BAB XLVI "Menghindar"

130 5 0
                                    

"Mau ke mana?" tanya kak Vano menarik tanganku.

Sejak kapan kak Vano ada di sini? Bukankah tadi nggak ada orang. Aku masih ingat saat bersiap-siap hendak pergi ke kantor, sepertinya laki-laki itu masih tidur. Lagian ini masih pukul 6 pagi, kenapa kak Vano sudah rapi saja dengan pakaian kerjanya. Apa dia tahu kalau aku sedang menghindarinya? Seperti cenayang saja, pikirku.

Sebenarnya aku tidak bermaksud untuk menghindarinya. Aku hanya masih malu dan canggung jika berhadapan dengannya. Terus bagaimana caranya aku membuat kak Vano jatuh cinta padaku kalau berhadapan dengannya saja aku masih canggung. Entahlah biar aku pikirkan nanti.

"Ya mau kerjalah." jawabku kemudian.

"Jam segini?"

"Kenapa emangnya? Aku itu banyak kerjaan di kantor. Gara-gara kemarin kak Vano tiba-tiba ngajakin aku pulang. Kerjaanku kan jadi nggak selesai."

"Bukan karena menghindariku."

"Buat apa aku menghindari kak Vano?"

"Ya udah kita berangkat bareng." Kak Vano mengajakku pergi bersamanya, dan aku tidak bisa menolak ajakannya.

"Kak Vano mau ngapain?" tanyaku saat kak Vano berada dekat di depan mataku.

"Mau masangin kamu seatbelt. Habisnya dari tadi aku ngomong dicuekin mulu. Kamu kenapa sih?" jawabnya.

"Aku hanya malu dengan kejadian kemarin." kataku dalam hati.

"Kamu kayak gini bukan gara-gara ciuman kita kemarin kan?" tebak kak Vano tepat sekali.

"Bukankah kamu yang memulainya lebih dulu." katanya lagi yang membuatku tak mengerti dengan ucapannya.

"Kapan aku cium kak Vano? Nggak pernah." kataku.

"Siapa ya kemarin yang diam-diam cium pipi aku pas aku lagi tidur."

"Jadi kak Vano udah bangun waktu itu."

"Sepertinya kamu udah inget kalau pernah cium aku duluan." kak Vano tersenyum menang karena berhasil menjebakku. Tanpa aku sadari aku membuka aibku sendiri.

Ah rasanya seperti ingin menenggelamkan wajahku ke dasar laut. Aku benar-benar malu karena ketahuan mencium kak Vano diam-diam. Walaupun cuma kecupan di pipi doang. Tetap saja aku malu.

"Ngapain senyum-senyum? Udah fokus nyetir aja." kataku kesal. Karena kak Vano terus menggodaku sejak tadi. Sisi lain dari kak Vano yang ternyata 11 12 sama Daffa.

***

"Nanti pulangnya aku jemput." kata kak Vano sesampainya kita di kantorku.

"Nggak usah. Aku bisa pulang sendiri." kataku.

"Masih marah?"

"Enggak."

"Kalau nggak marah, ngapain cemberut?"

"Aku itu masih kesel sama kak Vano dan Bella. Bukannya ngejelasin malah.... " Aku menghentikan kalimatku karena teringat kejadian kemarin yang kak Vano menciumku secara tiba-tiba. Aku juga ingat kalau kak Vano akan menciumku lagi kalau aku masih overthingking padanya.

"Malah apa?"

"Aku mau masuk dulu. Bye." Aku keluar dari mobil dengan senyum terpaksa.

"Risa." panggil kak Gilang padaku. Dia berlari menghampiriku.

"Kenapa kak?" tanyaku kemudian.

"Kamu dicariin sama Pak Bara. Buruan ke ruangannya." jawabnya.

"Pak Bara ngapain nyariin aku? Kemarin kan aku udah ngirim filenya ke email pak Bara."

Jodoh Pilihanmu, "Dia Yang Terbaik" (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang