62 - Pengawalan Masuk Hutan Peri

129 21 1
                                    

Lexa dan Jillf kini memasuki wilayah para peri dibawah pengawalan Dior dan juga para penjaga istana. Dior dan beberapa prajuritnya mengambil jalur udara, sementara beberapa lagi mengawal Lexa dan Jillf melalui jalur darat. Disepanjang perjalanan, para peri tak henti-hentinya menatap Lexa, beberapa dari mereka tampak mempertanyakan kehadiran peri itu yang baru menampakkan dirinya kembali, beberapa lagi mempertanyakan perubahan penampilan Lexa yang terlihat lebih menarik dari sebelumnya, meski kini tubuhnya tidak lagi diselimuti cahaya terang.

Kemolekan sang peri masih saja membuat gempar seisi hutan, bahkan Dior tak henti-hentinya menatap Lexa meski dari jarak yang cukup jauh. Ia terpesona dengan kecantikan yang menurutnya baru kali ini ia temui.

"Apakah sesuatu menempel di wajahku, Jillf?" tanya Lexa seraya berbisik membuat Jillf terheran.

"Tidak, wajahmu terlihat baik-baik saja." timpal pria itu, "Ada apa?" sambungnya, heran.

"Aku merasa canggung, mereka melihatku sedemikian rupa." ujar Lexa sembari menundukan kepalanya.

Jillf terdengar menghela nafas yang terkesan berat, "Kau ingin menggunakan jubah ini?" ujarnya, sembari menyodorkan jubah hitam milik Lexa yang sedari tadi berada digenggamannya.

Gadis peri itu mengangguk, "Pakailah.." timpal Jillf tersenyum tipis, "Kau mau aku melototi mereka satu persatu?"

Lexa tertawa, menampilkan senyum indahnya, "Tidak perlu, kau bisa dicurigai memiliki niat jahat pada mereka." ucap Lexa yang dibenarkan oleh Jillf dengan segera.

"Ah, betul! Aku harus menjaga sikapku selama disini." tutur pria itu dengan senyum yang lebih merekah dari sebelumnya.

Lexa kembali tertawa, memperdengarkan suaranya yang khas, menarik perhatian Dior untuk mendekat.

"Apa yang membuatnya tertawa seperti itu?" batin sang pangeran.

Ia mengamati Lexa dengan seksama, kali ini ia terbarang melewati sela-sela pepohonan agar dapat memperhatikan Lexa lebih dekat. Matanya menatap tajam kearah Jillf dan dan peri cantik itu, dan terus menerus memperlihatkan interaksi mereka dengan seksama.

"Apakah, betul, mereka hanya sebatas kenalan?" ujar pangeran Dior tampak ragu.

Disisi lain, Jillf bercerita mengenai apa yang dilihatnya saat terkena mantera sihir pemikat. Ia bahkan terkejut dan sempat terbawa suasana. Lexa hanya terdiam sembari mendengarkan dengan fokus karena suara Jillf yang terbilang pelan dan seakan berbisik-bisik.

"Aku bahkan hampir terkena serangan jantung ketika wajahnya nampak di hadapanku." ujar sang werewolf dengan pelan.

Lexa tersenyum jahil, "Kau tidak hanya terkena serangan jantung, kurasa, kau akan menghilang ditelan bumi jika yang berdiri tadi benar adalah Aqueene." Jillf mengangguk pasrah, membenarkan ucapan gadis peri disampingnya itu.

Lexa sedikit banyak tahu mengenai cerita masa lalu Jillf ketika ia mendapat penglihatan serta gambaran kepingan-kepingan memorial pria itu. Ia bahkan tahu seperti apa sosok cantik Aqueene yang adalah mate dari Jillf. Hanya saja yang menjadi pertanyaan Lexa, mengapa Jillf terlihat baik-baik saja setelah kehilangan separuh jiwanya.

"Jillf.." sapa Lexa.

"Hm?" sahut pria itu.

"Aku ingin bertanya sesuatu."

Jillf terdiam sembari beberpa kali menoleh ke arah Lexa dengan raut penasaran.

"Aku pernah membaca buku yang menjelaskan tentang hubungan mate dalam kaum kalian-" jelas Lexa terpotong, ia seketika terdiam seakan ragu untuk menyampaikan pertanyaan yang menyeruak dihatinya.

POSSIBLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang