"Jillf.. ada yang harus ku ceritakan padamu."
Jillf tampak serius menanggapi perkataan peri itu dan membiarkannya menceritakan semua kejadiaan yang dialaminya barusan. Bagaimana gambaran peristiwa yang ia lihat saat menyentuh lengan Jillf dan juga mengenai pertemuannya dengan roh leluhur yang mendiami dirinya.
"Aku harus segera kembali." ujarnya mengakhiri cerita panjang yang dijelaskannya pada pria itu.
Jillf mengangguk, "Kapanpun kau siap, aku akan mengantarmu kembali." tuturnya, meski di dalam hatinya terlintas perasaan dilema.
"Jillf.." sapa Lexa.
"Mengenai apa yang kulihat tentang dirimu dimasa lalu..." Lexa berucap tampak ragu.
"Katakan saja.." timpal Jillf sembari tersenyum.
Gadis itu menggelengkan kepalanya dengan segera, "Lupakan." tuturnya.
Jillf pun tidak memaksa untuk Lexa berbicara, meski ia selalu menerka-nerka dengan pemikirannya disaat gadis itu tampak ragu menyelesaikan seuntas kalimat yang diucapkannya.
"Apa yang ingin dia bahas?" batin Jillf.
"Besok, bisakah kau mengajariku beberapa skill sihirmu, aku ingin mengetes beberapa hal." timpal Lexa membuyarkan pemikiran Jillf.
"Kenapa harus menunggu besok jika aku bisa mengajari sekarang."
Lexa mengerutkan dahinya, tampak ragu, "Se-sekarang?"
Jillf mengangguk yakin, "Hm, sekarang!"
Lexa terdiam, ia tidak yakin dan sedikit gugup setelah Jillf menimbang untuk mengajarinya sihir sekarang. Bahkan dia belum mempersiapkan diri. Besok dipikirnya adalah waktu yang pas sembari ia bisa menyiapkan diri malam ini, namun Jillf berpendapat lain.
"Kenapa? Kau tampak ragu."
"Tidak, hanya saja..."
Jillf tersenyum, "Jangan khawatir, kita mulai dari yang mudah-mudah. Aku ingin kau tahu, jika sihir memiliki beberapa elemen dan ujung dari penguasaan elemen-elemen sihir itu adalah kau bisa mengaktifkan tabir pelindung."
Lexa tampak menghembuskan nafasnya pelan, "Baiklah, ayo mulai." sahut peri itu yakin.
Jillf mengangguk, "Kita mulai dengan sihir pertahanan..."
Begitulah tampaknya Jillf menjadi guru sihir untuk Lexa dalam semalam. Suara kicauan burung dan udara dingin tercipta dari embun pagi, menyapu lembut kulit kedua makhluk yang terlihat masih saja merapalkan beberapa mantera dan membuat kejadian-kejadian tak terduga. Lexa menguasai elemen-elemen yang Jillf jelaskan padanya hanya dalam waktu semalam. Mereka berlatih di halaman depan kediam Jillf, meski awalnya merasa ragu, namun Jillf menjamin jika para peri hitam tidak akan bisa mengetahui apa yang mereka lakukan karena tabir pelindung yang telah Jillf pasang disekeliling rumahnya.
"Apakah tabir pelindung itu bekerja sangat kuat?"
"Sejauh yang ku pelajari, iya. Tabir pelindung adalah tahap tertinggi bagi seorang yang bisa mengendalikan sihir." jelas Jillf.
Setelah melewati semalam suntuk, Lexa telah menguasai semua skill-skill yang dimiliki oleh Jillf. Matahari tampak masih enggan menampilkan cahayanya, ditengah dinginnya hawa lembah Orison, Jillf memutuskan untuk membuka segel tabir pelindung miliknya dan membiarkan Lexa menciptakan tabir pelindung untuk mereka.
"Apa kau siap?" tanya Jillf.
Lexa tampak ragu mengiyakan pertanyaan yang pria itu ajukan, "Bagaimana jika hal itu tidak berhasil?"
"Aku akan berjaga-jaga dan menciptakan tabir pelindung yang baru. Lexa mengangguk paham.
"Saat segel pelindung terbuka, para peri hitam akan menyadari keberadaanmu. Kau harus fokus menciptakan tabir pelindung secepat mungkin, mengerti?"
KAMU SEDANG MEMBACA
POSSIBLE
Fantasy"A-apa yang kau lakukan pada tubuhku?" Ucap sang warrior. "Tenanglah, aku hanya membuatmu mati rasa untuk sementara waktu." tuturnya, datar. "Dia mengundangku?" batinnya. Senyum sinis itu berubah jadi tawa yang menggelegar. "A-alpha berkata akan me...