"Udah ada yang jemput, Be?"Nuca mengelap kacamata hitam yang cukup berembun. Kedatangannya di Bandara soekarno hatta sempat mengalami kendala landing karna hujan yang turun sangat lebat.
"Nggak ada yang jemput, pake Taksi Online aja deh"
Tiara masih memegangi batang hidung dan pipinya yang masih terasa sakit, sinusitis yang kerap kali datang karna perbedaan tekanan saat landing sering ia rasakan.
"Bareng aja deh, ya... masih sakit?"
"No..no..no, aku pulang ke rumah gak ke apartemen, nanti kejauhan kalau bareng. Kamu pulang aja ya, pasti cape"
Nuca meringis melihat hidung dan pipi wanita dihadapannya yang memerah dengan bersin yang tak kunjung usai dan air mata yang kadang kala menetes.
"Dingin ya? Pake jaketku, mau?"
"Nggak, gapapa.."
Tangannya kini tersampir di tangan Nuca yang menjulur, memeluk erat kekasihnya, disamping ia yang masih merutuki pesawat yang landing dikondisi hujan menambah tekanan pada rongga sinusnya.
"Gini deh, kamu pake supir aku. Nanti biar aku yang pake taksi"
"Nggak ah, aku pake taksi aja masih siang juga kan ini"
"Biar kamu bisa tidur, Be"
"Pake taksi juga bisa tidur, sayang"
"Kamu tidur di Taksi Bahaya Be, kalau ada apa apa gimana? Kamu juga lagi gini, gimana aku gak khawatir sih?" Nadanya kini meninggi menghadapkan tubuhnya dibadapan Tiara.
Sekejap kini keduanya saling menatap, bukan lagi obrolan yang saling bertarung tapi sorot mata keduanya saling beradu. Tak dipungkiri tubuh nuca yang dibalut jaket kulit hitam dengan t-shirt bergaris horizontal berwarna hitam, dengan celana jeans biru kesukaannya Nampak tegas dengan bahu yang beberapa centimeter meninggi tanda tak mau ada bantahan dari Tiara yang berada dihadapannya mengenakan overall maroon dengan flatshoes cantik berwarna cream, raut mukanya memelas lelah seakan bicara jangan ngajak debat tolong!
"Heh!"
"Berantem aja mulu"
"Udah lah Nuc, arah rumah Tiara kan searah sama gue, biar sekalian gue anter aja deh. Ziva juga udah pulang duluan"
Samuel kini menengahi kedua manusia yang masih saling adu mata."Enak aja lo"
"Lo posesif amat sama pacar lo, udah ayo Ra bareng gue aja yu, lagian pasti aman juga cewe lo, daripada naik taksi yang ada lo cegat ditengah jalan, atau lo masih mau berantem disini?"
Tangan tiara kini memegangi kepalanya, semakin cenat cenut mendengar pertengkaran keduanya. Astaga.. Tiara hanya ingin menentramkan kepalanya sejenak sebelum berjibaku dengan kemacetan Jalanan nanti.
"Terserah.. terserah, pusing gue. Gue bareng lo juga ayo lah sam. Tapi gue tidur sepanjang perjalanan!"
Tiara berjalan melengos menghindari keributan sembari menenteng koper miliknya berjalan menuju mobil Samuel yang sudah siap.
"Ra.. tunggu ra" Nuca mengejar tiara yang kini mulai menjauh dari Nuca.
"Come on sayang, please... aku pengen pulang.." tiara kini berdecak malas namun rautnya lebih mirip ingin menangis, mengapa kekasihnya kini begitu posesif.
KAMU SEDANG MEMBACA
REKADAYA
Dla nastolatkówKetika kebohongan yang kembali mencuat, ia seperti sebuah heroin.. mengikat dan membunuh. Namun cinta, ia memberi segalanya baik canda atau tangis. Tiara Aruna Nararya seorang wanita kuat, sangat independen, namun ada hal yang menjadi kelemahannya...