Pagi ini disibukkan dengan beberapa maid yang terlihat bergantian keluar masuk dari dalam ruangan dimana Lexa beristrahat. Mereka diutus Antha, membantu Lexa memilih baju yang akan ia kenakan untuk keluar istana bersama dengan alpha mereka.
Seketika seorang maid berjalan mendekat ke arah Lexa sembari menunduk segan, "Lady, peri Leeina tengah datang berkunjung dan ingin segera menemui anda." tutur sang maid.
Lexa terlihat bersemangat mendengar hal itu, "Persilahkan dia untuk segera masuk." pintahnya dengan senyum merekah.
Tidak lama berselang, Leeina datang dan dengan segera menyapa Lexa, "Hormat saya, lady." tutur sang peri.
"Panggil saja Lexa." sanggah Lexa, tak ingin ada jarak antara dirinya dan Leeina.
Wanita peri itu tersenyum dengan manisnya, "Baiklah, aku membawakanmu ini, Lexa." sembari menyodorkan beberapa kotak makanan yang dibungkusnya dengan rapih. "Ku dengar kau akan pergi meninggalkan istana bersama sang alpha." timpal sang peri
Lexa mengangguk senang, "Terima kasih, Leeina. Aku akan menikmatinya nanti."
"Berjaga-jagalah, diluar sana tidak seaman yang kau bayangkan, meskipun Antha bisa menjamin kau tidak akan terluka, namun tetaplah waspada." ucap Leeina memperingatkan dan seketika raut wajahnya berubah.
Wanita peri itu menatap Lexa dengan lekat, "Kuharap kau bisa menentukan pilihanmu sebelum semuanya terlambat." ujarnya lagi.
"Apa maksudmu?" timpal Lexa, heran.
"Aku tahu hatimu tak ingin disini, aku mendengar cerita bagaimana Antha membawamu kemari. Sebagai sesama peri, aku ingin kau memilih dengan bijak. Kau berbeda denganku, Lexa." Leeina menatap Lexa dalam, kesedihan meliputi hatinya kala memikirkan nasib gadis itu kedepannya.
"Mendekatlah.." seru Lexa yang dengan segera dituruti oleh wanita peri itu.
Lexa meraih tangan Leeina dan mencoba menyerap kesedihan yang wanita peri itu rasakan. Leeina sang peri, menyadari sesuatu yang tidak bisa dijelaskan mengalir begitu saja ke dalam dirinya. Seketika kesedihan yang merundunginya dalam sekejap hilang digantikan dengan perasaan senang dan lega, walaupun tanpa alasan yang jelas.
"Tak apa, kau tak perlu mengkhawatirkanku dan terima kasih untuk makanannya." pungkas Lexa dengan senyum yang merekah, mencairkan suasana canggung yang baru saja terjadi antara dirinya dan Leeina.
"Kau sangat baik, Lexa." tutur sang wanita peri yang berdiri tepat dihadapannya.
Di sisi lain, tanpa dua peri itu ketahui, sedari tadi Antha tengah menguping pembicaraan mereka. Kemarahan sang alpha kini kian memuncak, ia merasa dikhianati.
"Apa aku terlalu baik dengan kaum mereka, sampai mereka terlalu meremehkanku?" tutur Antha membatin.
Dengan segera ia beranjak dari luar ruangan Lexa, menunda niatannya untuk mengajak sang peri berkeliling wilayahnya dan memilih untuk menemui Grave yang tak lain dan tak bukan adalah adiknya sendiri dan pasangan dari Leeina, sang peri.
Antha tidak dapat menahan emosinya ketika melihat Grave dari kejauhan, ia dengan segera berlari dan memukuli Grave, hingga beta kaum werewolf itu terpental jauh dari posisi sebelumnya.
Napas sang alpha memburu, dengan kemarahan yang meluap-luap dan dengan segera melancarkan serangan kedua pada sang beta. Pertarungan itu ditonton oleh beberapa werewolf yang berada disekitaran mereka. Beberapa diantaranya terkejut dengan apa yang baru saja dilakukan Antha, beberapa dari mereka turut merasa miris dengan kondisi Grave saat ini.
"Antha, apa yang kau lakukan?" tutur sang beta, mencoba bangun dari posisinya. Badannya penuh dengan memar. Kekuatan Antha terlampau besar hingga dengan sekali pukul dapat meremukkan tulang lawan dan membuat tubuh mereka dipenuhi dengan berbagai macam luka. Untungnya Grave dan Antha terlahir dari rahim yang sama, sehingga beta kaum werewolf itu mampu mengimbangi kekuatan saudaranya dibandingkan dengan werewolf yang lain.
KAMU SEDANG MEMBACA
POSSIBLE
Viễn tưởng"A-apa yang kau lakukan pada tubuhku?" Ucap sang warrior. "Tenanglah, aku hanya membuatmu mati rasa untuk sementara waktu." tuturnya, datar. "Dia mengundangku?" batinnya. Senyum sinis itu berubah jadi tawa yang menggelegar. "A-alpha berkata akan me...