61 - Pertemuan Dior, Lexa & Jillf

149 23 3
                                    

Matahari tengah mencapai puncaknya, dibawah pohon oak besar yang rindang, Lexa dan Jillf terlihat sedang menikmati waktu istirahat mereka sembari mendengarkan suara merdu para Siren yang terus bersenandung indah, seakan menghibur diwaktu rehat mereka.

Jillf meminta pada Lexa agar bisa mengambil waktu istirahat lebih banyak sebelum melanjutkan perjalanan menuju hutan peri. Pria itu mengaku jika dirinya cukup lelah, meski sejujurnya, ia tidak merasakan hal itu sedikitpun. Jillf justru mencari alasan agar peri cantik itu bisa ikut beristrahat, dikarenakan Lexa terlalu bersemangat dan mengesampingkan tubuhnya yang bisa saja ambruk ditengah jalan.

Para werewolf diberikan karunia ketangkasan dan kekuatan berkali-kali lipat dibanding kaum immortal lain, sehingga Jillf mengerti, tenaga Lexa bisa saja habis bahkan sebelum mereka melewati seperempat wilayah hutan peri. Jarak antara perbatasan menuju wilayah pemukiman para peri tergolong cukup jauh, membuat Jillf memutuskan untuk sedikit berbohong.

"Lexa, aku lelah. Beri aku waktu untuk beristirahat, sebentar saja." ujar Jillf.

"Hm, baiklah, Jillf." timpal gadis peri itu.

Tidak selang beberapa lama, Jillf mendapati peri cantik itu tertidur dengan lelapnya. Pria itu tersenyum menatap Lexa beberapa saat sebelum akhirnya ikut bersandar dan memejamkan mata.

Jillf baru saja akan memasuki alam bawah sadar, namun ketika ia mendengar para Siren menghentikan nyanyian mereka dengan segera pria itu tersadar dan menyadari jika disekeliling mereka telah ditutupi oleh kabut gelap yang tipis. Hewolf itu menyadari ada sesuatu yang tidak beres disekitar mereka, beberapa kali ia mencoba mengendus bau sekeliling, berharap dapat mengetahui darimana gerangan kabut itu berasal. Namun usaha yang dilakukannya nihil, Jillf tidak mencium aroma asing apapun.

"Ada apa ini?!" batinnya.

Jillf dengan segera memasang tabir pelindung disekitar Lexa yang tengah tertidur nyenyak. Ia berdiri dan berjalan sedikit menjauh dari posisi sebelumnya. Jillf menoleh disekitar sebelum maniknya menangkap sosok yang membuat jantung pria itu terpukul sedemikian rupa. Matanya menyelidik, alisnya bertaut satu sama lain, menggambarkan keraguan meski kakinya ingin segera menghampiri sosok itu.

"Aqueene?" lirihnya, mata Jillf terlihat memerah menahan air mata, menyadari keberadaan sosok yang selama ini dirindukannya.

"Aqueene, apa itu kau?" ucapnya dengan nada yang sedikit bergetar. Sementara sosok itu tersenyum cantik menatap ke arahnya.

Jillf terhenyu, ia melangkah mendekati sosok itu, meski sedikit ragu, sang pria terus menapakkan kakinya dengan perlahan, "Aku merindukanmu." timpalnya lembut sembari menahan air matanya yang hampir saja berderai.

Lexa terbangun dari tidurnya, ia melihat Jillf mendekati sosok asing dari kejauhan, "Jillf.." panggilnya, namun tidak mendapatkan respon apapun.

Ia melihat tabir milik Jillf menyelubunginya dan diluar pelindung itu tampak kabut hitam tipis yang disertai cahaya hijau, mengelilingi mereka. Lexa melihat kesekeliling, para peri yang tadinya memenuhi pinggiran sungai, tengah bermain kini sedang bersembunyi.

"Siapa sosok itu?" batinnya. Firasat Lexa tampak berbeda kala menatap sosok yang dihampiri Jillf.

"Jillf..." teriak Lexa berusaha menyadarkan pria itu.

"Cahaya hijau itu.." ujarnya kembali membatin, setelah mengamati dengan seksama.

"Itu adalah cahaya sihir pemikat yang sangat kuat disertai dengan kutukan. Manusia serigala itu sedang dalam bahaya sekarang. Semakin lama, ia akan semakin takluk pada sihir pemikat dan kutukan akan melahap habis jiwanya."

POSSIBLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang