17. Ruang Rahasia Itu

59 5 5
                                    

"Kamu gak cape ra?"
Tiara  masih merapikan riasan nya sontak melihat Nuca yang kini duduk disamping tiara, memperhatikan gerak geriknya yang menawan, mengaplikasikan riasannya yang tampak tipis namun segar. Nuca telah kembali dari Hotel Buyu sejam sebelum Tiara datang  kembali dari staycation bersama kedua orang tuanya.

"Nggak, nanti cuma ke rumah kamu aja kan? Cuma mau nengokin apa gimana sih be?"

"Pengennnya nengok aja, Ajik ngasih kuncinya baru kemaren"

"Jadi kamu belum pernah sama sekali kesana?"

"Belum, ini baru pertama. Dari kecil tiap mau kesana aku selalu dilarang sih, aku gak paham kenapa se gak boleh itu aku kesana, tapi Ajik sih bilang disana ada yang nunggu, jadi pasti terawat rumahnya, Ajik juga bilang katanya sih sering rutin kesana cek rumah atau ya sekedar lewat" nuca memang tidak memahami apa yang ada disana apa yang disembunyikan didalamnya.

"Berangkat sekarang ga? Aku udah siap nih Be"

Sekali anggukan dengan senyum merekah keduanya bergerak memasuki mobil, samuel dan ziva sudah memutuskan untuk berkeliling jimbaran, sama keisya danHugo juga demikian namun keduanya ingin menghabiskan waktu hanya berdua, ya begitu pun dengan Nuca dan Tiara yang kini memasuki mobil yang Ajik wayan berikan ntuk Nuca setelah pertemuannya di Hotel Buyu Kemarin.

***

"Alamatnya bener ini, Be?" Tanya tiara
"Kalau dari share location Ajik sih bener ya, parkir depan situ aja kali ya?"

Bergerak perlahan memasuki sebuah gerbang utama, desain rumahnya tradisional Bali, sepi namun asri rumah dengan warna dominan putih terlihat satu pintu besar sepertinya pintu utama, kanan kirinya diberikan jendela dengan ukiran yang cantik.

Didepannya taman dengan rerumputan hijau bebatuan yang dipasang sebagai pijakan, halamannya luas dengan beberapa lampu taman, namun diujung rumah terlihat sebuah rumah yang lebih kecil terpisah dinding ya dengan bangunan utama, terlihat seorang perempuan tua yang duduk di halaman, nampaknya bingung dengan kehadiran Nuca dengan Tiara dirumah yangsudah bertahun tahun ia jaga.

"Permisi Bu..."
Tiara spontan melontarkan sapaan hangat pada seorang  perempuan yang ada di seberangnya, Nuca masih terdiam kaku melihat rumah yang kini dihadapannya.

"Iya? Siapa ya?"
Tiara menggoder Nuca, membuyarkan segala lamunannya menatap lingkungan yang nampaknya asing namun menenangkan.

"Eh.. iya permisi bu.. apa betul.. ini rumah Pak Julius?" Nuca nampak gugup menghadpi situasi canggung ini

"Betul Dik, ada perlu dengan pa Julius? Tapi pak julius sudah tidak tinggal disini dik, sudah di jakarta. Barangkali sesekali hanya Pa Wayan yang kesini"

Mata nuca tak mampu membohongi, hatinya berdegup kencang entah suasana apa yangia rasakan, mengapa rasa sedih dan tangis menyelimuti dirinya, Tiara menyadari perasaan yang dirasakan Nuca, sesekali menatap Nuca yang masih terdiam, dengan wanita paruh baya dihadapannya yang nampaknya juga cukup kebingungan.

"Saya Askara Nuca, putra pa Julius dan Bu Dini"

"Oalah mas Aska, sudah besar sekali ya sekarang, saya pangling betul, haduh mas maaf sekali mas.. maaf"

"Gapapa Bu.. em saya baru kemari, diberi kunci oleh Ajik Wayan"

"Oh iya iya, Mas Aska saya antar ke dalam, Mas Aska bawa kuncinya? Biar langsung saya bukakan, saya cuma bersih bersih disini itu juga harus ditunggu sama Pa Wayan"
sepertinya ibu tua yang kini mengantar keduanya sangat mengenal Nuca, memanggilnya Aska, nama kecilnya.

REKADAYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang