di black list," ancamnya.

"Eh! Duh, iya, iya."

"Sima!!"

"Hm?"

"LIHAT APA YANG THORN DAPAT~!!"

"Oh, apa it--!!

"WAAA!!!"

Sima mengibas-ngibaskan tangannya agar Thorn menjauh.

"Sima kenapa?! Thorn diusir?!"

"Jangan bawa itu!!" seru Sima sambil menunjuk apa yang dibawa Thorn. Dia juga menutup matanya.

"Hm? Memangnya ada apa dengan ini?" tanya Thorn dengan polosnya. Dia juga menjulurkan tangannya...

"Thorn, apa itu cacing tanah?" Blaze menatap Thorn tidak percaya.

"Iya! Ini berguna untuk menyuburkan tanah! Thorn mau bawa banyak-banyak!" jawab Thorn dengan semangat 45.

Sima bergegas menjauh dari situ dan kembali ke tendanya. Ini masih malam, lebih baik tidur.

Sebelum dia dicegat oleh Thorn...

"Sima kenapa?" tanya Thorn.

Sima menggeleng. "Tidak. Aku mau tidur, dan tolong buang saja itu. Kau bisa mencarinya nanti saat pulang," jawabnya tanpa menatap Thorn.

Thorn menunduk sedih. "Memangnya kenapa?"

Sima diam saja dan berlalu menuju tendanya. Dia lalu mengunci tenda itu dari dalam.

"..."

"Kak Blaze, Sima kenapa?" tanya Thorn lemas.

Blaze menepuk pundak Thorn. "Dia hanya tidak suka binatang melata. Yah, bisa dibilang, anak itu mudah geli," katanya.

"Begitu."

***

"Morning, eperibadeh!!"

Teriakan cempreng nan membahana Solar mengejutkan seluruh penghuni hutan//plak!//. Oke, ralat, maksudnya semua penghuni tenda.

"Berisik!!"

Dan tendangan garuda Halilintar pun segera menghantamnya. Hali merasa, kalau Solar terus mengagetkan orang, ia sendiri bisa jadi seperti Ice yang pantang dikejutkan.

"ADOII!! WAJAHSWAGKU!"

Kan, makan tuh. Tapi, latahnya mohon dikontrol, bang. Ga enak banget didengar.

"Hoam... Kenapa, nih..." Gempa yang terbangun berjalan mendekati HaliSol.

"Aku cuma mau menyambut pagi, kok. Kak Hali saja yang ngajak ribut," jawab Solar.

"Sambutanmu itulah yang mengganggu tidurku," cibir Hali.

Solar menjulurkan lidahnya, "Biarin."

"Karena sudah terlanjur bangun dan sudah pagi, ayo bangunkan yang lain," ajak Gempa. Hali dan Solar mengangguk lalu menyeringai.

CRYSTAL KINGDOM [Misi Penyelamatan Ice: End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang