Ponselku kembali berdering. Ada videocall dari Livia. Aku keluar untuk mengangkatnya. Aku tidak enak mengganggu teman-temanku yang sedang beristirahat. Mereka pasti keganggu dengan obrolanku dan Livia. Apalagi Melati dan Tia pasti nanti akan mengomel padaku.
"Hallo Livia." sapaku setelah menekan gambar telepon berwarna hijau di layar ponselku. Menampilkan Livia yang sedang makan. Sepertinya dia sedang berada di kantor.
"Hallo Risa. Tadi aku ke rumah kamu. Tapi katanya kamu lagi di puncak. Ada acara apa di sana?" tanyanya.
"Lagi liburan. Kantor aku ngadain liburan ke puncak selama beberapa hari untuk merayakan keberhasilan proyek kita kemarin." jawabku.
"Wah seru banget dong. Aku udah lama lho nggak liburan. Jadi pengen."
"Ayo ke sini. Ajakin suami kamu. Haha."
"Si Darren lagi sibuk kejar setoran buat lahiran ntar katanya. Hahaha."
"Ya udah liburannya dipending dulu haha. Oh ya tadi kamu ke rumah aku ngapain ya?"
"Ngasih undangan pernikahannya Ridho teman SMA kita."
"Kapan acaranya?"
"Masih seminggu, nanti kamu lihat sendiri aja. Risa tolong dong arahin kamera kamu ke depan. Aku pengen lihat ada apa aja di sana?"
"Cuma ada pohon hahaha." Aku lalu mengarahkan kameraku ke arah depanku saat melihat wajah Livia yang kesal dengan jawabanku. Memperlihatkan apa-apa saja yang juga kulihat. Aku tidak enak menolak keinginan bumil satu ini. Sepertinya dia sedang ngidam pengen liburan.
"Eh itu bukannya kak Gilang ya?" tanya Livia kemudian. Membuatku memastikan kebenarannya sebelum menjawab "Iya".
"Kok bisa kak Gilang di sana juga?" tanyanya lagi.
"Aku belum cerita ya. Tahu nggak ternyata kak Gilang itu satu kantor denganku." jawabku.
"Serius? Kenapa baru cerita?"
"Emangnya kenapa? Mau CLBK lagi sama kak Gilang? Inget ada suami dan calon anak di perut kamu. Jangan ngada-ngada deh."
"Apaan sih Risa. Kejauhan mikirnya. Udah samperin gih kak Gilangnya."
"Enggak mau. Mau ngapain?"
"Ayolah. Aku cuma mau nyapa doang. Masak nggak boleh sih."
"Ya udah oke. Tapi awas lho macem-macem."
Akhirnya aku menuruti juga permintaan bumil yang satu ini. Bener-bener bumil yang merepotkan. Banyak banget permintaannya.
"Kak Gilang." sapaku menghampiri kak Gilang yang sedang sendiri.
"Hai Risa. Ada apa?" tanyanya tersenyum ramah.
"Temen aku ada yang mau ngomong sama kak Gilang. Boleh?"
"Siapa?"
Aku langsung menunjukkan ponselku ke mukanya. Biar dia bisa lihat sendiri siapa yang mau berbicara dengannya.
"Hai kak Gilang." sapa Livia saat sudah melihat kak Gilang di depan matanya.
"Hai ternyata kamu Livia. Apa kabar?" katanya masih dengan wajah ramah.
"Baik kak. Kak Gilang gimana kabarnya?
"Aku juga baik. Katanya kamu udah nikah ya?"
"Kenapa kak nanya gitu? Nyesel ya karena waktu itu udah nolak cinta aku. Sekarang udah telat karena akunya udah nikah."
"Haha jangan ke PD an. Kak Gilang cuma nanya kali." kataku menyambar pembicaraan mereka.
"Apaan sih Risa ikut-ikutan. Ganggu aja." protes Livia saat mendengar ucapanku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jodoh Pilihanmu, "Dia Yang Terbaik" (TAMAT)
RandomTangisku tiada henti saat ku melihat foto yang dikirim sahabatku lewat pesan WhatsApp. Sebuah pesan tentang kamu. Kabar yang sama sekali tidak ingin aku dengar. Kata orang harapanku terlalu tinggi. Jika aku ingin bersamamu selamanya. Tapi, apa sala...