Lexa tengah berkumpul bersama ayah dan ibunya menikmati jamuan makan bersama. Hangatnya suasana kekeluargaan menambah kenikmatan yang dirasakan.
"Lexa, bisakah kau menemani ibu di rumah hari ini?" pintah Jollie yang mendapat anggukan antusias putrinya.
"Tentu, bu. Apa ibu ingin melakukan sesuatu?" tanya gadis peri itu.
Jollie menggeleng dengan segera, "Hanya ingin bersama putri cantik ibu saja." jawabnya seraya tersenyum.
"Ekhem!" Derri mencoba mengambil perhatian kedua wanita peri yang ada di hadapannya.
"Apa aku masih terhitung dalam anggota keluarga ini?" tuturnya dengan nada merajuk yang disambut gelak tawa oleh Lexa dan Jollie.
"Tentu, ayah. Kau segala-galanya bagi kami. Iya, kan, bu?"
Derri tersedak, jantungnya berpacu kala melihat Jollie mengangguk mengiyakan perkataan putri mereka.
"Kau tak apa?" tanya Jollie khawatir. Namun tidak dengan Lexa yang diam-diam menertawakan tingkah ayahnya.
Lexa tahu betul, ayah dan ibunya memiliki bahasa kasih yang berbeda dari kebanyakan pasangan peri lain untuk mengekspresikan cinta mereka. Walaupun Lexa tidak pernah mendengar pengakuan dari masing-masing, namun, dengan tingkah lucu dan perhatian yang selalu Jollie dan Derri tunjukan satu sama lain, semakin membuat Lexa yakin ada perasaan yang kuat mengikat ibu dan ayahnya.
Hari ini Jollie ingin menghabiskan waktu dengan sang putri. Aktivitas keluar rumah Lexa yang rutin dilakukan gadis peri itu sedikit banyak menyita waktu kebersamaan mereka. Derri dan Jollie mengizinkan dan bahkan mengharuskan Lexa untuk keluar dan tidak berdiam mengurung diri di rumah peri. Bagi mereka dengan Lexa keluar rumah dan membaur serta membiasakan diri dengan para penghuni hutan peri akan semakin membuat rasa percaya dirinya timbul, terlepas dari perlakuan yang ia terima yang sejujurnya juga diketahui oleh kedua orang tuanya, membuat Jollie sering merasa bersalah dan sedih.
Meski demikian, dia tahu, putrinya tidak selemah apa yang dipikirkan peri lain. Lexa tumbuh menjadi gadis cantik yang baik hati dan periang. Segala sisi keindahan alam memancar terang mengisi kepribadian gadis peri itu.
"Lexa, boleh ibu bertanya?" tutur Jollie
"Tentu bu, apa saja." ucapnya antusias.
"Adakah yang menarik perhatianmu di hutan peri ini? Terlebih dari apa yang kau lihat selama berada di luar rumah."
Lexa terdiam, nampaknya ia sedikit berpikir, menimbang dan memilah jawaban apa yang harus diberikan untuk sang ibu.
"Perihal apa, bu?" tanyanya.
"Perihal hati, mungkin?!" tutur Jollie yang kembali membuat Lexa terdiam.
Sejujurnya, semua masih terasa hampa untuk peri cantik itu. Sejauh ini belum ada yang menarik untuknya. Seketika gadis peri itu tersadar, ia menoleh dan menatap gelang rotan yang menghuni pergelangan tangannya yang turut mengundang senyum di wajah cantik gadis peri itu.
"Hm...? Ibu masih disini, yuhu!" ucap Jollie mencoba menarik kesadaran Lexa. Wanita itu masih menunggu untuk jawaban yang akan diberikan oleh putrinya.
Lexa terkekeh melihat ekspresi sang ibu, "Ibu tahu, bukan? Semuanya masih sama bagiku, bu. Semuanya terlihat menarik." ujarnya sedikit berbohong. "Hutan peri benar-benar menakjubkan, bahkan penghuninya pun demikian, turut mengambil perhatianku." tutur Lexa, terdengar sedikit bersemangat.
Jollie tersenyum, meski jauh di lubuk hatinya, ia menyimpan kesedihan lebih untuk takdir yang harus putrinya hadapi, "Sini, beri ibu pelukan." Lexa melebur dalam hangatnya dekapan sang ibu. Namun perlahan tanpa Jollie sadari, Lexa menarik sebagian perasaan sedih yang wanita peri itu rasakan dan menggantinya dengan kebahagiaan. Itulah kelebihan yang bisa dilakukan Lexa, diluar dari kekuatan-kekuatan alaminya sebagai seorang peri.
Karunia kebahagiaan, tumbuh dan melekat dalam diri gadis itu. Ia bisa dengan mudah menyerap kesedihan dan menggantinya dengan kebahagiaan. Masih banyak hal lain yang yang bisa ia lakukan terlepas dari kekurangannya yang begitu terlihat.
***
Ares sedang mengitari bagian terdalam hutan peri sembari mencari-cari keberadaan pangeran Dior. Karena obsesinya terhadap sang pangeran, ia memutuskan untuk hidup dan berbaur dengan penghuni hutan peri lainnya. Ares tergolong dalam kategori penyihir hutan yang cukup baik, sehingga mudah baginya untuk membangun hubungan dengan kaum manapun. Darah penyihir dalam tubuhnya dengan otomatis melindungi dia dari makhluk-makhluk Netherworld yang sedang menjelajahi dunia immortal dan hidup berdampingan dengannya.
Dior terlihat dari kejauhan sedang memantau persiapan perubahan musim untuk dunia manusia. Para peri juga berperan banyak untuk keseimbangan alam dunia para mortal, sehingga semuanya diatur dengan baik dibawah pengawasan sang pangeran.
Ares tersenyum lebar memindai gerak-gerik yang dilakukan pangeran peri tersebut. Ia sudah lama mengintai dari kejauhan setiap apapun yang dilakukan Dior. Dirinya bahkan membantu menurunkan hujan ataupun menjadikan cuaca cerah dengan kekuatan sihir yang ia punya.
Gadis penyihir tersebut juga turut membantu menjaga flora dan fauna yang ada di hutan peri, agar tidak menjadi pekerjaan tambahan untuk Dior dalam merawat mereka. Semua Ares lakukan agar pangeran peri itu mau mengakuinya. Meski demikian, ia tahu jika dirinya dan Dior tidak mungkin bersama, ia tidak ingin egonya membuat Dior terluka dan berbalik membencinya.
Ares hanya bisa menjadi bayangan yang selalu mengikuti Dior, kemanapun pangeran itu pergi. Meski hal itu sedikit timpang untuknya, namun baginya tak mengapa, asalkan Dior tidak menjauh dan tetap dalam jangkauan pandang sang penyihir.
"Aku akan membantumu sebisaku untuk menjaga hutan ini. Setidaknya, ini bentuk terima kasih karena telah menolongku dari maut." batin Ares.
Disisi lain, Dior mengetahui jika Ares begitu sering mengikuti kemanapun dia pergi. Tetapi sebisa mungkin dirinya berusaha untuk mengabaikan gadis itu. Selama Ares tidak menunjukan gelagat-gelagat yang mebahayakan untuknya maupun penghuni hutan peri, maka Dior memilih untuk tidak menghiraukan sang penyihir. Baginya, Ares bukanlah sosok yang akan dengan mudah menarik perhatiannya.
"Berbeda ketika Lexa yang menempati posisi itu. Aku akan dengan senang hati membiarkannya melakukan apapun yang ia mau. Bahkan jika kemauannya adalah untuk mengikuti kemanapun aku pergi." sahut Dior dalam hati.
KAMU SEDANG MEMBACA
POSSIBLE
Fantasy"A-apa yang kau lakukan pada tubuhku?" Ucap sang warrior. "Tenanglah, aku hanya membuatmu mati rasa untuk sementara waktu." tuturnya, datar. "Dia mengundangku?" batinnya. Senyum sinis itu berubah jadi tawa yang menggelegar. "A-alpha berkata akan me...