48 - Bola-Bola Api Biru

133 15 2
                                    

Sudah seminggu lebih dan belum juga ada informasi terkait pencarian sang peri, Lexa, membuat Antha semakin frustasi.

"Tidak ada yang melihat tanda-tandanya di seputaran hutan peri." timpal Owen.

"Apa kau yakin?"

Gamma itu mengangguk yakin, "Aku sudah menanyai beberapa peri dan mereka mengatakan hal yang serupa, jika Lexa sudah lama tidak menampakkan diri semenjak peristiwa badai petir."

"Badai petir?" tanya Grave dengan gelagat heran.

Antha menarik napas panjang, "Itu adalah saat dimana aku membawanya kemari." jelas sang alpha.

Owen dan Grave hanya mengangguk secara bergantian. "Lalu bagaimana?" tanya gamma werewolf itu.

Antha tampak berpikir sejenak, "Sepertinya tidak ada cara lain, aku harus menemui pangeran peri untuk menanyakannya dengan pasti." ujarnya lagi.

Grave tampak menggeleng tidak setuju dengan ucapan Antha, "Tidak, tidak! Itu adalah cara yang teramat sangat bodoh, Ant."

"Kenapa?" tanya Owen polos.

Grave menatapnya sengit, "Kau mau melantik alpha baru jika itu terjadi?" sergahnya gusar.

"Hah? Aku tidak mengerti."

Grave manarik napas setengah frustasi, "Sini, biar ku jelaskan. Dengarkan ini baik-baik." Owen mengangguk patuh sementara Antha menatap mereka acuh.

"Si bodoh itu-" Grave menatap sekilas sang kakak, "Menculik lady Lexa dari hutan peri dan membawanya kemari, kemudian sang peri hilang dengan kecurigaan bahwa pangeran peri yang menculiknya dan si bodoh itu-"

"Hey, hentikan mengataiku bodoh!" sergah Antha menatap sinis ke arah Grave.

"Baiklah, dan si brengsek sialan itu-"

"CUKUP!" hardiknya kesal dan berjalan meninggalkan Owen dan Grave.

"Abaikan saja dia." cercah Owen yang memandang Grave dengan raut wajah penasaran.

"Oke, jadi, si bodoh tadi, ingin menemui pangeran peri dan menanyakan jika penculikan itu benar dilakukan olehnya atau tidak, itu sama saja bunuh diri, bukan?"

Owen terkesiap sembari mengangguk tak menyangka jika alphanya adalah makhluk terbodoh yang pernah ia temui.

"Dasar serigala bodoh." cercahnya benar-benar tak habis pikir. "Lalu menurutmu bagaimana sekarang?" tanyanya Owen.

Grave tampak berpikir, "Jalan satu-satunya yaitu menunggu hingga seseorang datang dan memberi kita petunjuk." Owen terdiam dan kembali mengangguk.

Beta werewolf itu menoel kepala pria di hadapan, "Kau sama bodohnya dengan dia." ujar Grave.

"A-aku? Salahnya dimana?" protes sang gamma.

"Siapa yang akan datang memberi petunjuk begitu saja jika kita tidak mencari?" timpal Grave yang membuat Owen tersenyum kikuk.

***

Lexa kini terlihat mulai terbiasa dengan suasana rumah Jillf. Meski beberapa kali keadaannya mengundang rasa penasaran makhluk-makhluk lain yang berada diluar rumah. Lexa terpantau oleh mereka ketika hendak melihat-lihat dari balik jendela. Ia memberi tahukan hal itu pada Jillf dan pria itu hanya menertawai dan menganggap ucapannya adalah sebuah lelucon.

"Aku serius Jillf, mereka seperti menatapku dengan rasa penasaran. Peri-peri hitam itu terlihat menakutkan." jelasnya.

Jillf hanya terkekeh sembari menggelengkan kepalanya, "Mereka tidak mungkin bisa melihatmu. Kau salah mengira, Lexa." timpalnya lagi.

POSSIBLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang