72 - Pengusiran Halus

112 17 0
                                    

Hawa dingin di pagi hari kian menyapa menembus pori-pori kulit Owen yang masih tertidur lelap. Sang gamma dengan leluasa membolak-balikkan badannya di atas kasur yang ditempatinya bersama Jillf, membuat ia seketika tersadar jika hanya dirinya yang tersisa di kamar itu.

"Hooaam, sudah pagi?!" timpal Owen dengan suara dan mata sayup yang masih terasa berat. Pria itu dengan segera beranjak dari tempat tidur menuju ruang tamu untuk mencari Jillf.

Ia mendapati para rekannya tengah berbincang di teras rumah sembari melontarkan lelucon satu sama lain. Leeina terlihat tengah menyeduh minuman dengan rempa dan tumbuhan yang hanya bisa di dapatkan di hutan peri.

"Selamat pagi, Owen." sapa Leeina.

"Pagi Leeina." balasnya, "Apa hanya aku yang terbangun hampir siang?"

Leeina menggeleng cepat, "Tentu tidak, kamipun baru saja bangun, sekitar empat jam lebih dulu darimu-" guyon Leeina yang mendapatkan senyuman miris dari Owen, "-tapi, tenang saja, tuan rumah tidak mempermasalahkan hal itu." jelas sang peri yang dibalas Owen dengan tawanya yang canggung.

"Aku akan bergabung dengan mereka."

Leeina mengangguk mengiyakan.

Owen berjalan menuju ke tempat dimana Jillf dan Grave berada, "Selamat pagi." sapanya.

"Kau sudah bangun?" timpal Grave.

Owen mengangguk, "Bukankah ini terlalu pagi? Apa yang kalian lakukan disini?"

"Terlalu pagi? Sadarlah sobat, kau melewatkan waktu sarapan." tutut Grave yang diikuti tawa kecil dari Jillf.

"Hah?! Kenapa kalian tidak membangunkan ku?" rengek sang gamma.

"Haha, tenanglah, Lexa sudah membungkuskanmu beberapa menu sarapan yang Leeina hidangkan di meja makan." sanggah Jillf.

"Oh, sungguh? Lady Lexa memang yang terbaik." ucap Owen menampilkan senyum yang mengembang di wajahnya. "Sepertinya dugaanku semalam cukup berdasar, Lady Lexa menaruh perhatian lebih padaku."

Jillf yang mendengar ucapan Owen seketika memandangnya dengan tatapan mencelah sembari memutar bola matanya jengah. "Pergilah dan habiskan sarapanmu, sebelum bokongmu menjadi sasaran empuk dari tendanganku." ujarnya kesal yang mendapat sambutan tawa dari kedua pria yang tengah bersamanya.

"Aku hanya bercanda, jangan terlalu diambil serius."

Jillf menggelengkan kepalanya, acuh.

"Baiklah, aku akan pergi mengambil sarapanku."

Baru saja akan beranjak, langkah kaki Owen terhenti begitu juga perhatian para werewolf ketika merasakan kehadiran Dior di sekitar kediaman Jillf.

"Tamu yang tak diharapkan." timpal Jillf dengan nada suara yang terdengar kecil.

Owen mengangguk, "Sepertinya waktu sarapanku akan sedikit tersita atau tidak akan ada sarapan sama sekali."

Mata Jillf menatap tajam ketika Dior yang menampakkan dirinya dengan diikuti iringan beberapa pengawal dan kesatria kerajaan peri.

"Itu dia." tuturnya.

"Selamat pagi, pangeran." sapa Owen dengan nada yang terdengar bersemangat meski terkesan dibuat-buat.

Dior terdiam seribu bahasa. Ia, dengan wajahnya yang tegas dan datar berjalan ke arah Jillf dan menghampiri pria itu. Jillf menundukan kepalanya sesaat dan diikuti oleh Grave, meski dengan sorot mata yang tajam, menatap sang pangeran.

"Kau harus mengantar teman-temanmu keluar dari wilayah hutan peri saat ini juga. Jika tidak, aku yang akan mengantar mereka dan memastikan mereka meninggalkan tempat ini dengan segera." timpal sang pangeran, terdengar tegas.

POSSIBLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang