Chapter 1. Rafa Argantara

145 56 20
                                    

Selamat Membaca...

***

Malam hari, Seorang lelaki yang baru pulang dari kegiatan kampusnya sedang mengendarai motor menuju jalan pulang. Dari belokan menuju kearah rumahnya ia melihat sebuah motor dengan kecepatan tinggi melewatinya.

Dia memandangi motor tersebut dari kejauhan terlihat dua orang lelaki memakai pakaian serba hitam ditubuhnya, ia tersadar lalu melanjutkan perjalanannya.

Setelah sampai di rumahnya ia melihat pintu Rumah yang terbuka lebar. Ia bergegas masuk dan mencari kedua orang tuanya.

"mah... pah..." panggil seorang anak lelaki tersebut.

Tidak ada jawaban dari kedua orang tuanya, ia lantas menaiki tangga dengan terburu-buru. Perasaannya sudah tidak enak, ia berjalan dengan cepat menuju kamar orang tuanya.

Kakinya mendadak lemas saat berada di ambang pintu, jantungnya berdegup kencang serta air mata yang tiba-tiba jatuh dari pelupuk matanya.

Ia melihat kedua orang tuanya berlumuran darah dibagian kepala, pecahan kaca yang berserakan memenuhi lantai. Ia langsung berlari dan memangku kepala ibunya.

"mah... ini Rafa mah" Seorang lelaki bernama Rafa terus memanggil ibunya. Dengan tangan mengusap lembut wajah ibunya.

"pah... tolong sadar pah..." isak nya lagi menepuk-nepuk bahu sang ayah yang berada disamping ibunya.

Ia langsung meraih ponsel yang berada di dalam sakunya. Segera menelpon ambulance.

Beberapa menit kemudian ambulance datang dan langsung membawa orang tua Rafa.

Rafa terus merapalkan doa di depan pintu ruang operasi. Sambil terus berdoa Rafa berpikir siapa yang menyelakai kedua orang tuanya.

Ia tertegun cukup lama setelahnya ia tersadar dengan dua orang lelaki dengan motor yang tadi melewatinya, ia mencurigai kedua lelaki itu. Ia mengingat-ingat plat motor nya. Ia sedikit melihat wajah dari salah satu lelaki tersebut.

Andai saja saat itu dia mengejar motor tersebut, mungkin dia akan menangkap mereka dan membuat mereka mempertanggungjawabkan perbuatan mereka. Meski nyawa bayaran nya.

Pintu ruang Operasi terbuka memunculkan seorang dokter yang menangani kedua orang tuanya. Ia segera menghampiri dokter tersebut. Ia berharap dokter tersebut tidak mengucapkan kata-kata menyebalkan seperti di kebanyakan sinetron di salah satu stasiun televisi.

"dok, gimana keadaan mama dan papa saya?" ia bertanya dengan penuh kecemasan.

Dokter itu menatap Rafa dan menundukan kepalanya. Rafa terus berharap tidak mendengar kata-kata itu.

"Pukulan keras yang berada dibagian kepala orang tua mu sangat fatal. Dan pendarahan sudah kami hentikan, namun maafkan kami. Kami sudah berusaha semaksimal mungkin"

"NNNNGGGGGGAAAAA!"

****

Seorang lelaki terbangun dari mimpi buruknya. Ini sudah kesekian kali lelaki ini bermimpi tentang kenangan yang buruk di hidupnya.

Rafa Argantara, lelaki dengan kelahiran 2 April 1999 ini bekerja sebagai seorang detektif polisi. Berpostur tubuh tinggi, kulit putih, mata hitam pekat yang tajam, serta rambut yang sedikit pirang.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
INVESTIGASI (COMPLETE) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang