Sekuat apapun karang, ia akan mati dan terbelah. Sekuat apapun manusia ia akan menangis di pojokan mobil.
- kata Leader Bolt Team CMI"Nuc?" Tiara melangkahkan kakinya kedalam ruangan bernuansa abu abu ini, yap Apartemen Nuca.
Potongan apel masih tersimpan rapih, beranjak keriput dan kecoklatan. Tidak seperti biasanya, Nuca selalu membereskan alat makannya dengan rapih, menghabiskan potongan buah sebelum melakukan perjalanan.
Hari ini berbeda, lantai kamar mandi masih kering. Baju di walking closetnya masih tertata rapih, sepertinya tidak ada yang berubah, hanya ada sebuah cover setelan jas yang berlogo shihraj. Tersimpan di atas tempat duduk di ujung sana.
Tiara berjalan memasuki dapur, membuka kulkas Nuca. Stok makanan masih belum berkurang, hanya 1 tempat kosong di box buah apel dan si apel pun ada tersimpan di atas meja ruang tv.
Melihat kamar Nuca, Seprai nya masih sangat rapih, serapih Tiara yang membereskannya kemarin setelah pulang dari Shihraj. Di bagian meja sebuah parfum dengan tulisan The perfection yang terlepas tutupnya tersimpan di samping botol kaca itu.
Kemudian, Telepon genggamnya ia buka, mencari nomor kekasihnya itu dengan cepat. Nihil.. ditelfon pun tak ada yang mengangkat.
Ia menyusuri lorong menuju tempat ia memarkirkan mobilnya, bassement ke 1 Gedung apartemen ini.
"Misi Pa, Lihat mobil Mercy hitam yang biasa parkir disitu gak ya pa" Tanya Tiara pada seorang penjaga yang masih menenteng kopi panas di hari yang cukup mendung pukul 6 pagi ini.
"Mobil pa Nuca?" Tanya nya dengan medok madura yang kental bukan main.
"Iya? Bapak liat?"
"semalaman sih saya gak liat ya. Terakhir lihat semalam jam 8 coba tanya satpam lain mba" jawab Pak Surya sambil melengos.
Gedeg bin kesel bukan main, udah Nuca ngilang, ditelfon balik gak ngangkat, ke apartemennya ngilang juga, sampe satpam apartemen ini juga ngeselin. Sudah lengkap banget kekesalan pagi ini.
Hari ini sengaja buat nyusul Nuca ke Apartemennya, setelah semalem telfon Nuca gak keangkat karna ketiduran pas lagi maskeran, ditambah rasa pegal sebadan badan, Tiara baru tau Nuca telfon 3 kali missed Call malam ini, tapi saat di telfon balik Nuca yang gak ngangkat sama sekali.
Ditambah, Si Rocky kucing persia jantan bulu kapas berwarna belang abu abu putih yang berumur 1 tahun miliknya hari ini tiba tiba jadi pendiem dan lemes gak ada tenaga. Rencana semula tersusun untuk nyusulin Nuca, lanjut Bawa Si Rocky ke klinik. Ternyata Nuca ngilang dan klinik belum buka.
Tiara mencari nomor Sani, kali ini Jakarta Pusat Ramainya bukan main. Apa karna hari senin ya? Sengaja berangkat pagi buta biar gak ketemu macet, tapi kalau gini ceritanya bakalan acak acakan semua deh.
Call Sani
"San, Halo.. saya masih di jakpus nih. Si Rocky sakit harus dititip ke klinik dulu... Heeh.. kalau dibawa ke kantor kasian Si Rocky... Iyaa, buat yang rapat itu.. heeh.. iya di geser dulu deh ya..iya, biar nanti saya telfon Kims deh ya.. heem, yaudah thanks ya San"Tiara masih mencari nomor lain di handphonenya. Jalanan Ibu kota gak pernah kayanya sunyi senyap, kalau disini sunyi hanya saat pukul 3 pagi kalau tidak ada yang balapan Liar, atau jangan jangan ada matahari muncul dari Barat.
Call Kims
"Halo, duh sorry.. masih di rumah lo?... Oh udah di kantor?... Gue masih di Klinik nih kucing gue sakit... Heeh nunggu orang klinik dulu bentar, tapi gue yakin bakalan telat sampe kantor, buat proyek Izin Lingkungan yang Sumatra udah beres? Hari ini orangnya mau dateng, sore nanti.. Iya, yang di Palembang itu.. Heeh.. coba di brief sama lo dulu deh anak anak, pastiin beres"
KAMU SEDANG MEMBACA
REKADAYA
Teen FictionKetika kebohongan yang kembali mencuat, ia seperti sebuah heroin.. mengikat dan membunuh. Namun cinta, ia memberi segalanya baik canda atau tangis. Tiara Aruna Nararya seorang wanita kuat, sangat independen, namun ada hal yang menjadi kelemahannya...