02 - Cahaya Azurite

900 104 83
                                    

Setelah memastikan semua acara berjalan dengan baik dan tak ada satupun yang terlewat, Derri sang peri Elves, kembali menghadap sang Raja dan melaporkan segala hal yang terjadi hingga detailnya.

"Ayo, pergi. Kita harus menghadap Raja peri dan memberitahukan tentang kelahiran bayi itu." tutur Derri.

Jollie nampak terdiam di tempat, sekujur tubuhnya terasa kaku. Ia terlalu takut untuk menghadap Raja dan membeberkan kesalahan yang telah dilakukannya, "Bagaimana jika Raja murka dan menghukumku? Berapa kali pun dipikirkan, hal ini bukanlah perkara mudah." batinnya.

Derri turut memperhatikan Jollie dengan seksama, ia mengerti perasaan gadis peri di hadapannya, "Jolli..." sapanya, membuat peri itu tersadar dari lamunanya, "Namamu Jollie, kan?" sang peri ngangguk, mengiyakan.

Derri tersenyum kecil memandangi sang gadis yang menatapnya dengan raut kekhawatiran, "Jangan terlalu berpikiran jauh, aku sudah mengatakannya padamu, bukan?! Aku yang akan bertanggungjawab atas kejadian hari ini. Kau akan aman, percaya padaku."

Jolli sekali lagi mengangguk mengiyakan, senyum tipis terukir di wajah manisnya, perkataan dan perlakuan yang dilontarkan Derri perlahan membangkitkan rasa percaya diri gadis itu. Setelah merasa yakin, mereka terbang menuju istana. Derri memasuki mainhall dengan penuh keyakinan membawa serta Jollie dan bayi Lexa bersamanya. Raja yang melihat kedatangan Derri dari jauh, menyambut pria itu dengan wajah dan tatapan datar. Pemimpin kaum peri itu bahkan sudah mengetahui apa yang terjadi sebelum Derri tiba dan melaporkan segala sesuatu padanya.

"Bagaimana mungkin kau bisa lalai melakukan perintah ku, Derri? Ini pertama kalinya kau mengecewakanku." tutur Raja menahan amarahnya.

"Derri, peri Elves, tangan kanan Raja peri, memohon ampun pada Raja. Saya siap menerima hukuman dan bertanggungjawab atas kelalaian saya, yang mulia" ucapnya tersungkur.

Raja peri sangat mengenal bawahannya, ia tahu bahwa setiap tindakan yang Derri ambil tidak pernah tanpa landasan dan alasan yang kuat.

"Hal apa yang mendorongmu sehingga menentang perintahku?" tanya sang Raja meminta penjelasan.

Derri perlahan bangun dari posisinya, ia berjalan dan menuntun Jollie serta bayi peri itu menghadap sang Raja secara pribadi. Raja terkejut kala Derri dengan tegas membawa bayi peri itu dalam dekapan peri lain. Tubuh Jollie bergetar, raut wajahnya berubah pucat. Ia sangat takut ketika Derri menyeretnya untuk menghadap sang Raja. Namun, dikarenakan kecerobohannya, ia merasa harus ikut mengambil tanggungjawab untuk apa yang telah terjadi.

Raja peri menatap lekat bayi yang ada di pelukan Jollie, Raja terdiam dan tak henti-hentinya menatap ke arah bayi itu.

"Bayi itu... Sungguh indah." ucap Raja membatin.

Ia berjalan mendekat ke arah Derri dan Jollie sembari terus menatap bayi Lexa, "Parasnya sungguh luar biasa. Lihatlah cahaya disekujur tubuhnya itu, bersinar bak Azurite yang memancar indah. Tapi--" Raja yang tadinya terpesona dan memuji kemolekan bayi Lexa, tiba-tiba kembali terdiam kala menyadari ada yang tak wajar dengan bayi peri yang dibawa oleh Derri.

"Bayi peri ini tidak sempurna, Raja." tutur pria itu membuat Raja mengiyakan ucapannya dengan anggukan.

Raja peri membelai lembut kepala mungil Lexa, tersirat kebahagiaan seraya cahaya peri menyatu menghantarkan kehangatan dalam belaian itu. Raja tersenyum sembari menatap bayi itu lekat. Kekecewaan dan kemarahan yang tadinya ia rasakan akibat tindakan dan perilaku bawahannya, kini mereda, pudar dan menghilang dengan sendirinya.

"Apakah anak ini diberi karunia kebahagiaan?"  tutur Raja, membatin.

"Apakah dia memiliki keistimewaan?" tanya sang Raja.

POSSIBLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang