66 - Secarik Kertas

115 20 0
                                    

"Bagaimana? Kau dapat informasi yang menarik?"

Vampir pria dengan perawakan tegas itu mengangguk mengiyakan, "Kurasa, anda akan menyukainya, tuan." ucapnya dengan bangga.

"Katakan, informasi menarik apa yang kau peroleh?" desak Zurel.

"Besok, kerajaan werewolf akan mengadakan pesta besar-besaran untuk merayakan pelantikan Luna kaum mereka."

Zurel terdiam, perlahan salah satu sudut bibirnya terangkat, "Mereka sudah menyerah mencari tahu keberadaanku?"

"Kemungkinan seperti itu, tuan. Sejauh ini, anda sudah berhasil mengelabui mereka dengan sangat baik." sahut pria vampir itu.

"HAHA, ALPHA KEPARAT ITU! Dia tidak setangguh perawakannya." ujar Zurel dengan sinis, "Bahkan jejak ku saja tak mampu ia temukan. Dan sekarang dengan sombong, ia ingin mengangkat sesosok Luna untuknya?! Haha, sangat konyol." celetuk Zurel terdengar sarkas.

"Rencana apa yang akan tuanku lakukan?"

Putra mahkota bangsa vampir itu tersenyum dengan sinisnya, "Bagaimana jika kita sedikit bermain-main dengan mereka?! Kurasa para penyihir gelap akan senang berkunjung ke tempat para monster pemakan daging itu." timpalnya, "Utus mereka untuk menyebarkan teror saat pesta digelar." titah Zurel.

"Baiklah pangeran."

"Pergilah, aku tidak sabar melihat wajah gusar sang alpha beserta kedua bawahannya." ucap Zurel sembari menunjukkan raut mengejek.

Baru saja akan beranjak melaksanakan perintah, pangeran vampir itu dengan cepat menghentikan bawahannya, "Hm, tunggu!" Seketika Zurel mendapat ide yang menarik.

Sosok vampir yang menjadi kepercayaannya itu dibuat bungkam seketika, "Ada apa, tuan?" ujarnya heran.

"Kumpulkan pasukan. Aku ingin memberikan hadiah kecil secara langsung pada alpha Atlantha." ujar sang pangeran vampir mengubah rencana.

"Akan saya laksanakan, tuan."

- Hutan Peri.

Tepat di depan pintu kediaman Jillf yang dipenuhi dengan tanaman menjalar yang indah menghiasi dinding rumah perinya, Lexa terlihat hendak mengetuk pintu sembari menggenggam sebuah bungkusan kain yang berisi makanan ditangannya, "Jillf.. kau di dalam?" Lexa terdengar memanggil dari arah luar kediaman sang werewolf, seraya diikuti kegaduhan suara ketukkan pintu darinya.

Jillf berjalan perlahan ke depan dan menarik pelatuk gagang pintu, memperlihatkan wajah cantik Lexa yang dihiasi dengan senyum yang indah, sedang menyapanya. "S-selamat pagi." ujar sang peri terdengar canggung.

Lexa cukup dibuat terkejut dengan perawakan Jillf pagi ini. Rambut acak-acakan, wajah baru bangun dan juga penampakan tubuh bagian atas sang werewolf yang menawan tanpa seuntai kainpun, membuatnya terlihat semakin atraktif.

Jillf menatap sang peri sepersekian detik, kemudian berpaling dan beranjak meninggalkannya menuju dapur dengan gelagat acuh.

Lexa berjalan memasuki rumah sang hewolf, sembari mengikutinya dari arah belakang, "Ibu memintaku untuk mengantarkan ini padamu." timpalnya, menyodorkan seloyang kecil pai blueberry dan meletakkannya di atas meja makan.

Jillf hanya menatap tanpa merespon dengan kata-kata, menambah kecanggungan dan perasaan gugup yang menyergap di hati Lexa.

"Kau masih enggan berbicara dengan ku?" tanya peri itu.

Jillf menatap ke arah Lexa dengan pandangan yang tajam.

"Apa aku melakukan kesalahan dan membuatmu marah? Jika itu benar, tolong maafkan aku." ujar Lexa putus asa sembari menunduk.

POSSIBLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang