14. Melaspas

51 5 6
                                    

Persiapan untuk Melaspas gedung baru Hotel Buyu dibagian barat agaknya sudah mulai rampung, Peralatan dan persiapan untuk Mulang Pakelem juga mulai disiapkan dari jenis papindan pedagingan yang terbuat dari logam pripiham Pancadathu, ada juga pedagian yang di bungkus dengan kain ditempatkan pada prapetan yang disimpan pada Bagiapulakerti , dengan sesajen Babangkit hitam, terlihat juga binatang binatang yang akan digunakan sebagai korban suci dipakaikan kain hitam, Mantra pemujaan, Pujastawa disebutnya ditujukan kepada Dewa Wisnu sebagai dewa air yang disimbolkan dengan warna Hitam.

Hotel buyu sebagai tuan rumah para tamu yang kini sedang melaksanakan upacara  Melaspas,  kegiatan yang sudah menjadi keharusan bagi setiap umat Hindu di Bali yang telah merampungkan suatu gedung atau bangunan baru dilakukan penyucian untuk menghindari aura negatif dari Bhuta Kala, yang muncul akibat ketidakharmonisan unsur unsur Panca Mahabhuta di alam semesta, yang kemudian akan digantikan aura positif.

Puncak acaranya berupa Pakelem yang merupakan korban suci tulus dan ikhlas yang ditujukan pada Bhuta Kala agar tidak mengganggu ketentraman kehidupan manusia.

Menurut hegemoni atau cerita turun temurun ketidak keharmonisan alam semesta akan menimbulkan kekacauan hidup manusia, kekuatan Bhuta Kala yang dapat diartikan sebagai kekuatan negatif yang timbul dari alam semesta sbagai akibat dari ketidak harmonisan antara Bhuwana alit(manusia) dan Bhuwana agung (Alam semesta).

Keserakahan manusia untuk memaanfaatkan segala sumber daya alam yang ada tanpa diimbangi dengan pelestarian akan membuat alam semesta menjadi murka.

Agar Bhuta Kala tidak tidak mengganggu kehidupan manusia maka diperlukan keseimbangan antara bhuwana alit dan bhuwana agung. Apabila hal ini terwujud maka bhutakala akan membantu kehidupan manusia sehingga akan terasa suasana tenang, tentram, serta kesejahteraan lahir batin.

Masyarakat hindu bali menjaga keharmonisan alam dengan cara memelihara alam semsta, disamping itu hal terpenting yaitu melaksanakan upacara Bhuta yajna berupa pakelem.

"Om swastiastu Jik!"

Tubuh Nuca terlihat jelas saat menghampiri dan menyapa ajik wayan yang kini tengah berbincang dengan beberapa pegawai yang mempersiapkan kegiatan Melaspas di hotel buyu, dengan puncak acaranya Mulang pakelem. Nampak ada perubahan berarti dalam mimik wajahnya

"Weh Nuca, pas kamu datang acara sudah mau mulai" tawanya renyah saat kedatangan anak laki lakinya, menepuk pundak nuca sembari mengelusnya.

"Eh sam...Teman teman yang lain mana?"

ajik wayan melenggangkan pandangannya melihat tamu tamu sudah datang di ballroom Hotel buyu, nuansanya tenang barangkali aura positif dari tamu yang datang baik pemuka agama, tokoh masyarakat atau tamu lainnya.

"Ada jik katanya lagi siap siap dulu, di mobil nanti nyusul, ajik sekeluarga gimana kabarnya, ini acara udah mulai?" tangan samuel menyalami ajik wayan senyumnya merekah kedatangan tamu jauh.

"Baik baik sam, semua baik.. tadi persembahyangannya sudah mulai dari pagi, karna ada beberapa prosesi, nah buat pakelemnya sebentar lagi jam 12 pas kira kira"

Hugo, Keisya, dan Ziva kini memasuki wilayah ballroom yang sedang ramai dengan banyak tamu, mencari pemuda tinggi yang sudah mengajak mereka ke sini, yap! Nuca, hanya kepala nuca lah yang bisa mereka harapkan untuk ditemui ditengah ramainya acara ini.

"Nuca!!"

"sini" ajak nuca pada ketiga teman yang lain nampaknya ziva berbisik pada keisya

"Kei.. kita saltum gak sih ini?"

REKADAYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang