Pengambilan tempat berupa laut berdasarkan filosofi konsep Rwa Bhineda dimana Laut adalah prasarana untuk mencapai kemakmuran, kemakmuran dapat diperoleh dengan kesuburan dan kesuburan berpangkal pada persenyawaan daratan dan air, sehingga upacara akan mengarah pada hubungan bhuwana alit (manusia) dan bhuwana agung (Alam Semesta).
Upacara ini dilakukan saat matahari tepat berada diatas biasa disebut tengai tepet pada jam 12.00 siang, Konon bahwa pada tengai tepet, Bhuta Kala sedang lapar laparnya, dan kesana kemari mencari makanan. Jika para pendeta menghaturkan banten pakelem pada tengai tepet maka kekuatan bhutakala yang bersifat negatif akan sirna dan kembali ke tempatnya semula.
Kini upacara terdengar riuh diiringi oleh musik tetabuhan dan kidung, semakin menyemarakan suasana upacara. Kidung seperti pupuh Jerum, Pupuh alis alis Ijo, pupuh Panji Marga Bawak, sangat berperan penting untuk mengundang para Bhutakala, tetabuhan gamelan dengan iringan tabuh bleganjur beriringan dengan datangnya banten pakelem yang digotong beramai ramai dari Hotel buyu menuju tempat upacara.
Sesaat persembahyangan bersama dilakukan, dilanjut dengan Upacara melebur yaitu mengembalikan lagi ke sumbernya terhadap binatang binatang yang dipersembahkan sebagai korban suci dalam upacara Mulang Pakelem yang artinya Menenggelamkan binatang Korban.
Menurut ajik wayan, pemilihan binatang ternak sebagai simbol binatang yang erat hubungannya dengan kehidupan karena dipelihara dengan rasa kasih sayang yang tulus dan ikhlas sehingga sangat baik digunakan sebagai korban suci, binatang yang digunakan juga yang masih muda, dimana binatang ini masih suci yang belum mengalami masa birahi, Ajik juga berkata bahwa hewan sebagai makna simbolik pengganti korban manusia khususnya hewan Kerbau yang juga menjadi lambang Bumi dan Air.
"Jika perlu memberikan pengorbanan yang baik, demi kebaikan, tentu akan dilakukan. Begitu pula rasa kepemilikan terhadap sesuatu, walau rasa sayang begitu besar terhadap hewan ternak kita, ikhlaskan dan korbankan secara tulus demi kebahagiaan kita dimasa mendatang"
Nuca kini melihat berbagai banten yang dibawa untuk dilarung, sesekali bertanya pada Ajik Wayan mengenai arti setiap barang yang digunakan. Nuca bukan hanya menikmati sajian kebudayaan yang ada dihadapannya, namun ia akan selalu menyukai filosofi dasar dari setiap upacara.
Bali tempatnya lahir, di bali juga lah ia mendapatkan ketenangan atas segala masalah yang ia dapatkan dikala remaja. Dengan sabar Ajik menjelaskan segala filosofi sebagai pengharapan.
Seperti upakara upakara yang digunakan dimulai dari Banten babangkit sebagai simbol kehebatan dewi Dhurga pada waktu mamurti, konon dewi durga adalah simbol penguasa ilmu Hitam dan para bhutakala adalah kekuatan negatifnya
Ada pula simol Bhatara Gana sebagai penyelamat dan pembebasan rintangan. Ada pula Pedagian untuk memohon kekuatan para Dewa agar berkenan memberikan kekuatan kekuatan baik.
Alas banten berbentuk segitiga ada yang berbentuk segi empat dan yang berbentuk bundar simbolik Windhu agar manusia selalu ingat dengan sang pencipta. Berbagai macam warna dengan berbagai macam arti simbolik didalamnya.
Upacara Makelem yang sejatinya sebagai salah satu upacara sebagai wujud persembahan santapan bagi Bhutakala, Prasasti Batur Sakti sebagai salah satu cerita dimana pada tahun 833 Saka, sorang Raja yang bernama Raja Sri Ugrasena Warmadewa
Raja Sri Urgasena Wawardewa kala itu sedang melakukan pembangunan belum sampai ia merampungkan segala pembangunan, Raja Sri Urgasena mengamanatkan pembangunan yang ada di kerajaannya kepada penerusnya, hingga sampai pada masa Abang Malingkiuh pembangunan telah usai, ditugaskannya untuk menghaturkan upacara makelem di laut. Baginya Laut merupakan sumber air, dan Air adalah sumber dari kehidupan. Begitu Ajik Wayan menceritakan berbagai cerita kuno yang hingga kini masih dipegang teguh oleh Masyarakat Bali.
KAMU SEDANG MEMBACA
REKADAYA
Teen FictionKetika kebohongan yang kembali mencuat, ia seperti sebuah heroin.. mengikat dan membunuh. Namun cinta, ia memberi segalanya baik canda atau tangis. Tiara Aruna Nararya seorang wanita kuat, sangat independen, namun ada hal yang menjadi kelemahannya...