BAB XVII "Rencana Penembakan"

69 4 0
                                    

Kulihat langit lewat jendela kamarku. Ada banyak bintang di atas sana. Dari dulu aku selalu suka bintang. Bagiku melihat bintang adalah ketenangan hatiku. Banyak harapan yang kugantungkan di langit sana. Tentang kehidupan, karier dan juga cinta. Harapan yang kugantungkan setinggi langit.

Aku mendengar bunyi ponsel berdering. Ada nama Daffa yang tertera dilayar ponsel. Buru-buru aku mengangkatnya.

"Hallo Daffa. Ada apa?" tanyaku setelah menekan gambar telepon berwarna hijau dilayarnya.

"Keluar gih. Aku ada di depan rumah kamu." jawabnya. Lalu menutup telepon secara sepihak.

Kenapa Daffa tiba-tiba ada di depan rumahku? Untuk apa dia ke rumahku malam-malam gini? Pasalnya waktu kini menunjukkan pukul 9 malam. Saatnya untuk beristirahat bukan? Aku keluar kamar tanpa bersuara. Berharap orang-orang di rumahku sudah pada tidur. Aku takut kalau ibuku tahu ada cowok di depan rumahku malam-malam gini. Aku bisa diomelin semalaman olehnya. Sedikit lebih lega karena ternyata semua orang di rumahku sudah pada tidur.

Tanpa bersuara juga aku membuka pintu rumahku. Kulihat Daffa masih duduk diatas motornya menungguku.

"Ada apa sih malam-malam gini ke rumahku? Nggak bisa ya besok aja." tanyaku kemudian.

"Ayo naik." jawabnya yang malah menyuruhku ikut dengannya.

"Mau kemana sih?"

"Udah ikut aja. Sebentar doang, nggak bakal lama."

***

Daffa menghentikan motornya di sebuah taman. Taman yang cukup indah. Cukup indah untuk melihat bintang bersama seseorang yang kita cintai. Apalagi malam-malam gini terasa lebih romantis.

"Bagus nggak tempat ini?" tanya Daffa menghentikan kehaluanku beberapa saat tadi.

"Bagus." jawabku.

"Rencananya aku bakal nembak cewek yang aku suka di sini."

Aku sangat kaget mendengar perkataan Daffa. Dia mau menembak cewek yang dia suka di taman ini. Jadi beneran Daffa lagi suka sama cewek. Aku pikir perkataannya beberapa hari yang lalu hanya kebohongan.

"Aku lagi sibuk bikin lagu buat nembak cewek." kata Daffa saat aku bertanya tentang kesibukannya. Dia yang selalu tiba-tiba muncul, dan menghilang tanpa kabar.

"Oh semoga diterima ya." kataku saat itu. Aku tidak terlalu mempedulikannya. Aku juga terlalu malas menanggapinya. Hanya kalimat itu yang bisa kukatakan.

Aku lupa kalau saat itu Daffa mengaamiini kalimatku yang berupa doa untuknya. Aku yang secara tidak langsung mengharapkan mereka bersatu. Tapi siapa cewek yang bakal ditembak Daffa. Membuatku benar-benar penasaran.

"Beneran bagus? Awas aja kalau tiba-tiba dia nggak suka dengan tempat ini." kata Daffa menarikku kembali ke dunia nyata.

"Selera orang kan beda-beda Daffa. Kayak baju yang aku pakai sekarang. Aku suka karena bagus dan nyaman dipakai. Tapi belum tentu kamu yang lihat juga bakal bilang suka dan bagus kan." kataku.

"Bagus kok baju kamu. Aku juga suka."

Kata-kata Daffa membuatku jadi salah tingkah. Padahal cara Daffa mengatakannya biasa saja. Tapi kenapa kelinci-kelinci itu kembali melompat-lompat. Aku mengarahkan pandanganku ke arah lain. Tak ingin melihat Daffa. Aku takut dia melihatku yang tersenyum bahagia.

Daffa mengajakku duduk di salah satu bangku yang ada di taman. Lalu memasangkan headsheet ke telingaku. Aku mendengar sesuatu. Sebuah lagu yang sangat asing bagiku.

"Bagus nggak? Itu lagu yang aku ciptain buat dia." kata Daffa kemudian.

"Bagus." kataku mengangguk.

Jodoh Pilihanmu, "Dia Yang Terbaik" (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang