Pria itu memperhatikan Jillf dengan seksama.
"Ada apa? Kenapa tuan menatapku seperti itu?" tanya Jillf heran.
Derri menggelengkan kepalanya, "Ah, tidak. Kau hanya mengingatkanku pada seseorang. Dia sangat mirip denganmu." ujarnya.
"Glynnda?" ujar Jillf membuat Derri sontak terkejut.
"Kau mengenalnya?"
Jillf mengangguk pasti, "Dia ibuku." sahutnya.
Derri nampak terkejut diam beberapa saat sebelum menimpali ucapan Jillf, "Kau- Jadi kau putra Glynnda?" Pria itu tampak tercengang tak percaya, "Ayo, masuk. Kita cerita di dalam." ajak Derri yang diiyakan mereka dengan anggukan.
Jolli terlihat membawa nampan dan menyuguhkan beberapa buah-buahan peri serta pai bunga dimeja makan untuk mengganjal perut mereka.
"Maafkan kami, hanya ini yang bisa kami sajikan." tuturnya sembari menatap Jillf.
"Tidak apa-apa, nyonya, saya bisa menikmati apa saja." tutur pria itu dengan sopan.
"Aku bisa menemanimu berburu setelah ini, nak. Bagaimana pun kau harus memakan daging. Jika tidak, otot-ototmu bisa bermasalah." tutur Derri.
Jillf terlihat menggaruk tengkuk lehernya yang sebenarnya tidak terasa gatal. Ia hanya sedikit canggung dengan perhatian yang diberikan keluarga Lexa padanya.
"Terima kasih, tuan Derri."
Mereka bercengkrama sembari menikmati sajian yang disuguhkan Jollie.
"Wah, ini sangat enak." puji Jillf yang membuat ketiga peri yang mengelilinginya tersenyum senang.
"Benarkah? Kau bisa memakan semuanya jika kau mau." tutur Jollie senang.
"Dengan senang hati, nyonya."
Mereka tertawa gembira dengan tingkah Jillf, suasana begitu hangat terjalin diantara mereka.
"Aku masih tidak percaya, putra Glynnda kini ada di hadapanku." ujar Derri menyambut keheningan mereka, "Aku dan ibumu bersahabat sejak kecil. Aku cukup terkejut kala Glynnda memutuskan untuk keluar dari hutan peri. Awalnya aku mengira ia hanya penasaran dengan dunia luar, tetapi setelah itu aku tahu, ia menjalin hubungan dengan salah pemimpin pack kaum werewolf dan mereka memutuskan untuk tinggal bersama. Hingga terakhir kali aku mendengar kabar jika dia memiliki seorang putera, ku pikir itu hanya isu belaka, siapa yang menyangka jika takdir membawamu kemari Jillf." sambungnya.
Jillf tersenyum tulus menyambut tatapan dalam dari Derri, "Aku turut senang bertemu dengan anda, tuan. Ibuku pasti sangat bahagia jika tahu tentang hal ini." timpalnya.
Derri tampak mengangguk kecil sembari menepuk pundak Jillf dengan lembut, "Aku turut berduka, nak." timpalnya yang disambut wajah terkejut dari Jollie dan tatapan dalam dari Lexa. "Keputusan Glynnda adalah yang paling tepat. Meski terdengar sedikit aneh jika aku mengatakan ini, tapi ibumu adalah sosok yang sangat bertanggungjawab dan penuh perhitungan. Kurasa, setiap keputusannya adalah yang terbaik untukmu."
Jillf tampak terdiam beberapa saat, matanya tampak berkaca-kaca sebelum ia menampilkan senyum khasnya yang menawan, menatap kearah tiga peri yang mengelilinginya. "Anda benar, tuan. Aku bangga dilahirkan sebagai putranya. Dan aku senang, bisa bertemu dengan anda."
Derri tersenyum, sekali lagi. Mereka menikmati momen haru yang terjadi sesaat dan menggantinya dengan momen kebahagiaan kala Derri bercerita mengenai kenangan-kenangan sosok Glynnda yang ada dipikirannya. Lexa juga turut berbagi pengalaman pada ibu dan ayahnya. Ia menceritakan bagaimana Antha membawanya keluar dari hutan peri hingga dirinya bertemu dengan Jillf, yang menyelamatkannya dari pangeran vampir serta membawanya kembali pulang. Ia juga bercerita mengenai segel sihir yang telah terbuka dan membuat cahaya disekujur tubuhnya menghilang, pertemuan dengan leluhur serta cerita mengenai para peri yang tidak memiliki sayap. Semua Lexa utarakan pada kedua orang tuanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
POSSIBLE
Fantasía"A-apa yang kau lakukan pada tubuhku?" Ucap sang warrior. "Tenanglah, aku hanya membuatmu mati rasa untuk sementara waktu." tuturnya, datar. "Dia mengundangku?" batinnya. Senyum sinis itu berubah jadi tawa yang menggelegar. "A-alpha berkata akan me...