"Ini rumah baru kita. Mulai sekarang kita akan tinggal di sini." kata kak Vano.
Aku baru saja keluar dari rumah sakit. Kak Vano langsung membawaku ke rumah baru.
"Kok mendadak sih kak pindahnya?" tanyaku.
"Nggak mendadak. Aku sudah lama memikirkannya." jawabnya lalu mengajakku masuk ke dalam rumah. Aku mengikuti kak Vano masuk ke rumah. Rumahnya cukup bagus, cukup luas dan cukup nyaman kelihatannya.
"Kak, barang-barangku gimana? Kan masih ada di rumah mama sama papa." tanyaku.
"Kemarin aku sudah minta bibik buat beresin barang-barang kita. Mungkin nanti diantar sama pak Firman." jawabnya.
"Di sana ada beberapa kamar. Kamu bisa pilih kamar mana saja yang kamu mau." kata kak Vano lagi.
Aku memilih satu kamar yang menurutku cukup menarik. Aku tidak suka kamar paling pojok. Jadi aku memilih kamar yang di tengah yang ada di lantai 2.
Setelah memilih satu kamar. Aku langsung merebahkan tubuhku di kasur. Karena aku hanya ingin beristirahat sejenak.
Namun beberapa kali aku memejamkam mataku. Aku sama sekali tidak bisa tidur. Mungkin karena belum terbiasa dengan tempat baru. Aku keluar mencari kak Vano. Dia sedang berada di depan rumah. Duduk bersantai di sana sambil memainkan ponselnya.
"Kak." panggilku lalu duduk di sebelah kak Vano. Hanya berjarak meja diantara kita.
"Kenapa?" tanyanya. Dia masih fokus dengan ponselnya. Tak sedikitpun menoleh kearahku.
"Aku laper. Kita cari makan yuk." jawabku.
"Aku lagi nunggu pak Firman. Kamu kalau laper pesen di gofood aja."
Pak Firman dia adalah supir pribadi mama Fara. Pak Firman yang mengantar mama Fara pergi ke manapun. Pak Firman sudah cukup lama bekerja di keluarganya kak Vano. Sudah dianggap seperti keluarga sendiri. Dari sebelum pak Firman menikah, beliau sudah bekerja di tempatnya kak Vano sampai saat ini beliau sudah mempunyai 2 anak. Bisa dibilang hampir 10 tahun lamanya.
Pak Firman adalah orang yang baik, jujur, dan pekerja keras. Itulah kenapa beliau bisa diterima baik dikeluarganya kak Vano.
"Udah pesen?" tanya kak Vano saat melihatku masuk namun tak berkata apapun.
"Belum." jawabku singkat. Aku langsung masuk ke dalam rumah lagi. Duduk melihat acara televisi. Menggonta ganti chanel televisi karena tidak ada satupun acara yang aku sukai.
Aku melihat kak Vano berjalan menghampiriku. Ia duduk di sebelahku. "Mau makan apa? Aku pesenin kalau belum pesen." tanyanya manis.
"Terserah." jawabku.
"Mau nasi goreng?" Aku menggeleng sebagai jawaban. "Ayam? Sate?" Lagi-lagi aku hanya menggeleng sebagai jawaban. Aku tidak terlalu ingin makan. Aku hanya ingin pergi keluar sama kak Vano.
"Ini nggak mau. Itu nggak mau. Kamu maunya apa sih?"
"Aku maunya jalan-jalan kak Vano."
"Kamu itu baru aja keluar dari rumah sakit. Mau jalan-jalan ke mana? Udah besok-besok aja jalan-jalannya. Aku pesenin nasi ayam kremes aja ya buat kamu."
Kak Vano kelihatan marah banget saat mengucapkannya. Membuatku tak ingin lagi memancing kemarahannya. Hingga akhirnya aku mengangguk sebagai jawaban atas pertanyaan terakhirnya.
***
Aku baru saja selesai membereskan barang-barangku. Memasukkan baju-bajuku ke lemari. Menaruh sepatuku di rak sepatu. Menata make up dan aksesorisku sesuai keinginanku. Rasanya aku kembali menjadi gadis lajang yang punya kamar sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jodoh Pilihanmu, "Dia Yang Terbaik" (TAMAT)
De TodoTangisku tiada henti saat ku melihat foto yang dikirim sahabatku lewat pesan WhatsApp. Sebuah pesan tentang kamu. Kabar yang sama sekali tidak ingin aku dengar. Kata orang harapanku terlalu tinggi. Jika aku ingin bersamamu selamanya. Tapi, apa sala...