56 - Pengintaian (3)

107 20 0
                                    

Jillf dan Lexa berjalan keluar lembah melewati beberapa peri hitam dan juga beberapa kediaman penyihir yang hanya menatap mereka dengan heran. Bau Lexa tersamarkan dengan baik oleh jubah yang dikenakan Jillf padanya.

Zurel tampak mengikuti mereka secara diam-diam dan dari jarak yang terlampau aman agar baunya tidak dapat dikenali.

Disisi lain, Antha terkesiap saat melihat sebuah gubuk kayu dengan halaman luas berdiri kokoh di tengah-tengah hutan.

"Sepertinya itu kediaman, Jillf." ujar Grave.

Antha terdiam sebelum akhirnya mendekat ke wilayah itu, ia membulatkan mata saat menyadari aroma tubuh Zurel tercium dari tempat ia berdiri sekarang.

"Pangeran vampir itu?! Apa yang dilakukannya disini?" ujar Antha membuat Owen dan Grave segera mengambil ancang-ancang untuk mengejar.

"Kau ingin kami menangkapnya?" tanya Grave.

"Tahan dulu, dia tidak akan bepergian jauh. Kita temui Jillf terlebih dahulu." titahnya.

Antha memimpin para werewolf untuk memasuki kediaman Jillf, tidak ada yang terlihat mencurigakan, semua dalam batas normal, terkecuali tumpukan buku-buku sihir dan mantra serta ramuan-ramuan yang sedikit menarik perhatian para werewolf, terkecuali Anee.

Ia mengetahui ketertarikan kakaknya dengan hal-hal sihir sudah sejak lama, bahkan ia pernah mendengar Jillf menghafalkan beberapa mantra saat mereka tinggal dalam satu atap. Namun ia tahu, kegemaran itu menjadi hal aneh untuk bangsanya.

"Buku apa ini?!" sanggah Grave tampak heran.

"M-mungkin ia bosan dan mencoba belajar hal yang baru selama ini." tutur Anee berusaha mengalihkan anggapan-anggapan mencurigakan.

Antha menelaah sikap matenya, namun ia berpikir jika Anee mengatakan hal itu agar para rekannya tidak mengatai Jillf, bagaimanapun Jillf adalah saudaranya.

"Lupakan soal buku itu." tutur Antha.

Anee tampak sedikit lega dengan titah yang Antha kelurkan. Setidaknya, tidak akan ada lagi yang membahas tentang buku-buku aneh itu.

"Ant, aku menemukan ini." Antha terdiam dan mengamati.

"Ikat rambut, Lexa?!" Grave mengangguk.

"Telusuri bau yang ada diruangan dan temukan jejaknya sekarang juga." sergah Antha.

Jantungnya berdegup kencang kala ia menyadari selangkah lagi akan bertemu dengan gadis peri itu. Tidak bisa dipungkiri Antha merindukannya, meski hatinya kini diisi oleh Anee.

"Tidak ada bau yang aneh, bahkan aroma tubuh lady Lexa pun tidak tercium."

"Bergegas temukan mereka, pasti pria itu belum terlalu jauh membawa Lexa pergi. Temukan juga pangeran vampir itu. Ia telah menelan ludahnya sendiri dan berucap dusta padaku." timpal sang alpha.

Mereka bergerak mencari ke segala arah, sembari mengendus aroma yang bercampur aduk dan sedikit membuat mereka pusing.

"Zurel pasti menemukan jejak Lexa, ikuti saja baunya." tutur Antha yang dengan segera diiyakan oleh kawanannya.

Sementara itu, Zurel semakin yakin kalau salah satu sosok yang memakai jubah itu adalah peri Lexa. Walaupun awalnya ia tampak ragu karena menyadari tidak ada cahaya yang menyinari sekujur jubah yang mereka kenakan. Ia mengingat jika sang gadis peri dipenuhi dengan cahaya terang disekujur tubuhnya. Ia berpindah dari satu pohon ke pohon lainnya sembari mengikuti kemana arah makhluk-makhluk itu pergi.

Jillf tampak mulai gelisah, ia menyadari jika pergerakannya bersama Lexa tengah dipantau oleh satu makhluk, namun karena jarak yang jauh, ia tidak dapat memastikan makhluk itu melalui aroma.

POSSIBLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang