Terlihat beberapa pasang peri sedang berdansa, menari, mengikuti iringan musik yang terus-menerus mengawang dengan lantunan nada yang indah. Lexa hanya duduk terdiam sembari sesekali tersenyum memperhatikan gelagat ayah dan ibunya. Pesta peri kali ini terasa begitu meriah karena dipadukan dengan perayaan menyambut usia dewasa sang pangeran.
Diusia ini, para peri sudah diwajibkan untuk memilih pasangan sembari mempersiapkan diri menjadi orang tua asuh untuk kelahiran berikutnya.
"Dior, kau sudah boleh memilih siapa pasangan yang nantinya akan bersanding denganmu, sayang." tutur Ratu seraya tersenyum.
Pangeran dengan wajah datarnya hanya diam menatap ke arah depan tanpa membuat pergerakan lebih. Ia memilih menikmati pentunjukan tari para peri, ketimbang merespon perkataan ibunya.
Seketika raut wajah sang Ratu berubah sedih. Dior tumbuh menjadi pria yang dingin. Bahkan Ratu, yang adalah ibunya sendiri sulit untuk memecahkan dinginnya hati Dior.
Di sisi lain, Derri menatap lekat putrinya. Ia tersenyum kegirangan dengan menarik Lexa di tengah kerumunan dan mengajaknya menari bersama. Lexa tertawa kegirangan dengan tingkah lucu sang ayah. Derri jarang memperlihatkan sisi-sisi manisnya dan membuat momen ini menjadi sangat berharga untuk Lexa.
Ketika tampil di depan, beberapa peri menghentikan aktivitas mereka dan memberikan ruang untuk Derri dan Lexa menampilkan tarian mereka. Dikarenakan putrinya yang terlahir tanpa sayap, Derri akhirnya menggotong Lexa untuk berdansa dengan pijakan tanah sebagai tumpuan kaki mereka. Semua sorot mata tertuju pada sepasang peri yang dengan lihainya memperlihatkan gerakan mereka. Kebahagian ayah dan anak itu menular hampir ke seluruh tamu undangan yang ada. Mereka tersenyum kegirangan dan ikut tertawa menyaksikan tingkah konyol Derri dan Lexa. Tidak sedikit yang memuji kekompakan mereka dan juga kecantikan Lexa.
"Lihatlah gadis itu, dia tumbuh dengan baik." ujar Raja seraya tersenyum.
Ratu turut mengiyakan perkataan Rajanya, hatinya yang dirundung kesedihan perlahan membaik kala melihat senyum dan kebahagiaan yang menghiasi pesta malam itu.
"Lexa.. " batin Dior.
Hatinya menghangat menatap sang peri cantik yang tengah menari bersama ayahnya. Perlahan untaian senyum terukir jelas di wajah sang pangeran peri, membuat ratu tertegun, seketika.
"Jangan sampai pangeran Dior menaruh hati pada gadis peri itu." tutur Ratu dalam hati.
Meski demikian, sudah lama rasanya Ratu tidak melihat senyum yang putra mahkota tunjukan. Perasaan lega dan was-was kini menghampirinya seketika. Namun, ia berusaha menikmati jamuan pesta yang mereka adakan saat itu. Dior sangat ingin menemui Lexa, hanya saja ia tidak ingin Lexa terganggu atas perhatian yang diberikannya.
Dior memerintahkan salah satu penjaga yang menjadi tangan kanannya untuk menyampaikan pesan pada Lexa agar menemuinya di taman belakang kerajaan. Setelah menyampaikan pesan, Dior meminta izin meninggalkan ruang acara dan begegas menuju taman sembari menunggu kedatangan peri cantik itu.
"Anda memanggil saya, pangeran?" sapa gadis peri itu sembari memberi hormat.
Dior tersenyum kaku, jantungnya berdebar kencang kala mengingat hanya ada dirinya dan Lexa saat ini. Ia tersenyum memandangi raut wajah peri cantik di hadapannya.
Dior mengangguk, "Benar, Lexa." tuturnya gugup sembari beberapa kali menarik nafas panjang dan menghembuskannya.
"Apakah pangeran baik-baik saja?" tanya gadis peri itu dengan nada yang terdengar sedikit khawatir.
Dior mengangguk dengan cepat, "Aku baik-baik saja, aku hanya gugup bertemu denganmu." ucapnya spontan membuat sang gadis peri tersipu malu.
Tingkah lucu Lexa tak henti-hentinya membuat Dior tersenyum. Semakin lama bersama Lexa, semakin sulit baginya untuk melepas peri itu pergi.
"Apa kau menyukai saat-saat bersamaku?" tanyanya frontal menyambut diamnya Lexa.
Gadis peri itu menatap dalam sang pangeran, ia bingung harus menjawab apa. Lexa tidak ingin jawabannya menjadi sebuah kelancangan. Namun, tidak bisa dipungkiri, mengingat pertanyaan yang diajukan Jollie, jika ia harus jujur, maka hal yang membuatnya sedikit tertarik lebih dari apapun yang ada di hutan peri ini adalah Dior. Pribadi Dior yang membuat Lexa memiliki sebuah pilihan. Namun, ia tahu betul batasan-batasan apa yang mengikat antara dirinya dan pangeran peri itu. Terlebih lagi kekurangan dari diri Lexa adalah hal fatal untuknya.
"Lexa, tak apa, kau tak perlu menjawabku sekarang. Yang jelas aku ingin kau tahu, aku senang dan ingin bersamamu." tutur Dior memecahkan kegundahan hati Lexa.
Meski demikian, peri cantik itu tetap mematung dengan kebingungan yang datang menghampirinya secara tiba-tiba.
"Aku harus menjawab apa?! Semuanya masih abu-abu bagiku." sahutnya dalam hati.
Hello ༼ つ ◕‿◕ ༽つ
Maaf ya, beberapa capt ceritanya masih pendek.
Doain aku semoga dapat ilham untuk nulis cerita yang lebih panjang.Btw, thanks udah setia baca sampai saat ini.
Semoga enjoy dengan ceritanya.Kamu bisa kasih masukan untuk alurnya, siapa tahu bisa sangat menolong untuk kelangsungan cerita Possible.
Jangan lupa tinggalkan vote & komen jika kamu suka. (ʃƪ^3^)
Sampai jumpat dipart berikutnya.
See yaa ;*#salamkasihfrommissdey(✿^‿^)
KAMU SEDANG MEMBACA
POSSIBLE
Fantasía"A-apa yang kau lakukan pada tubuhku?" Ucap sang warrior. "Tenanglah, aku hanya membuatmu mati rasa untuk sementara waktu." tuturnya, datar. "Dia mengundangku?" batinnya. Senyum sinis itu berubah jadi tawa yang menggelegar. "A-alpha berkata akan me...