BAB XLVII "Hadiah"

103 6 0
                                    

Hari Minggu ini kak Vano mengajakku pergi ke suatu tempat. Katanya agar aku tidak merasa bosan di rumah terus. Sejak kejadian aku yang terkurung di gudang waktu itu, akhirnya aku memutuskan untuk keluar dari perusahaannya pak Bara. Awalnya aku menolak untuk keluar dari sana. Namun pada akhirnya aku menurutinya juga. Karena percuma berdebat dengan kak Vano, dia juga yang bakal menang nantinya.

Beberapa hari ini aku sedang menikmati menjadi ibu rumah tangga. Mengurus rumah dan mengurus suami tentunya. Menjadi istri yang baik untuk suamiku. Sikap kak Vano padaku perlahan juga sudah mulai mencair. Namun sampai detik ini aku masih tidak tahu bagaimana perasaan kak Vano padaku.

"Ini rumah siapa kak?" tanyaku saat mobil kak Vano berhenti di salah satu rumah yang asing bagiku.

"Udah ayo masuk dulu. Nanti juga tahu." jawabnya lalu mengajakku masuk ke rumah.

Kak Vano memencet bel rumah tersebut. Tak lama keluarlah asisten rumah tangga di rumah tersebut.

"Eh ada den Vano. Mau cari non Bella ya?" tanya asisten rumah tangga tersebut.

"Iya bik. Bellanya ada di rumah kan?" jawab Kak Vano.

"Ada den. Silakan masuk dulu. Saya panggilin non Bellanya." katanya lalu mempersilakan kita masuk.

"Kak Vano ngapain sih ngajakin aku ke rumahnya Bella?" tanyaku, namun tak dijawab olehnya.

"Hai Risa." sapa Bella yang baru keluar dari kamarnya. Dia lalu memelukku dan mencium pipi kanan kiriku.

Aku tersenyum membalas sapaan Bella padaku. Terasa aneh dengan sikap Bella yang tiba-tiba baik seperti ini. Secara selama ini aku mengenal Bella, dia tak pernah sebaik ini padaku. Bahkan menyapa dengan seramah ini pun tidak pernah. Dia hanya bisa menyindir kalau bertemu denganku.

"Hai juga Vano." Bella juga berniat melakukan hal yang sama padaku kepada kak Vano. Aku hanya meliriknya tanpa berkomentar. Namun sepertinya mereka tahu kalau aku tidak suka akan hal itu. Akhirnya Bella pun mengurungkan niatnya untuk memeluk Vano.

"Maaf ya Risa. Aku nggak bermaksud mau memeluk suami kamu dan bikin kamu jadi salah paham atau cemburu. Kadang aku cuma lupa aja kalau Vano ini udah punya istri."

"Nggak apa-apa." kataku dengan nada kesal. Iya nggak apa-apa di mulut. Tapi hatiku benar-benar kesal saat ini. Aku tidak tahu kenapa kak Vano tiba-tiba mengajakku ke rumah Bella. Apa yang sedang di rencanakannya? Apa dia berniat untuk balikan lagi sama Bella? Dia sedang meminta izin padaku. Ah aku tidak tahu apa jawabannya.

"Oh ya Risa. Ada yang ingin aku omongin sama kamu. Ikut aku sebentar yuk." ajak Bella padaku.

Aku melirik ke arah kak Vano yang berada di sampingku. Aku menatapnya untuk meminta jawaban. Kak Vano lalu mengangguk. Sepertinya dia tahu isyarat yang sedang kutunjukkan padanya.

"Santai aja Risa. Tegang banget sih." kata Bella sesampainya di kamarnya. Bella lalu mengajakku duduk di sofa yang ada di kamarnya. Bella juga ikut duduk di sampingku setelahnya.

"Kamu mau ngomong apa sama aku?" tanyaku tanpa basa-basi. Karena aku benar-benar tidak nyaman hanya berdua saja dengan Bella.

"Risa aku minta maaf ya sama kamu atas semua kesalahan yang pernah aku lakuin sama kamu. Dulu dan bahkan sampai detik ini. Aku tahu aku banyak salah sama kamu. Jadi hak kamu mau maafin aku apa enggak. Tapi aku benar-benar tulus meminta maaf sama kamu." jawab Bella.

"Aku juga mau jelasin sesuatu sama kamu. Anak yang aku kandung ini bukan anak Vano. Semenjak Vano menikah sama kamu. Aku sudah tidak ada lagi hubungan apa-apa sama Vano. Memang aku pernah nyamperin Vano waktu kalian bulan madu. Aku minta Vano buat balikan lagi sama aku. Tapi Vano nolak aku. Mungkin dia sudah terlanjur sakit hati karena aku meninggalkannya secara sepihak di saat hari pertunangan kita." katanya lagi.

Jodoh Pilihanmu, "Dia Yang Terbaik" (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang