Dior memasuki perpustakaan kerajaan peri, dimana segala jenis cerita sejarah bangsa peri, beberapa cerita kaum immortal serta penemuan ilmiah bangsa mereka tersusun rapih di rak buku.
Perpustakaan peri terbilang cukup luas dan dijaga hanya satu peri saja. Greccy Fout dari kaum Elves sang peri jenius, menjadi penanggungjawab perpustakaan kerajaan. Fout yang bertubuh lebih kecil dari kaumnya dan juga wajahnya yang menakutkan, membuat para penghuni istana peri merasa enggan untuk bergaul dengannya. Hanya pangeran Dior yang menjadi teman bicara Fout.
"Kali ini apa lagi yang kau cari, pangeran?" tuturnya datar.
"Kau sudah menemukan apa yang ku minta?" ujar Dior balik bertanya.
Fout menyodorkan sebuah buku ramuan pada pria berwajah elegant nan tampan itu, "Lihat dan pahamilah.." ujarnya, kemudian pergi meninggalkan sang pangeran peri.
Saat Dior membuka buku itu, ia merasa kesal dan dengan segera menghampiri Fout, "Apa ini?! Buku apa yang kau berikan padaku? Isi bukunya kosong." sembari menunjukan lembaran buku itu tepat di hadapan Fout.
Peri Elves itu tertawa, menertawakan tingkah yang ditunjukan pangeran padanya. "Untuk itu aku memintamu melihat dan memahaminya, pangeran." ujarnya tersenyum dan kembali berjalan menyusuri rak buku yang terlihat menjulang tinggi diikuti Dior dari arah belakang.
"Jelaskan padaku maksud perkataanmu, Fout!" tuturnya tak sabar, "Aku tidak paham maksudmu."
Fout menghentikan laju terbangnya dan berbalik menatap Dior yang hampir saja menabraknya dengan wajah kesal, "Apa kau bisa melihat tulisan dibuku itu?" tukasnya, "Apa kau bisa memahami isinya?" lanjut Fout, "Jika tidak, maka buku tidak bisa memberimu jawaban, tapi yang kau inginkan hanya ada dibuku itu." sambungnya. Mimik wajah Dior berubah, ia tetap mengikuti kemana Fout pergi sembari mendengar penjelasannya.
"Buku itu adalah buku ramuan kaum Druid dan hanya ada dua di dunia. Buku yang pangeran pegang adalah duplikat dari buku asli yang saat ini dimiliki oleh keturunan darah murni kaum itu." ujar Fout, "Jika anda ingin mencari tahu tentang buku itu, pergi dan temuilah salah satu dari kaum mereka, namun hanya yang berdarah murni yang bisa menjelaskan isi buku itu pada pangeran." lanjutnya.
Tanpa sepatah katapun, Dior melaju meninggalkan ruangan perpustakaan, "Dasar, anak jaman sekarang, tidak sopan." tutur Fout dengan nada datar.
Dior bersama beberapa prajuritnya terbang meninggalkan istana peri menuju hutan, ia bermaksud untuk menemui Ares, gadis penyihir yang ditolongnya beberapa waktu lalu. Hanya Ares, seorang penyihir dari kaum druid yang ia ketahui. Dior mengerahkan para penjaga untuk mencari keberadaan Ares sementara dirinya menunggu dekat danau peri.
Para peri dan penghuni hutan lainnya memberi hormat ketika Dior mendarat tepat disamping danau, kilauan cahaya serbuk peri menghiasi langit kala melihat banyak peri yang berlalu lalang di udara. Dior menyadari keindahan hutan peri setelah menatapnya dari bawah, "Ah, beginikah pemandangan yang selalu Lexa lihat?" tuturnya dalam hati.
Sudah lama Dior tidak melihat peri cantik itu. Terakhir kali mereka bertemu ditaman belakang istana, gejolak kerinduan semakin menjadi-jadi dalam hatinya, "Aku harus menemuimu malam ini, Lexa. Jika tidak aku, bisa gila." ujarnya lagi, membatin.
"Anda mencari saya, pangeran?" ucap Ares yang membuyarkan lamunan Dior.
"Benar, ada yang ingin ku tunjukan padamu." tutur Dior sembari menyodorkan buku yang ia peroleh dari Fout.
Ares terkejut, "Bagaimana bisa...?" ucapnya seketika terhenti.
"kau tahu mengenai buku ini, kan? Bisakah kau menjelaskannya padaku?" timpal Dior sedikit menaruh harapan.
Gadis penyihir itu terpaku pada buku yang disodorkan Dior padanya, "Apa yang anda ingin untuk saya lakukan?"
"Temukan ramuan yang dampat menumbuhkan sayap peri." ujar Dior membuat Ares tersentak kaget.
Matanya seketika memerah, ia tahu betul maksud Dior. Dada Ares menjadi sesak ketika Dior memasan raut wajah penuh harap padanya. Gadis penyihir itu tertunduk lesuh, "Maafkan saya pangeran, buku itu kosong. Hanya darah murni dari kaum kami yang bisa membacanya." Dior tertegun, harapannya pupus seketika.
Ia menarik nafas pelan dan menghembuskannya, "Baiklah, terima kasih, karena kau sudah mau menemuiku." tutur Dior yang menarik simpati dan rasa bersalah Ares.
"Maafkan saya pangeran." batinnya, "Kalau begitu, saya pamit undur diri." Dior hanyan mengangguk, ia mengisyaratkan untuk salah satu pengawal mengiringi Ares pulang.
Disepanjang perjalanan, Ares terlihar murung. Hatinya hancur ketika mengetahui besarnya keinginan pangeran peri untuk membantu Lexa agar menjadi normal. Namun, disisi lain, ia merasa bersalah karena telah berbohong pada Dior
"Lexa, aku harus segera membuat penawaran secepatnya denganmu." tuturnya membatin.
KAMU SEDANG MEMBACA
POSSIBLE
Фэнтези"A-apa yang kau lakukan pada tubuhku?" Ucap sang warrior. "Tenanglah, aku hanya membuatmu mati rasa untuk sementara waktu." tuturnya, datar. "Dia mengundangku?" batinnya. Senyum sinis itu berubah jadi tawa yang menggelegar. "A-alpha berkata akan me...