BAB XXI "Cewek Pembawa Sial"

106 6 0
                                    

"Hai Risa, apa kabar?" sapa Rio padaku. Dia adalah mantan bosku. Aku tidak menyangka kalau Rio bakal menyapaku. Masih teringat jelas di ingatanku saat di mana Rio yang selalu membela Sherly. Menyalahkanku, menghukumku tanpa bukti, yang dia dengarkan hanya ucapan Sherly.

Sejujurnya aku tidak pernah membenci Rio, seburuk apapun perlakuan dia padaku. Karena aku tahu yang Rio lakukan hanya karena dia mencintai Sherly. Dia dibutakan karena cintanya pada Sherly.

"Hai juga Rio. Alhamdulillah kabarku baik. Kamu gimana kabarnya?" kataku membalas sapaan Rio.

"Alhamdulillah aku juga baik. Oh ya Risa kamu kok nggak pernah ke kafe sih? Masih marah ya sama aku?"

"Marah? Kenapa juga aku harus marah sama kamu?"

"Ya kali aja kamu masih marah sama aku. Soalnya dulu kan waktu kamu masih kerja di kafe, aku kan jahat banget sama kamu. Sampai akhirnya kamu ngundurin diri."

"Ya ampun Rio. Itu kejadian juga udah lama banget kali. Aku aja udah lupa kalau kamu pernah jahat sama aku. Hahaha."

"Bisa aja kamu. Hehe. Tapi aku benar-benar ngerasa bersalah banget lho sama kamu, apalagi pas kamu difitnah sama Bella dan Sherly. Sekali lagi aku minta maaf ya soal kejadian itu."

"Iya iya Rio nggak apa-apa, aku udah lama kok maafin kamu. Jadi kamu nggak perlu minta maaf terus sama aku."

"Kamu pasti kangen ya sama Daffa." Rio bertanya saat melihatku terus melihat ke arah panggung. Tempat di mana Daffa bernyanyi di sana.

"Iya." Aku mengangguk sebagai jawaban.

"Sama Risa. Aku juga kangen banget sama Daffa. Daffa adalah bos sekaligus sahabat yang baik buat aku. Dia masih percaya sama aku buat ngelola kafenya. Padahal aku udah nyakitin orang yang dia suka."

Mataku mulai berkaca-kaca saat Rio bercerita tentang Daffa.

"Hei Rio." sapa Bella yang tiba-tiba muncul dihadapan kita.

"Hai Bella." sapa Rio membalas sapaan Bella. "Eh ada kak Vano juga ternyata. Hai kak Vano." sapa Rio saat melihat Vano yang juga datang bersama Bella. Namun yang di sapa hanya tersenyum tanpa menjawab.

"Eh Rio kamu kok mau sih ngobrol sama pembunuh." kata Bella kemudian.

"Maksud kamu?" tanya Rio.

"Maksud aku orang yang ada dihadapan kamu sekarang, dia kan seorang pembunuh. Dia udah ngebunuh sahabat kamu Daffa. Masak kamu nggak tahu sih?" jawab Bella.

"Bukannya Daffa meninggal karena kecelakaan ya?"

"Iya kamu benar banget Rio. Daffa memang meninggal karena kecelakaan. Tapi kamu tahu Rio. Kecelakaan itu terjadi karena Risa. Karena Daffa nolongin Risa, jadinya Daffa yang tertabrak mobil, dan Daffa yang meninggal. Seharusnya Risa aja yang tertabrak mobil, dan dia aja yang meninggal, bukan Daffa."

"Bella, kecelakaan itu sudah takdir, dan Daffa meninggal juga udah takdir. Kamu nggak bisa nyalahin takdir. Kamu juga nggak bisa nyalahin Risa atas takdir Allah. Seharusnya kamu ikhlasin Daffa biar Daffa juga tenang di sana. Lagian aku heran segitu pedulinya ya kamu sama Daffa. Atau jangan-jangan selama ini kamu suka ya sama Daffa. Tapi sayangnya Daffa nggak suka sama kamu. Jadi kamu deketin kakaknya biar bisa deket juga sama adiknya. Iya kan?"

"Jaga ya mulut kamu. Jangan asal bicara. Aku itu kayak gini karna Daffa itu adiknya Vano pacar aku. Memang salah ya peduli sama calon adik ipar aku."

"Nggak salah kok. Cuma agak berlebihan aja."

"Terserah. Yang jelas buat kamu Risa. Aku bakal perkarain ini ke pengadilan. Siap-siap aja kamu bakal ngebusuk di penjara."

***

Perkataan Bella memang menyakitkan. Namun yang dikatakannya memang benar adanya. Memang aku yang sudah bikin Daffa meninggal. Kalau bukan karna aku yang ceroboh saat itu, mungkin saat ini Daffa bakal baik-baik saja.

"Daffa maafin aku."

"Seharusnya kamu nggak perlu nolongin aku."

"Daffa aku rindu kamu."

Aku benar-benar merindukan Daffa saat ini. Namun sayangnya rindu itu tak akan pernah terobati sampai kapanpun.

"Risa, kamu baik-baik aja kan?" tanya Rio. Dia terlihat sangat khawatir denganku. "Soal omongan Bella tadi, nggak usah kamu peduliin. Oke." katanya lagi menghiburku.

"Tapi semua yang dikatakan Bella tadi memang benar Rio. Aku yang udah bikin Daffa meninggal." kataku sambil menahan tangis.

"Jangan nyalahin diri kamu terus Risa. Semua yang terjadi di dunia ini itu atas kehendak Allah. Kalau kamu terus-terusan nyalahin diri kamu, Daffa bakal sedih nanti. Kamu harus bahagia." Rio memelukku setelahnya. Memberiku kekuatan agar aku tidak sedih lagi.

Seseorang kembali hadir memaki-makiku. Dia tidak terima kalau calon suaminya memeluk cewek lain. Dia sangat marah dan mendorongku hingga aku terjatuh ke lantai.

"Sherly kamu apa-apaan sih." kata Rio kemudian.

"Kamu yang apa-apaan. Ngapain coba kamu peluk-peluk cewek lain. Apalagi cewek itu Risa." kata Sherly pada Rio. Dia terlihat sangat marah pada Rio.

"Risa Risa kamu itu memang cewek perebut cowok orang ya. Dulu kamu udah ngerebut Daffa dari aku. Sekarang kamu mau ngerebut Rio juga dari aku. Mau kamu apa sih Risa?" kata Sherly lagi. Kali ini ucapannya ditujukan untukku.

"Sherly kamu salah paham. Ini nggak seperti yang kamu pikirin. Aku nggak ada hubungan apa-apa sama Rio." kataku menjelaskan.

"Terserah. Aku nggak peduli." Sherly pergi setelahnya.

"Sherly, kamu mau ke mana?" teriak Rio, namun tak ada jawaban atas pertanyaannya.

"Kejar Rio, kenapa kamu malah diam aja di sini." kataku memberi nasihat pada Rio.

"Tapi kamu gimana?"

"Udah aku nggak apa-apa."

"Oke aku pergi dulu ya."

"Iya."

***

Hal buruk kembali menimpaku. Hari ini benar-benar hari yang buruk bagiku. Niatnya mau cari kebahagian. Eh malah terus menemui kesedihan. Akhirnya aku memilih pergi menemui Daffa. Aku ingin cerita banyak hal pada Daffa. Karena hanya dia yang bisa mendengarkan segala keluh kesahku.

"Hai Daffa. Apa kabar?"

"Kamu tahu nggak sih aku rindu banget sama kamu."

"Setelah kamu pergi semuanya menjadi kacau."

"Aku ingat kamu selalu memintaku untuk bahagia. Selalu tersenyum. Tapi bagaimana aku bisa bahagia. Jika bahagiaku adalah kamu Daffa."

"Aku masih ingin mendengar saat kamu bilang kalau kamu cinta sama aku. Aku ingin mendengarnya setiap hari, setiap jam bahkan setiap detik."

"Memang aku egois saat ini. Mungkin itu karena aku terlalu mencintaimu Daffa."

"Rio dan Sherly akan menikah. Tapi mungkin rencana mereka akan batal karena aku. Mungkin memang benar apa yang dikatakan Bella padaku, kalau aku adalah cewek pembawa sial. Buktinya kamu pergi aja juga gara-gara aku. Maafin aku Daffa. Seharusnya sejak awal aku menjauh darimu. Dengan begitu semua akan baik-baik aja saat ini."

"Aku pikir kehilangan cinta pertama akan menyakitkan. Tapi ternyata aku salah. Karena kehilanganmu itu jauh lebih menyakitkan."

"Aku sangat menyesal karena terlambat menyadari kalau aku sangat sangat mencintai kamu Daffa."

***

Minggu, 31 July 2022

Jodoh Pilihanmu, "Dia Yang Terbaik" (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang