Pagi hari kini mulai menyongsong, ah bukan bisakah ku katakan ini menuju siang. Setelah mengantar Nararya dan Trisha untuk pergi berangkat ke US. Ada perasaan yang lagaknya semua orang merasakannya, perasaan kesepian yang hinggap menyesakan, ya entah inilah yang Tiara rasakan, perasaan sepi padahal baru 5 menit yang lalu ia dadah dadah ke papa dan Bundanya. Baru beberapa saat dia tidak melihat tubuh kedua orang tuanya rasanya mengapa menjadi sangat perih ya?
Sebetulnya Nararya sudah memberikan pilihan, mau ikut untuk menunggu di dalam atau hanya sebatas mengantar sampai pintu kedatangan saja. Tapi dasar, Tiara si keras kepala so kuat untuk menghadapi kesendiriannya, baru beberapa hari ia mulai merasakan ketenangan saat menghadapi kesendirian yang mengelilinginya.
Padahal jika tak mau juga gak masalah kan? Tapi nasi sudah jadi bubur tinggal ditambah kecap asin sama cakwe jadi enak deh buburnya, ya itu lah perasaan Tiara. Hanya perlu cari jalan keluar biar dia gak ngerasa sendiri lagi kali ini.
Didalam kondisi bandara di hari minggu yang notabene nya itu sibuk dan begitu crowd. Tapi hatinya serasa kosong, kalian pernah gitu juga gak sih? Perasaan sendiri setelah bareng sama individu lain melewati jalanan di Bandara ini,tiba tiba harus balik ke mobilnya sendirian.
Tiara sekarang melewati jalanan yang ramai dengan hiruk pikuk ini menuju jalanan luar, mengingat setiap langkahnya dua jam yang lalu dengan penuh tawa bersama orang tuanya, dijalan yang sama dengan kondisi berbeda.
Tiara tersenyum, dalam hatinya berdoa akan segala hal.
Keselamatan
Kebahagiaan
Kesehatan
serta kesejahteraan diri dan keluarganya.
Setidaknya ditinggalnya Tiara sendiri pada kasus ini tidak "se-menyesakan" kejadian tempo lalu, karna ia sudah meluapkan kata sayangnya, sudah juga seneng seneng bareng keluarganya, dan yang pasti Tiara gak ngerasa menyesal karna memilih untuk mengantar kedua orang tuanya sampai mereka masuk kedalam besi yang terbang itu.
No regret!
Kali ini karna setelah berangkat bersama kedua orang tuanya, Naryo supir papanya kini bertugas melayani Tiara. Dekrit Nararya no sekian selama dia di luar negeri, setiap akhir pekan Naryo bertugas nganterin Tiara kemana mana, kemanapun dan tanpa tapi. Kalau hari biasa karena emang Tiara ini mobilitasnya tinggi makannya mungkin sesekali butuh Naryo buat nemenin Tiara.
"Mba Ti? Sekarang kemana nih?" Tanya Naryo, lelaki berumur 50 tahun-an yang punya anak seumuran sama Tiara .
"Emm.. ke Rumah sakit Pa? Bisa kan?" Tanya Tiara ramah
"Lho, Mba Ti sakit ta?" Tanya Naryo dengan nada panik, ya gimana gak panik ini kali pertama Tiara disupirin sama Naryo dan baru setengah jam Tuan Nyonya nya pamitan ke luar negeri, anaknya minta ke rumah sakit"
"Nggaaa, udah anterin ke Rumah Sakit aja, mau ketemu seseorang" pungkas Tiara
"Ohh iya iya, siap siap!"
***
Kakinya melangkahkan kaki ke arah Kardiologi, nampaknya siang hari ini pas banget tiara dateng disaat jam istirahat Rumah sakit, seperti nyari dulu bagian administrasi dan gak lupa nanya ke suster jaga.
"Hai sus" Ucap Tiara ramah dengan senyum manisnya
"Hai Ti, ish makin cantik aja.. tapi kapan ya kamu gak cantiknya" ucap Maheswari
KAMU SEDANG MEMBACA
REKADAYA
Teen FictionKetika kebohongan yang kembali mencuat, ia seperti sebuah heroin.. mengikat dan membunuh. Namun cinta, ia memberi segalanya baik canda atau tangis. Tiara Aruna Nararya seorang wanita kuat, sangat independen, namun ada hal yang menjadi kelemahannya...