Peluh dan keringat dingin bercucuran membasahi wajah mereka satu persatu. Serangan demi serangan mereka arahkan. Namun Herra dengan mudah mampu menangkis usaha Jillf dan para kawanannya. Ia bahkan menyerap energi para peri, membuat keadaan Dior, Derri serta Leeina perlahan melemah.
Kini, Lexa menjadi tameng satu-satunya bagi mereka. Ia bahkan membagi spirit dan memasang pelindung, agar serangan sang penyihir yang membabi buta tidak melukai makhluk di sekitar mereka.
"Aku benar-benar muak dengan kalian, mari akhiri ini dengan cepat." sahut wanita penyihir itu dengan suara yang nyaring.
Herra terlihat mengacungkan tangannya ke arah langit. Seketika suara gemuruh terdengar keras dengan sambaran kilat yang bertumpuk memenuhi batasan hutan peri. Pertarungan para makhluk itu tidak dapat dibendung. Kekacauan yang terjadi dengan cepat tersiar keseluruh belahan dunia immortal dan menggemparkan dunia kematian.
Suara tawa Herra menggelegar diiringi dentuman gemuruh yang semakin menguasai. Para penyihir tak mampu memalingkan perhatian mereka pada sumber energi yang Herra berikan.
Spirit kematian satu persatu keluar dari tempat kediamannya dan menyatu dalam cahaya hijau memenuhi tubuhnya."Apa itu? Apa yang terjadi?" tanya Grave.
"Dia membangkitkan Spirit Kematian yang bahkan Hades pun enggan menyentuhnya." sahut Jillf dengan tatapan yang tajam.
Sepersekian detik, pria itu menoleh ke arah Lexa yang dipenuhi cahaya biru merekah.
"Apa yang akan kau lakukan?" batin Jillf mempertanyakan gelagat Lexa yang seakan terdiam tanpa melakukan perlawanan.
Disisi lain, para penyihir satu persatu meninggalkan perbatasan hutan peri. Beberapa dari mereka menarik diri dan bergegas menjauh membuat Eric dan para kawanannya kebingungan.
"Sayang, apa yang terjadi?" tanya Gellatryx seraya mendekat ke arah Eric.
"Entahlah, aku juga tidak mengerti. Namun yang pasti, sesuatu yang buruk akan segera terjadi." ujar Eric membenarkan instingnya.
Sang Alpha dengan segera memerintahkan kawanannya untuk turut kembali ke wilayah werewolf dan menyisahkan dirinya, sang mate dan Bianel yang akan terus memantau wilayah peri sembari memberi bantuan jika diperlukan.
"Ayo susul Lexa dan Jillf." tegas sang Alpha.
Derk mempersilahkan para rombongan serigala untuk memasuki wilayah hutan, meninggalkan para raksasa dengan sikap waspada menjaga perbatasan mereka.
Sementara itu, Jillf masih menyorot tajam pada gerak gerik sang peri. Ia terus berusaha menerka-nerka apa yang akan Lexa lakukan setelah Herra membangkitkan energinya.
"Lexa ~" seru Jillf dalam hati. Kekhawatiran mendadak memenuhi pikirannya.
Pusaran awan gelap membentuk tepat diatas Herra. Dataran perlahan berguncang, menimbulkan retakan. Jillf dengan sigap berlari ke arah Lexa yang terus saja terdiam menatap Herra. Namun, langkah pria serigala itu segera terhenti ketika tanah yang ia pijaki dengan cepat membelah, menampilkan ruangan kematian dan percikan hawa panas api dari dalam bumi.
"LEXA!" teriak sang werewolf.
Gadis peri itu berbalik dan tersenyum, jantung Jillf berpacu dua kali lipat dari sebelumnya. Kekhawatiran yang dirasakannya semakin besar. Entah mengapa, rasa takut akan kehilangan melekat erat dalam dirinya. Pria itu hanya bisa mencari cara agar dapat meraih Lexa dan membuat wanita itu berada disisinya. Namun, saat ini semua terasa nihil. Wilayah tempat pria itu berpijak semakin terlihat tak karuan. Meski demikian pelindung yang dibuat Lexa sedikit banyak mampu menghalau retakan tanah yang terjadi disekitar Dior, Derri, Leeina dan Grave, hingga membuat mereka tetap dalam posisi yang aman.
KAMU SEDANG MEMBACA
POSSIBLE
Fantasy"A-apa yang kau lakukan pada tubuhku?" Ucap sang warrior. "Tenanglah, aku hanya membuatmu mati rasa untuk sementara waktu." tuturnya, datar. "Dia mengundangku?" batinnya. Senyum sinis itu berubah jadi tawa yang menggelegar. "A-alpha berkata akan me...