Chapter 10. Seseorang

37 33 0
                                    


Selamat membaca...


***

Rafa kini sedang dalam perjalanan pulang, namun dia harus mengantarkan Rian terlebih dahulu kerumah nya. Karena mobilnya sudah diantarkan oleh pegawai Caffe kerumah Rian. Ditambah pagi tadi Ia berangkat bersama Rafa.

"Raf..." panggil Rian memecah keheningan

Rafa hanya berdehem sebagai jawaban.

"gue mau tanya, ini soal orang tua lo. Tapi kalau lo nggak mau jawab juga nggapapa sih" Ucap Rian hati-hati

"apa"

Rian langsung membelalakan namanya tidak menyangka kalau Rafa akan mengizinkan nya, karena menurutnya ini hal yang cukup sensitif

Rian tidak ingin membuang kesempatan ini. Ia sungguh penasaran dengan masalalu Rafa.

"kenapa orang tua lo bisa dibunuh?" tanya Rian mewanti wanti

"nggak tau" jawab Rafa jujur

Rian menatap bingung "seriusan?" tanya nya memastikan.

Rafa mengangguk yakin.

"terus lo tau dari mana orang tua lo di bunuh? Bisa aja kecelakaan kan?" cerca Rian masih menantikan jawaban yang cukup memuaskan dari Rafa.

"kenapa lo sangat ingin tahu?" selidik Rafa yang merasa aneh dengan sikap Rian

"ya—y- ya gapapa" ujar Rian gelapan

"gue nggak mau nginget kejadian itu" ujar Rafa memberitahu agar Rian berhenti menanyai tentang orang tuanya.

Rian mengangguk "sorry raf, udah buat lo ga nyaman" ucap nya tulus.

"selow" ucap Rafa fokus menyetir.

Setelah menempuh perjalanan tiga puluh menit lamanya, Mobil Rafa kini berhenti di depan rumah Rian. Rian mengucapkan terimakasih dan langsung keluar dari mobil Rafa.

Rian menatap kepergian mobil Rafa dan setelah menghilang dari pandangannya Rian langsung memasuki rumah nya.

****


Di bawah jembatan yang sudah lama tidak digunakan, terdapat beberapa orang dengan pakaian serba hitam dan menggunakan Topeng.

Mereka sedang menghajar seorang lelaki yang berkhianat didalam organisasi

Mereka adalah anak buah dari Angga, pemimpin Genk Regis.

Seorang lelaki yang di hajar, terus meringis kesakitan dan meminta Ampun.

"to—tolongg henti—kan" ucap lelaki itu terbata karena Tubuh nya terus ditendangi tiga orang lelaki anak buah Angga.

"SEHARUS NYA LO UDAH SADAR SEBELUM LO BERKHIANAT PADA REGIS" Maki salah satu lelaki itu dan menampar Pipi lelaki yang dipukuli hingga mengeluarkan darah disudut bibir nya.

"Gu—gue min—mint---minta ma.. maaf" ucap nya terbata dengan keadaan yang sudah babak belur

"UDAH TELAT BANGSAT" salah satu lelaki tersebut menendang perut lelaki tadi hingga tidak sadarkan diri.

Setelah mereka puas menghajar lelaki tersebut mereka melemparkan beberapa uang tunai seratus ribuan kepada lelaki yang sudah tidak sadarkan Diri

"cabut" titah salah satu lelaki diantara mereka.

Mereka lalu menaiki motor nya masing-masing dan meninggalkan lelaki tersebut dengan keadaan mengenaskan.

****

INVESTIGASI (COMPLETE) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang