BAB I "Kabar Darimu"

1.4K 32 0
                                    

Tangisku tiada henti saat ku melihat foto yang dikirim sahabatku lewat pesan WhatsApp. Sebuah pesan tentang kamu. Kabar yang sama sekali tidak ingin aku dengar. Sahabatku bertanya, apakah benar dalam foto itu adalah kamu? Dengan malas aku membalasnya iya.

Kupandangi terus foto itu. Berharap akan ada perubahan. Berharap bukan kamu. Namun berulang kali aku melihatnya foto itu masih sama. Masih tetap kamu.

Selama ini aku mengira kamu adalah jodohku. Siapapun pacar kamu sekarang. Siapapun orang yang bersama kamu saat ini. Kelak kamu tetap akan menjadi jodohku. Tapi ternyata aku salah. Kamu bukan jodohku. Kamu hanya orang yang bersamaku di masa lalu. Bersama? Sebagai pacar? Bukan, bersama sebagai teman. Lebih tepatnya hanya sekedar teman sekelas.

Aku mengagumimu dalam diam, dan aku tidak bisa mengungkapkan rasa yang ada di hatiku. Gengsi? Bukan. Aku hanya menunggu. Menunggu kamu mengungkapkan rasa terlebih dahulu. Tapi ternyata aku salah lagi. Selama apapun aku menunggu, kamu tak akan pernah memiliki rasa yang sama denganku.

"Mungkin Tuhan dan semesta tak izinkan kita tuk bersama dalam satu cinta"

"Keliru aku tentang kita tak mampu paksakan. Meski telah mencoba berjuta upaya. Tetap sia-sia."

"Aku cinta. Sungguh-sungguh aku cinta. Sedalam-dalamnya rasa. Apa daya. Tak mungkin kita bersama."

Lagu Glenn Samuel "Sungguh Cinta" , mungkin lagu itu sedikit cocok denganku. Di mana aku sangat mencintaimu. Tapi Tuhan dan semesta tidak pernah mengizinkan kita untuk bersama.

Pertama kali aku mendengarkan lagu itu, entah kenapa aku begitu menyukainya. Walaupun diputar berkali-kali tak pernah bosan aku mendengarnya. Sama seperti kamu. Walaupun sudah bertahun-tahun lamanya, rasaku padamu tak pernah berubah sedikitpun.

Andai kamu sedikit saja lebih peka dengan perasaanku. Atau andai saja aku lebih berani mengungkapkan perasaanku. Apa takdir kita akan berubah? Atau akan tetap sama? Tidak pernah bisa saling memiliki.

Kata orang harapanku terlalu tinggi. Jika aku ingin bersamamu selamanya. Tapi, apa salah jika aku mempunyai harapan seperti itu? Tidak salah kan?

***

Pikiranku benar-benar kacau saat ini. Aku tak bisa fokus dengan pekerjaanku. Aku masih saja terbayang foto kamu dan perempuan itu. Foto di mana kamu memakai kemeja warna putih dan celana panjang berwarna mocca, dan perempuan di sebelahmu juga memakai warna baju yang senada denganmu. Foto apa ini? Aku bertanya pada diriku, dan yang terlintas di pikiranku. Itu adalah foto prewedding. Itu artinya sebentar lagi kamu akan menikah. Namun aku mencoba berpikir positif. Mungkin itu hanya sekedar foto, bukan foto prewedding seperti yang aku pikirkan sebelumnya. Atau seperti yang dikatakan sahabatku sebelumnya.

Masih teringat jelas pertemuan tidak sengaja kita beberapa bulan yang lalu. Hanya 5 menit, hanya sekedar bertanya kabar, namun cukup membuatku bahagia. Di situ aku yakin, kamu adalah jodohku.

Kata orang 3 kali bertemu tanpa disengaja itu adalah jodoh. Itu berarti hanya butuh 2 kali pertemuan tidak sengaja lagi, dan kita akan benar-benar jodoh. Namun ternyata pendapatku salah. Tak ada pertemuan kedua, dan tak ada pertemuan ketiga. Kita bukan jodoh.

Rasa penasaranku yang tinggi membuatku ingin membuka sosmed kamu. Di sana banyak sekali foto kamu dan dia. Dari salah satu foto itu membuatku sadar, kalau pikiran positifku ternyata salah. Itu benar-benar foto prewedding, dan bentar lagi kamu akan benar-benar menikah.

***

Aku berharap ini hanya mimpi. Mimpi panjang dalam tidurku. Saat aku terbangun. Semua pasti baik-baik saja.

Berulang kali aku memikirkannya. Berulang kali aku berdebat dengan hatiku. Yang akan terjadi tetap terjadi. Kamu tetap akan menikah dengan perempuan yang kamu cinta.

Aku mencoba mengikhlaskannya. Melakukan segala aktivitas agar aku melupakanmu. Namun yang terjadi kamu masih terus memenuhi isi kepalaku.

Maaf jika aku masih mencintaimu

Maaf jika aku masih mengharapkan mu

Maaf jika aku masih tak bisa melupakanmu

Maaf ...

"Mungkin Tuhan dan semesta tak izinkan kita tuk bersama dalam satu cinta"

"Keliru aku tentang kita tak mampu paksakan. Meski telah mencoba berjuta upaya. Tetap sia-sia."

"Aku cinta. Sungguh-sungguh aku cinta. Sedalam-dalamnya rasa. Apa daya. Tak mungkin kita bersama."

Aku kembali mendengarkan lagu itu. Berharap aku bisa mengikhlaskan mu.

Tuhan tidak pernah mengizinkan aku dan kamu bersama.

Tuhan tidak mengizinkan kamu menjadi jodohku.

Semesta tak menginginkannya.

***

Selasa, 01 Februari 2022

Jodoh Pilihanmu, "Dia Yang Terbaik" (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang