"Oh-tidak! Lexa, gunakan sihirmu, aku tidak bisa menggunakan sihirku di depan mereka." timpal Erayeen berbicara seolah-olah ia adalah Jillf.
"Aku terlalu gugup, Jillf bantu aku." tuturnya.
Erayeen dengan segera berganti shift, membiarkan Jillf dengan segera mengambil alih tubuhnya. Pria itu tetap berdiri di depan Lexa sembari dirinya menatap ke arah Grave dan Owen. Antha pun mengambil alih dan menarik Anee ke sisinya. Lexa terperanjat kaget, ia baru menyadari jika ada sosok lain yang sedari tadi bersama dengan mereka. Namun untuk saat ini ia kembali fokus pada apa yang dilihatnya di depan mata.
Grave hampir saja tersandung saat memapah tubuh Owen membuat mereka hampir kehilangan keseimbangan, dengan refleks Jillf berlari ke arah mereka dan membantu Grave memapah sang gamma, sementara Antha mendekatkan diri pada Lexa.
Sejujurnya ini bukan saat yang tepat untuk Antha mengambil kesempatan mendekati gadis peri itu, namun rasanya, jika bukan sekarang, mungkin kedepannya akan sulit untuk berbicara dengan sang peri.
"Lexa.." gadis peri itu terkejut ketika Antha sudah berdiri disampingnya bersama wanita yang baru saja dilihatnya itu.
"Ant.." ujar Lexa sedikit menjauh.
"Hey, a-aku tidak akan menyakitimu, kau tahu itu." ucap Antha sendu.
Anee yang mendengar itu hanya bisa membuang wajahnya kesembarang arah, tidak ingin melihat interaksi yang dapat menyakiti hatinya begitu rupa.
Lexa terdiam, ia kembali merasakan ketulusan Antha padanya, "Aku hanya ingin kembali ke hutan peri, Ant..." lirih peri itu membuat Antha disergap rasa bersalah yang teramat mendalam.
"Baiklah Lexa.. aku tidak akan menahanmu lagi. Aku tulus ingin berteman denganmu." timpalnya.
Lexa tersenyum hangat, penyesalan yang Antha rasakan sedikit meredah. "Maafkan aku, Lexa." sambungnya lagi.
Gadis peri menggelengkan kepalanya, "Tidak ada yang perlu dimaafkan, Ant, kau bersikap baik padaku itu sudah lebih dari cukup." ujar Lexa bijak.
Antha tersenyum, "Baiklah, tetap dibelakangku, aku akan melindungi kalian." tututnya sembari berdiri dihadapan Lexa sementara Anee berada disisi kanannya.
Setelah berada dijarak yang cukup dekat, Jillf menghampiri Lexa kembali dan mendorong Antha sedikit menjauh.
Sang Alpha terkesiap namun ia tidak melakukan perlawanan, ia menghampiri Owen dengan segera, "Apa yang terjadi?" timpalnya.
"Ceritanya panjang, Ant, aku kehabisan tenaga jika harus menjelaskannya." sanggah Owen.
Antha tersenyum, "Tapi kau tidak kehabisan tenaga untuk menjawabku" tuturnya yang ditanggapi Grave dengan senyum tipis.
"Lalu... kita harus bagaimana?" tutur Grave.
Sementara kabut hitam semakin mendekat dengan bau amis dan busuk yang menyergap mereka.
"Arg! Bau ini membuat lukaku semakin sakit." keluh Owen sembari menutupi hidupnya dengan satu lengan sementara yang lain ia gunakan untuk menekan lukanya yang terus mengeluarkan darah.
Jillf menatap Lexa lekat, "Hey, Lexa, lihat aku. Ku yakin kau mampu. Kau melakukannya belum lama ini. Ciptakan tabir pelindung untuk sementara waktu." pintanya.
Lexa mengangguk meski tersirat keraguan diwajah cantiknya, ia mengarahkan tangannya, perlahan cahaya biru muncul mengelilingi tubuhnya dan kembali terjadi, para penyihir gelap dan peri hitam terpukul mundur dengan satu serangan. Namun kali ini berbeda, makhluk yang haus akan darah itu mencoba untuk kembali maju mendapati Owen yang bersender disebatang pohon pinus dan dikelilingi oleh Grave dan Antha.
KAMU SEDANG MEMBACA
POSSIBLE
Fantasy"A-apa yang kau lakukan pada tubuhku?" Ucap sang warrior. "Tenanglah, aku hanya membuatmu mati rasa untuk sementara waktu." tuturnya, datar. "Dia mengundangku?" batinnya. Senyum sinis itu berubah jadi tawa yang menggelegar. "A-alpha berkata akan me...