Ku istirahatkan sejenak tubuhku. Lelah dengan segala perkejaanku hari ini. Lelah dengan segala pikiranku tentang kamu. Kamu yang sebentar lagi akan menjadi suami orang lain.
Kamu tahu, apa yang aku pikirkan setelah aku mendengar kabar pernikahanmu hari itu? Rasanya aku ingin menjadi pemeran antagonis. Datang ke pernikahanmu, membuat keributan di sana, dan akhirnya pernikahanmu akan batal. Atau menculik calon istri kamu di hari kalian menikah. Otomatis pernikahan akan batal tanpa hadirnya calon mempelai wanita. Mungkin cara itu hanya akan menghentikan pernikahan untuk sementara waktu saja. Selanjutnya pernikahan kalian pasti akan tetap terjadi. Kecuali aku membunuh calon istri kamu, dan selamanya pernikahan kalian tidak akan pernah terjadi.
Pilihan terakhirku adalah menculik calon mempelai pria. Membawamu ke suatu tempat yang indah. Lalu menyatakan cintaku padamu. Aku sadar sih, pernyataan cintaku tak akan membatalkan pernikahanmu. Aku hanya ingin mengakhiri cinta dalam diamku. Mungkin dengan aku menyatakan perasaanku padamu, perasaanku akan jauh lebih baik. Walaupun nanti pada akhirnya kamu menolakku. Setidaknya aku tidak lagi memendam rasa dalam diam.
***
Diundang? Tidak ada undangan yang mampir ke rumahku sama sekali. Aku tidak diundang.
Siapa aku bagimu? Aku bukan siapa-siapa. Aku hanya orang yang mudah terlupakan.
Bodoh ya? Aku terlalu berharap lebih. Tapi nyatanya aku hanya butiran debu. Orang yang sama sekali tidak penting di hidup kamu.
"Sadarlah. Kamu bukan siapa-siapa baginya Risa. Untuk apa kamu masih mengharapkan dia, yang jelas-jelas sudah memilih orang lain?" Pikiranku berkata demikian. Mencoba memberiku semangat. Tapi jujur hati kecilku tak berkata demikian. Hati kecilku masih menyorakkan namamu.
Kenapa Tuhan memberiku rasa cinta padamu, sementara kamu tidak?
Memang benar ya kata orang, kalau kita sudah siap jatuh cinta. Kita juga harus siap patah hati. Karena jatuh cinta dan patah hati itu sepaket. Tidak bisa dipisahkan.
***
Hai buku... Hai pena... Teman yang selalu ada untukku. Teman yang selalu bisa mengobati segala lukaku. Kutulis segalanya tentang kamu di sana. Pelampiasan kata yang tak bisa kuungkapkan padamu. Tentang cinta bertepuk sebelah tangan. Tentang rindu yang tak ada obatnya.
"Kamu merusak segala harapanku tentangmu.
Kamu menghancurkan segala impianku tentang kamu.
Kamu mengubah mimpi indahku menjadi mimpi buruk.
Kamu mengubah cahayaku jadi gelap."Mungkin saat ini kamu sedang berbahagia. Tanpa aku harus datang ke pernikahanmu, aku sudah bisa membayangkan epkspresi bahagia kamu. Tersenyum manis pada istri kamu. Tersenyum manis pada orang tua dan mertua kamu. Tersenyum manis pada tamu-tamu undangan yang hadir.
Sementara aku hanya bisa menatap sedih. Menatap tulisan yang beberapa saat lalu kutulis. Tulisan tentang kamu yang harus kurelakan untuk selamanya.
Menulis tentangmu adalah kebisaanku. Menulis tentang kita adalah harapanku. Namun sekarang masih bisakah kutulis harapanku tentangmu? Harapan tentang kita? Masih adakah?
***
"Saya terima nikah dan kawinnya Risa Andriani dengan mas kawin tersebut dibayar tunai."
"Sah."
Aku bahagia saat mendengar kata sah di telingaku. Sekarang di depan mataku, aku melihat kamu yang tersenyum menatapku. Kamu yang baru saja mengucapkan ijab qobul. Kamu yang saat ini sudah sah menjadi suami aku. Kebahagiaan yang tak bisa ku ungkapkan dengan kata-kata.
Katanya.. Kita tidak akan pernah mengetahui apa yang akan terjadi. Sebelum itu semua terjadi.
"Risa. Selamat ya atas pernikahanmu. Semoga kalian menjadi keluarga yang sakinah mawadah warahmah."
Aku mendengar kalimat itu berkali-kali. Semua orang mendoakan kita. Semua orang ikut bahagia dengan kita.
"Kamu bahagia?" tanya suamiku.
"Aku sangat-sangat bahagia." jawabku.
Tiba-tiba hujan datang menghancurkan acara pernikahanku. Semua berlarian mencari tempat berteduh.
Aku membuka mataku, dan tersadar kalau semua ini ternyata hanya mimpi.
"Katanya mau jalan. Malah tidur."
Ternyata ini ulah sahabatku yang menyiramiku dengan air. Membuat kekacauan di alam mimpiku. Beberapa jam yang lalu aku mengajaknya untuk pergi keluar. Aku ingin melupakan tentang kamu dan hari ini. Sayangnya aku masih berhalu tentang kamu. Bahkan sampai ke dunia mimpiku.
***
"Lihat deh, meriah banget acara pestanya." kata sahabatku menunjukkan sebuah video pernikahan padaku.
"Kamu pengen lihat aku terjun dari lantai 10." kataku dengan emosi memuncak.
"Sensi banget sih. Padahal aku juga nggak nunjukin pernikahannya Raihan."
"Maaf. Lagian udah tahu sensi masih aja dipanas-panasin sama video pernikahan."
"Masih aja belum move on. Orangnya aja udah nggak peduli. Masih aja dipikirin."
"Karena orang itu nggak tahu kalau aku suka sama dia."
"Emang kalau dia tahu ada yang berubah?"
Aku tidak bisa menjawab pertanyaan temanku. Aku tidak tahu apakah ada yang akan berubah. Apa masih sama?
Aku kembali membuka sosial mediaku. Foto kamu dan dia langsung muncul di beranda ku paling atas. Usahaku sia-sia. Karena di detik berikutnya air mataku tak lagi bisa ku bendung. Aku menangis sejadi-jadinya. Hatiku benar-benar hancur.
***
Minggu, 06 Februari 2022
KAMU SEDANG MEMBACA
Jodoh Pilihanmu, "Dia Yang Terbaik" (TAMAT)
RandomTangisku tiada henti saat ku melihat foto yang dikirim sahabatku lewat pesan WhatsApp. Sebuah pesan tentang kamu. Kabar yang sama sekali tidak ingin aku dengar. Kata orang harapanku terlalu tinggi. Jika aku ingin bersamamu selamanya. Tapi, apa sala...