BAB X "Terbuai Akan Lagu"

103 6 0
                                    

Hai buku apa kabar? Sudah lama aku tak menuliskan sesuatu di lembar kosongmu. Kini akan kuceritakan tentang kisahku, " Pertemuanku, Kamu, dan Dia".

Hal yang selalu ingin aku hindari, yaitu bertemu kamu dan istri kamu dalam satu tempat. Tapi bagaimanapun aku menghindar, jika itu memang takdir, tetap saja aku akan bertemu denganmu.

"Sayang, lama banget sih."

"Maaf sayang, tadi mama telepon. Makanya lama."

Aku mendengar jelas kata "Sayang" di telingaku. Kalian benar-benar pasangan romantis. Bikin iri yang melihatnya. Termasuk aku yang benar-benar iri melihat kemesraan kalian.

Aku melirik ke arah Daffa, laki-laki itu hanya tersenyum. Sepertinya dia sudah terbiasa dengan hal seperti itu.

"Hai Risa." sapa Raihan setelah melihatku. Dia tidak berpura-pura tidak mengenalku. Dia tidak takut istrinya akan cemburu melihat suaminya menyapa perempuan lain. Tiara jauh lebih segala-segalanya dari diriku. Jadi buat apa Raihan takut. Aku memang terlalu bodoh. Aku selalu berpikir, aku adalah peran utamanya. Padahal nyatanya aku hanya pemeran pendukung.

Kita berempat duduk satu meja, aku, Daffa, Raihan dan Tiara. Aku tidak mengerti apa yang mereka bicarakan. Mereka bertiga terlalu asyik mengobrol.

Daffa dan Raihan sibuk sendiri setelahnya. Tiara lalu mengajakku mengobrol. Dia benar-benar baik dan ramah. Menurutku Tiara adalah orang yang supel, dia bisa cepat akrab bahkan dengan orang yang baru dikenalnya.

"Bulan tolong katakan. Bintang bantu bisikan. Kepada dirinya. Bahwa aku suka. Jatuh cinta kepadanya."

Lagu yang diputar mengingatkanku pada masa lalu. Sepertinya di sini hanya aku yang galau. Hanya aku yang masih terjebak di masa lalu. Sementara mereka bertiga terlihat biasa saja. Hanya kebahagiaan yang ada di diri mereka. Seharusnya aku pun juga begitu. Melupakan masa lalu, dan menatap masa depan.

***

"Risa, kamu sama Daffa pacaran ya?" pertanyaan itu datang dari Tiara. Aku hanya menggeleng sebagai jawaban.

"Masak sih nggak pacaran? Tapi kamu suka kan sama Daffa?" Lagi-lagi aku hanya bisa menggeleng, dan berkata, "Enggak, aku nggak suka sama Daffa."

"Serius kamu nggak suka sama Daffa?"

Tiara terlihat tidak yakin dengan jawabanku. Tiara pikir aku sedang berbohong saat itu. Kalau aku boleh jujur bukan Daffa yang aku suka tapi Raihan suami kamu Tiara.

Pertanyaan Tiara beberapa waktu yang lalu masih teringat jelas di pikiranku.

"Kak Risa."

Suara itu membangunkanku dari lamunan panjangku. Membawaku kembali ke dunia nyata.

"Kenapa Ashila?"

"Aku mau curhat. Aku baru aja ditolak sama cowok."

"Ditolak? Kok bisa? Siapa yang nolak kamu?"

"Kak Daffa. Aku pikir kak Daffa juga suka sama aku. Ternyata aku salah. Kak Daffa nggak pernah suka sama aku. Dia cuma menganggapku sebagai adik doang."

"Lagian kamu ngapain sih nyatain perasaan kamu duluan ke cowok? Yakin banget bakal diterima."

"Awalnya sih aku cuma iseng ngajakin kak Daffa keluar jalan-jalan. Eh kak Daffanya mau ternyata. Disitu aku berpikiran kalau kak Daffa juga suka sama aku. Makanya aku beraniin diri buat nyatain cinta aku ke kak Daffa. Eh ditolak ternyata."

"Hahaha." Aku tertawa mendengar ceritanya Ashila.

Aku tidak habis pikir dengan teori yang disampaikan Ashila. Sejak kapan orang diajak jalan, terus dianya mau, itu berarti dia juga suka. Apa kabar mereka yang sahabatan cewek cowok?

Jadi inget waktu aku ngajak jalan Daffa, disitu kan Daffa juga mengiyakan ajakanku. Daffa terlalu baik, tidak bisa menolak ajakan orang, kesepian atau memang dia playboy. Gara-gara Ashila membuatku berpikiran yang tidak-tidak tentang Daffa.

"Sabar ya Ashila. Nggak usah sedih. Masih banyak cowok yang lain. Yang lebih ganteng, lebih baik, lebih segala-galanya dari Daffa. Kamu kan cantik, pinter, baik, jadi nggak susah buat cari cowok lain. Oke. Semangat." Aku menyemangati Ashila agar dia tidak galau mulu mikirin Daffa.

***

"Cintaku bertepuk...

Harapan tak ada... "

"Lagu ini bukannya lagu yang waktu itu dinyanyiin sama Daffa. Darimana Ashila mendapatkan lagu ini? Bukankah lagu ini ciptaan Daffa sendiri." kataku dalam hati saat mendengar lagu yang baru saja diputar oleh Ashila.

"Ashila, itu lagunya siapa ya? Kok kak Risa baru denger." kataku berbasa-basi. Pura-pura tidak tahu tentang lagu itu.

"Ini kak Daffa yang nyanyiin. Ashila diem-diem ngevideon kak Daffa waktu tampil di kafe."

"Boleh kak Risa minta kirimin lagunya."

"Kak Risa nggak lagi suka sama kak Daffa kan?"

"Ya enggaklah. Kakak cuma suka sama lagunya. Kakak mau dengerin lagi."

"Oh oke." Ashila mengirimkan videonya padaku.

"Cintaku bertepuk...

Harapan tak ada... "

"Daffa memang keren seperti yang dikatakan Tiara padaku kemarin. Dia jago nulis lagu, suaranya bagus, bisa main gitar. Ganteng lagi." Untuk sesaat aku terbius lagi dengan pesonanya Daffa. Aku berbicara sendiri pada video yang tadi dikirim Ashila padaku. Berulang kali aku melihatnya, semakin aku jatuh hati pada Daffa.

"Cintaku bertepuk...

Harapan tak ada... "

"Risa, Daffa keren ya." ucap Tiara berbisik ke arahku.

Tanpa sadar aku mengangguk menanggapi perkataan Tiara padaku.

"Katanya nggak suka sama Daffa. Tapi kok gitu banget sih ngelihatinnya. Gak kedip lagi." Tiara tersenyum menggodaku.

"Aku cuma suka sama lagu yang dinyanyiin sama Daffa."

"Bener cuma suka sama lagunya? Bukan suka sama orangnya?"

"Iya bener. Aku nggak nyangka ternyata Daffa bisa bikin lagu sebagus ini ya."

"Kalian lagi ngomongin apa sih? Seru banget kayaknya dari tadi." tanya Raihan penasaran.

"Ada deh." Tiara menjawab pertanyaan Raihan.

***

"Risa, kamu ngapain ngajakin aku ketemuan di sini?"

"Aku suka sama kamu Raihan. Mau nggak jadi pacar aku?"

"Kamu ngomong apa sih? Nggak usah bercanda deh. Kamu kan tahu aku udah nikah sama Tiara."

"Aku serius Raihan. Aku suka sama kamu. Dari dulu sampai sekarang perasaanku nggak pernah berubah sama kamu." Aku memeluk Raihan setelahnya. "Mau ya jadi pacar aku. Nikahin aku. Ceraiin Tiara." Semakin erat aku memeluk Raihan. "Aku sayang banget sama kamu Raihan."

Tiara datang melepaskan pelukanku pada Raihan. "Jahat kamu Risa. Tega ya kamu ngerebut suami aku. Aku pikir kita bisa jadi sahabat. Tapi ternyata aku salah. Pantes aja kamu nggak suka sama Daffa. Karena orang yang kamu sukai adalah suami aku. Dasar pelakor." Tiara menamparku setelahnya, lalu pergi bersama Raihan.

"Maafin aku Risa." kata Raihan sebelum pergi.

"Raihan jangan pergi. Jangan tinggalin aku. Aku sayang sama kamu. Aku nggak bisa hidup tanpa kamu. Kumohon kembalilah Raihan." tangisku semakin jadi setelah Raihan benar-benar menghilang dari hadapanku.

Aku melihat seseorang menghampiriku. Aku pikir Raihan kembali. Tapi ternyata aku salah. Sosok itu adalah Daffa. Daffa tepat berdiri di hadapanku.

"Aku kecewa sama kamu Risa." kata Daffa lalu pergi setelahnya.

"Daffa." panggilku tapi tak ada sahutan sama sekali. Laki-laki itu juga pergi meninggalkanku.

Aku terbangun dari tidurku dengan menyuarakan nama Daffa pelan. Aku lega ternyata semua kejadian itu hanya mimpi. Mungkin karena aku terlalu memikirkan kejadian beberapa hari lalu di kafe, membuatku bermimpi seperti itu. Semua orang pergi meninggalkanku karena kebodohanku.

***

Rabu, 16 Maret 2022

Jodoh Pilihanmu, "Dia Yang Terbaik" (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang